Quantcast
Channel: Ilmu Psikologi
Viewing all 293 articles
Browse latest View live

Pengertian, Fungsi, Jenis Media dan Komunikasi Menurut Ahli

$
0
0
Pengertian, Fungsi, Jenis Media dan Komunikasi Menurut Ahli - Psikologi Media dan Komunikasi merupakan interaksi dan gabungan antara llmu Psikologi dan llmu Komunikasi.Salah satu cabangi lmu psikologi yang membahas bagaimana manusia bernteraksi dengan manusia lainnya disebut dengan psikologi sosial atau sosiopsikologi. Untuk itu pendekatan.

Untuk mempelajari manusia dalam konteks komunikasi dan psikologi memerlukan pendekatan yang komprehensif dengan memadukan kedua disiplin ilmu.

Mata kuliah ini akan membantu mahasiswa untuk memahani peran komunikasid alam interaksinya sehari-hari baik dalam konteks hubungan personal, kelompok, organisasi maupun budaya. Mahasiswa juga dapat memahami berbagai implementasi dan masalah-masalah yang timbul sehari-hari.

Memahami keseluruhan Tujuan perkuliahan dan kesepakatan untuk berperan aktif dalam setiap kegiatan perkuliahan . Mampu memahami dan Menjabarkan ruang lingkup Psikolog Media dan Komunikasi

Pengertian, Fungsi, Jenis Media dan Komunikasi Menurut Ahli_
image source: www.prezi.com
baca juga: Dampak Media Sosial dan Jenis Komunikasi Media Sosial

LATAR BELAKANG

Psikologi Media dan Komunikasi merupakan interaksi dan gabungan antara llmu Psikologi dan llmu Komunikasi.Salah satu cabangi lmu psikologi yang membahas bagaimana manusia bernteraksi dengan manusia lainnya disebut dengan psikologi sosial atau sosiopsikologi (Sociopsychology). Sosiopsikologi kemudian menjadi salah satu cabang ilmu komunikasi dengan nama psikologi komunikasi. Sebagi bagian dari ilmu tentang manusia( humaniora) yang mempelajari manusia dari berbagai aspeknya para ahli psikologi maupun ahli komunikasi tidak dapat mempelajari manusia hanya dengan menggunakan pendekatan disiplin ilmu masing-masing.

Untuk mempelajari manusia dalam konteks komunikasi dan psikologi memerlukan pendekatan yang komprehensif dengan memadukan kedua disiplin ilmu. Mata kuliah ini akan membantu mahasiswa untuk memahani peran komunikasid alam interaksinya sehari-hari baik dalam konteks hubungan personal, kelompok, organisasi maupun budaya. Mahasiswa juga dapat memahami berbagai implementasi dan masalah-masalah yang timbul sehari-hari.

Komunikasi adalah bagian paling penting dalam aktivitas kita sehari-hari. Di awali ketika bangun pagi, pergi bekerja atau belajar, berada di dalam kendaraan, menunggu pekerjaan atau pelajaran dimulai, berdiskusi di kelas, mengirim email atau mengomentari status kawan kita di jejaring sosial internet adalah sebagian aktivitas komunikasi yang nyaris kita lakukan setiap hari. Para ahli menyebutkan lebih dari 80% alokasi waktu kita dalam satu hari dilakukan dengan berkomunikasi. Lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan paling dasar makan seorang manusia harus mendapatkannya melalui aktivitas komunikasi dari yang paling sederhana hingga kompleks.

Psikologi mencoba menganalisis seluruh komponen yang terlibat dalam proses kemunikasi. Pada diri komunikasi psikologi memberikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Pada komunikator, psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil dalam mempengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak.

Peran media dalam komunikasi menjadi unsur yang tidak dapat diabaikan.Perkembangan media yang semakin pesat menciptakan berbagai alternatif komunikasi serta berbagai dampak psikologis. Fenomena psikolog dalam komunikasi dan media menjadi kajian yang akan memperkaya pengetahuan dan aplikasi dalam bidang psikologi.

Pengantar Psikologi Komunikasi dan Media

Artikel ini membantu untuk memahami peran komunikasi dalam interaksinya sehari-hari baik dalam konteks hubungan personal, kelompok, organisasi maupun budaya. Melalui artikel ini diharapkan dapat memahami berbagai implementasi dan masalah-masalah yang timbul sehari-hari.

Peran media dalam komunikasi menjadi unsur yang tidak dapat diabaikan. Perkembangan media yang semakin pesat menciptakan berbagai alternative komunikasi serta berbagai dampak psikologis. Fenomena psikolog dalam komunikasi dan media menjadi kajian yang akan memperkaya pengetahuan dan aplikasi dalam bidang psikologi.

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi

1. Definisi Komunikasi
  • Suatu proses penyampaian dan pemaknaan symbol-symbol dalam berbagai konteks untuk mencapai pemahaman (understanding)
  • Proses relasional menciptakan dan menafsirkan pesan yang memunculkan respon. 
  • Sebuah proses sosial di mana individu menggunakan simbol untuk membangun dan menafsirkan makna dalam lingkungan individu. 
  • West dan Turner (2010) komunikasi Sebuah proses sosial di mana individu menggunakan simbol untuk membangun dan menafsirkan makna dalam lingkungan individu.
  • Proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh satu pihak atau orang kepada pihak lain atau orang lain dengan menggunakan media untuk tujuan agar si penerima pesan memahami isi pesan yang ingin disampaikan.

2. Urgensi mempelajari komunikasi
  • Belajar komunikasi dan mempraktikkan komunikasi dapat membuat komunikasi seseorang lebih efektif.
  • Dengan belajar teori komunikasi, membantu individu mengerti apa yang terjadi dalam kehidupan dan membantu mengerti dampak personal. Contoh, Jika kita mempelajari bahasa satu kelompok atau etnis budaya, maka kita dapat memahami kelompok tersebut. 
  • Membantu individu untuk lebih kompeten. 

Psikologi Komunikasi:

Perilaku (kognitif, afektif, psikomotorik, motivasi, intensi, persepsi dlll) interaksi psiko-sosial yang mendasar dari seseorang, ketika terjadinya proses penyampaian dan pemaknaan symbol-symbol dalam berbagai konteks dengan tujuan transmisi informasi, untuk mencapai stabilitas atau perubahan perilaku individu dan kelompok.

3. Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi

Gambar 1. Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi (West dan Turner, 2012)

Komunikasi
Sebuah proses sosial di mana individu menggunakan simbol untuk membangun dan menafsirkan makna dalam lingkungan individu.

Sosial
Gagasan bahwa masyarakat dan interaksi merupakan bagian dari proses komunikasi

Proses
Berkelanjutan, dinamis, dan kejadian tak berujung

Simbol
Sinyal (perilaku atau lainnya) yang ada untuk, atau menandakan, sesuatu selain dirinya (Krauss dan Fussell). label yang diberikan kepada fenomena (West dan Turner)

Kata-kata adalah simbol, untuk konsep dan sesuatu-misalnya, kata cinta merupakan gagasan cinta, kursi k merupakan suatu hal yang dapat diduduki.

  • simbol nyata: simbol yang mewakili suatu objek
  • simbol abstrak: simbol yang mewakili ide atau pemikiran


Makna
Apa yang orang mengekstraksi dari pesan

Lingkungan
Situasi atau konteks di mana terjadi komunikasi

4. Teori psikologi komunikasi

Teori ini mengambarkan mengenai bagaimana media massa mengatur dan mempengaruhi masyarakat dalam menentukan informasi. Media massa dapat membuat suatu agenda informasi yang nantinya akan dianggap penting oleh masyarakat. Begitu juga sebaliknya pemberitaan yang dianggap tidak penting oleh media akan menjadi tidak penting juga dalam masyarakat. Dalam agenda setting opini tentang suatu topik tertentu media massa dapat mempengaruhi opini publik serta cara pandang masyarakat terhadap suatu hal.

5. Fungsi komunikasi

Scott & Mitchel (1976) menyatakan beberapa fungsi komunikasi :

  1. Control – komunikator mengendalikan perilaku komunikan
  2. Information – dalam komunikasi terjadi peralihan informasi
  3. Motivation – komunikator dapat memotivasi komunikan demikian sebaliknya
  4. Emotive – sebagai sarana mengekspresikan emosi


6. Model Komunikasi

Teoritikus komunikasi menciptakan model-model (models) atau representasi sederhana dari hubungan-hubungan kompleks di antara elemen-elemen dalam proses komunikasi. Terdapat tiga model utama komunikasi yaitu:

1) Komunikasi sebagai aksi

Model Komunikasi Linear (Linear Communication Model)
Pandangan satu arah mengenai komunikasi yang berasumsi bahwa pean dikirimkan oleh suatu sumber melalui penerima melalui saluran. Pendekatan pada komunikasi manusia ini terdiri atas beberapa elemen kunci yaitu:

  • Sumber (source): asal atau pengirim suara
  • Pesan (Message): kata-kata, suara, tindakan atau gerak-gerik dalam sebuah interaksi
  • Penerima (Receiver): yang menerima pesan
  • Saluran (Channel): jalan untuk berkomunikasi yang biasanya berhubungan langsung dengan indra penglihatan, perasa, penciuman dan pendengaran.


Komunikasi juga melibatkan gangguan (noise) yang merupakan semua hal yang tidak dimaksudkan oleh sumber informasi. Terdapat 4 jenis gangguan yaitu:

  • Gangguan semantik (semantic noise); berhubungan dengan slang, jargon atau bahasa-bahasa spesialisasi yang digunakan secara perseorangan dan kelompok.
  • Gangguan fisik (eksternal); berada di luar penerima
  • Gangguan psikologis (psychological noise); merujuk pada prasangka, bias dan kecenderungan yang dimiliki oleh komunikator terhadap satu sama lain atau terhadap pesan itu sendiri.
  • Gangguan fisiologis (physiological noise); gangguan yang bersifat biologis terhadap proses komunikasi. Gangguan semacam ini akan muncul apabila seseorang sebagai pembicara sedang sakit, lelah atau lapar.


2) Komunikasi sebagai Interaksi

Model Komunikasi Interaksional (Interactional Model of Communication)
Pandangan akan komunikasi sebagai pertukaran makna dengan adanya umpan balik yang menghubungkan sumber dan penerima pesan. Penekanan proses komunikasi dua arah di antara para komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua arah: dari pengirim kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Pandangan ini mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi baik pengirim maupun penerima dalam sebuah interaksi, tetapi tidak dapat menjadi keduanya sekaligus. Model komunikasi interaksional memiliki 2 elemen penting yaitu:

a) Umpan balik (feedback) atau tanggapan.
Komunikasi yang diberikan pada sumber pesan oleh penerima pesan untuk menunjukkan pemahaman (makna). Umpan balik dapat berupa verbal atau nonverbal, sengaja maupun tidak disengaja. Umpan balik membantu komunikator untuk mengetahui apakah pesan mereka telah tersampaikan atau tidak dan sejauh mana pencapaian makna terjadi. Umpan balik terjadi setelah pesan diterima, tidak pada saat pesan sedang dikirim.

b) Bidang pengalaman (field of experience)
Overlap dari budaya, pengalaman dan keturunan dari pengirim dan penerima dalam berkomunikasi, karena budaya, pengalaman dan keturunan seseorang mempengaruhi kemampuannya untuk berkomunikasi dengan satu sama lain. Setiap orang membawa bidang pengalaman unik dalam tiap episode komunikasi dan pengalaman-pengalaman tersebut sering kali mempengaruhi komunikasi yang terjadi.

3) Komunikasi sebagai Transaksi

Model Komunikasi Transaksional (Transactional Model of Communication)
Pandangan komunikasi sebagai pengiriman dan penerimaan pesan. Proses tersebut kooperatif; pengirim dan penerima sama-sama bertanggung jawab terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi. Dalam model komunikasi ini, orang membangun kesamaan makna dan menuntut seseorang untuk menyadari pengaruh satu pesan terhadap pesan lainnya.

B. Psikologi Media

Definisi Media

Istilah umum untuk semua teknologi ciptaan manusia diciptakan yang memperluas jangkauan, kecepatan, atau saluran komunikasi.

Media komunikasi yang digunakan bisa merupakan pelihan bersama atau salah satu unsur komunikator, komunikan. Pemilihan media komunikasi merupakan salah satu kemampuan yang dituntut pada komunikator.

Ada beberapa media yang dapat digunakan sebagai media komunikasi seperti media visual, audio, audio visual, tulis, gambar, lesan, langsung, tak langsung)

Istilah umum untuk semua teknologi ciptaan manusia diciptakan yang memperluas jangkauan, kecepatan, atau saluran komunikasi. Secara sederhananya, media komunikasi ialah perantara dalam penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikate yang bertujuan untuk efisiensi penyebaran informasi atau pesan tersebut (Burgon & Huffner, 2002).

Menyadari hubungan interaktif dan dinamis antara manusia dan media adalah kunci untuk pemahaman yang lebih akurat dan berguna dari manusia dan media yang merupakan akar dari penilaian yang efektif, pengembangan, dan produksi media yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap kehidupan dan masyarakat .

Media dan teknologi merupakan bagian dari media masa yang menjadi sumber media dan hiburan, serta membawa pesan persuasi. Dunia dengan segala isi dan peristiwanya tidak bisa melepas diri dari kaitannya dengan media massa, dan juga sebaliknya. Hal ini desebabkan karena hubungan antara keduanya sangat erat sehingga menjadi saling tergantung dan saling membutuhkan. Willian L. Rivers dkk (dalam Maulana dan Gumelar, 2013) mengatakan bahwa pada dasarnya kondisi di dunia nyata mempengaruhi media massa, dan ternyata keberadaan media massa juga dapat mempengaruhi kondisi nyata dunia. Media massa membutuhkan berita dan informasi untuk publikasinya baik untuk kepentingan media itu sendiri maupun untuk kepentingan orang atau institusi lainnya, di lain pihak manusia membutuhkan adanya pemberitaan, publikasi untuk kepentingan-kepentingan tertentu.

Indonesia pun tidak bisa melepaskan dirinya dari kaitannya dengan media massa, karena hubungan saling ketergantungan dan saling membutuhkan atau saling memerlukan. Di satu sisi media massa membutuhkan, memerlukan berita dan informasi tentang kejadian-kejadian yang terjadi di Indonesia,baik yang berkait secara langsung maupun tidak langsung agar fungsi dan peranan media massa bisa berjalan sesuai dengan yang seharusnya.

Pengertian media massa seringkali ditujukan pada peralatan teknik yang digunakan dalam komunikasi massa. Jenis media massa bisa berupa media cetak, bisa pula elektronik. Keberadaan media massa membutuhkan dua perkembangan yakni adanya teknologi yang relatif maju, melek huruf pada sebagian masyarakat yang memanfaatkan informasi. Semakin tinggi status ekonomi seseorang dan semakin besar komunitas di mana seseorang tinggal, maka semakin besar kemungkinannya ia menjadi pembaca surat kabar yang teratur. Media cetak mempengaruhi pembacanya untuk bertindak, ternyata lebih kuat jika dibandingkan dengan media elektronik.

Televisi dapat mempengaruhi eksistensi suatu kebudayaan, medium untuk mentransmisikan pengalaman, mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan audiensi, meningkatkan status sosial pemiliknya, berpengaruh terhadap penjadwalan kegiatan sehari-hari dan menghilangkan perasaan serta menumbuhkan perasaan tertentu. Televisi pun dapat menimbulkan dispalcement effects, yang terdiri dari tiga prinsip yakni kesamaan fungsional, kegiatan yang diubah dan kegiatan yang marjinal.

Teori-teori efek media massa yang ada, seringkali menunjukkan pertentangan yang cukup ekstrim. Di satu sisi mengatakan bahwa media massa itu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap berbagai aspek perilaku manusia, di sisi lain justru tidak berdampak apapun. Klapper (dalam Maulana dan Gumelar, 2013) berdasarkan hasil penelitian klasiknya menunjukkan bahwa media ternyata mampu menjembatani pertentangan teori yang ada. Menurutnya media massa berfungsi sebagai variabel antara untuk terjadinya perubahan perilaku manusia.

Psikologi menyediakan satu set kuat alat yang memungkinkan kita untuk mempertimbangkan implikasi dari perbedaan individu, perilaku kelompok, pembentukan identitas, jalur perkembangan, gaya kognitif, pemrosesan visual, persuasi, perhatian, kognisi sosial, rasa tempat, efikasi diri dll.

Dalam psikologi, media dapat membantu individu yang bertanggung jawab atas bagian dalam sistem komunikasi dengan cara mengembangkan teknologi yang lebih baik dan menggunakannya dengan baik.

Media psikologi berusaha untuk memahami interaksi antar individu, kelompok, masyarakat, dan teknologi dan memahami interaksi tersebut sehingga individu dapat membuat keputusan dan menjalani kehidupan dengan cara yang paling positif dan produktif mungkin (Pamela Rutledge).

Fungsi media komunikasi yang berteknologi tinggi ialah sebagai berikut (Burgon & Huffner, 2002)

  • Efisiensi penyebaran informasi, adanya media komunikasi terlebih yang hi-tech,penyebaran informasi menjadi efisien murah dan cepat.
  • Memperkuat eksistensi informasi, media komunikasi yang hi-tech, dapat membuat informasi atau pesan lebih berkesan dan bermakna pada target komunikasi.
  • Mendidik dan mengarahkan, media komunikasi yang berteknologi tinggi dapat lebih menarik komunikan untuk terlibat didalamnya.
  • Hiburan, media komunikasi berteknologi tinggi dapat bersifat lebih menyenangkan
  • Kontrol sosial, media komunikasi yang berteknologi tinggi akan lebih mempunyai fungsi kontrol dan pengawasan terhadap kebijakan sosial


Apa yang bisa psikolog Media lakukan (tantangan karir)?

  • Psikolog Media bisa menjadi peneliti, desainer, komunikator, penyedia layanan kesehatan mental, konsultan, pendidik atau pengembang aplikasi.
  • Psikologi Media berlaku untuk berbagai industri dan pekerjaan yang melibatkan penggunaan atau pengembangan komunikasi yang dimediasi dan teknologi informasi.


Kebutuhan yang terpenuhi dengan Media

Sumber: diadaptasi dari Katz, Gurevitch dan Haa, 1973


Daftar Pustaka

  • Maulana, H & Gumelar, G. 2013. Psikologi Komunikasi. Akademia Permata.
  • Burgon & Huffner. 2002. Human Communication. London: Sage Publication.
  • West, R. & Turner, H. L. 2012. Introducing Communication Theory.ANALYSIS AND APPLICATION. The McGraw-Hill Companies, Inc.
  • Katz, E., Gurevitch, M., & Haas, H. (1973). On the Use of the Mass Media for Important Things. American Sociological Review, 38 (2), 164-181. Retrieved from http://repository.upenn.edu/asc_papers/267

Model-Model Komunikasi Menurut Para Ahli Beserta Contoh

$
0
0
Model-Model Komunikasi Menurut Para Ahli Beserta Contoh - Model komunikasi berfungsi untuk mempermudah mempelajari dan menganalisis komunikasi. Model adalah gambaran atau persamaan aspek-aspek tertentu dari peristiwa, struktur –struktur atau sistem kompleks, yg dibuat dengan menggunakan simbol –simbol atau objek, dgn berbagai cara shg menyerupai sesuatu yg dibuat model tersebut. Selain itu model berfungsi untuk menyederhanakan realitas sosial dan alam kompleks. Apa itu Model?

Mortensen berargumen bahwa:
  1. Dalam arti luas, model merupakan representasi sistematis dari suatu obyek atau peristiwa dalam bentuk ideal dan abstrak. Kunci untuk kegunaan model adalah sejauh mana itu sesuai pada korespondensi titik-demi-titik korespondensi menuju faktor-faktor penentu perilaku komunikatif. 
  2. Model komunikasi hanyalah gambar; model-model bahkan mendistorsi gambar, karena mereka menghentikan atau membekukan proses interaktif atau transaktif dasarnya dinamis menjadi gambar statis. 
  3. Model adalah metafora. Memungkinkan kita untuk melihat satu hal dalam hal lain.
Model-Model Komunikasi Menurut Para Ahli Beserta Contoh_
image source: www.digitaltribe.co
baca juga: Pengertian, Fungsi, Jenis Media dan Komunikasi Menurut Ahli

Berikut adalah model-model komunikasi menurut para ahli beserta contoh:

Model KOMUNIKASI OSGOOD-SCHRAMM



  1. Model komunikasi melingkar (circular) 
  2. Encoder - Siapa yang encoding atau Mengirim pesan (sumber pesan)
  3. Decoder - Siapa yang menerima pesan
  4. Interpreter - Orang yang mencoba untuk memahami (analisis, melihat) atau menafsirkan.

Catatan: Dari pesan mulai dan berakhir, ada interpretasi yang sedang berlangsung.

Terjadi antara dua orang; setiap orang bertindak baik sebagai pengirim dan penerima dan karenanya menggunakan interpretasi. Hal ini bersamaan terjadinya pengkodean, menafsirkan dan decoding.

Keuntungan dari model komunikasi Osgood- Schramm 
  • Pemodelan dinamis Menunjukkan bagaimana situasi bisa berubah. 
  • Menunjukkan informasi yg berlebihan merupakan bagian penting dalam komunikasi.
  • Tidak ada pemisah antara pengirim dan penerima, pengirim dan penerima adalah orang yang sama.
  • Komunikasi diasumsikan melingkar.
  • Umpan – sebagai ciri utama. 

Kelemahan Osgood- Schramm model komunikasi
  • Model ini tidak berbicara tentang kebisingan semantik. 

Model Komunikasi Johari Window


Model Johari window digunakan untuk meningkatkan persepsi individu pada orang lain.

Model ini didasarkan pada dua pemikiran:
  1. Kepercayaan dapat diperoleh dengan mengungkapkan informasi diri kepada orang lain.
  2. Mempelajari diri sendiri dari masukan Orang lain.

Setiap orang diwakili oleh model Johari melalui empat kuadran atau kaca jendela.
Setiap empat kaca jendela menandakan pribadi informasi, perasaan, motivasi dan apakah informasi yang diketahui atau tidak diketahui diri sendiri atau orang lain dalam empat sudut pandang.
  1. Area terbuka - informasi tentang sikap, perilaku, emosi, perasaan, keterampilan dan pandangan akan dikenal diri sendiri maupun oleh orang lain.
    Daerah di mana semua komunikasi terjadi dan menjadi arena lebih besar lebih efektif dan dinamis dalam menjalin hubungan komunikasi. 
  2. Blind spot - Informasi tentang diri diketahui orang lain dalam kelompok tetapi kita sendiri tidak mengetahui. Orang lain mungkin menafsirkan sendiri berbeda dari yang Anda harapkan. Blind spot akan berkurang dalam komunikasi yang efisien manakala diri mencari umpan balik dari orang lain. 
  3. Hidden area - Informasi yang diketahui diri sendiri tapi orang lain tidak mengetahui informasi anda. Informasi pribadi yang enggan untuk diunggungkapkan. Perasaan, pengalaman masa lalu, ketakutan, rahasia dll, kita menyimpan beberapa perasaan dan informasi rahasia karena akan mempengaruhi hubungan dan dengan demikian daerah tersembunyi harus dikurangi dengan memindahkan informasi ke daerah terbuka. 
  4. Unknown Area - Informasi yang tidak diketahui diri sendiri dan orang lain. informasi, perasaan, kemampuan, bakat dll. Pengalaman masa lalu traumatis atau peristiwa yang tidak dapat diketahui untuk seumur hidup. Orang akan menyadari sampai ia menemukan kualitas tersembunyi dan kemampuan atau melalui pengamatan orang lain. Komunikasi yang terbuka juga merupakan cara yang efektif untuk mengurangi daerah yang tidak diketahui sehingga komunikasi nakan efektif.

Model Komunikasi Spiral atau Heliks


Frank Dance (1967) menggambarkan proses komunikasi dengan menggunakan spiral. Dance percaya bahwa pengalaman komunikasi bersifat kumulatif dan dipengaruhi oleh masa lalu. Dance mencatat bahwa pengalaman saat ini tak terelakkan mempengaruhi masa depan seseorang. Komunikasi, oleh karena itu, dapat dianggap sebagai proses yang berubah dari waktu ke waktu dan di antara makna.

Seluruh proses membutuhkanbeberapa waktu untuk mencapai puncak. Seperti proses helix, proses komunikasi dimulai sangat lambat dan dan kecil. Komunikator berbagi informasi hanya dengan sebagian kecil dari dalam sebuah hubungan sosial. Secara bertahap berkembang menjadi tingkat berikutnya tetapi akan memakan waktu lama untuk mencapai dan memperluas batas-batasnya ke tingkat berikutnya. Kemudian komunikator melakukan lebih banyak dan lebih banyak berbagi informasi diri.

Gambar. 1 Model Komunikasi Heliks

Model Komunikasi Matematikal Shannon dan Weaver

Teori matematikal ini acapkali disebut model Shannon dan Weaver, oleh karena teori komunikasi manusia yang muncul pada tahun 1949, merupakan perpaduan dari gagasan Claude E. Shannon dan Warren Eaver.


Shannon pada tahun 1949 mengetengahkan teori matematik dalam komunikasi permesinan (engineering communication), yang kemudian bersama Warren pada tahun 1949 diterapkan pada proses komunikasi manusia (human communication). Sumber informasi (information source) memproduksi sebuah (message) untuk dikomunikasikan.

Pesan tersebut dapat terdiri dari kata-kata lisan atau tulisan, musik, gambar, dan lain-lain. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi isyarat (signal) yang sesuai bagi saluran yang akan dipergunakan. Saluran (channel) adalah media yang menyalurkan isyarat dari pemancar kepada penerima (receiver). 

Model Komunikasi Stimulus – Organisme - Response

Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah :
  • Pesan (stimulus, S)
  • Komunikan (organism, O)
  • Efek (Response, R)

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu : 
  1. perhatian,
  2. pengertian, dan
  3. penerimaan 
Gambar 3. Model Komunikasi S-O-R (diakses dari ilmu komunikasi) 

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolah dan menerima informasi, > maka terjadi kesediaan untuk mengubah sikap.

Model Komunikasi Linear

Komunikasi linear memandang komunikasi satu arah yang mengasumsikan pesan yang dikirim oleh sumber ke penerima melalui saluran. Model linear menunjukkan bahwa seseorang hanya sebagai pengirim atau penerima. Konsep penting dalam model ini adalah gangguan (noise), yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Gangguan ini selalu ada dalam saluran bersama sebuah pesan yang diterima oleh penerima

Gambar 4. Model Komunikasi Linear Shannon dan Weaver (West dan Turner, 2012)

Model Komunikasi sebagai proses Interaksi: Model Interaksional Wilbur Schramm (Turner dan West, 2012)

Model interaksi memandang komunikasi sebagai berbagi makna dengan umpan balik yang menghubungkan sumber dan penerima pesan. Salah satu elemen penting dalam model komunikasi interaksional adalah umpan balik (feedback), atau respon terhadap pesan. Verbal atau nonverbal, disengaja atau tidak disengaja. Area pengalaman merupakan tumpang tindih budaya pengirim dan penerima, pengalaman, dan hereditas dalam komunikasi. Sumber merupakan pencetus pesan. Pesan merupakan kata-kata, suara, tindakan, atau gerakan dalam interaksi, sedangkan channel merupakan
jalur komunikasi.

Model komunikasi Shannon-Weaver membahas tentang masalah dalam mengirim pesan berdasarkan tingkat kecermatannya. Model ini mengandaikan sebuah sumber daya informasi (source information) yang menciptakan sebuah pesan (message) dan mengirimnya dengan suatu saluran (channel) kepada penerima (receiver) yang kemudian membuat ulang (recreate) pesan tersebut.

Dengan kata lain, model ini mengasumsikan bahwa sumberdaya informasi menciptakan pesan dari seperangkat pesan yang tersedia. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang dipakai. Saluran adalah media yang mengirim tanda dari pemancar kepada penerima.

Di dalam percakapan, sumber informasi adalah otak, pemancar adalah suara yang menciptakan tanda yang dipancarkan oleh udara. Penerima adalah mekanisme pendengaran yang kemudian merekonstruksi pesan dari tanda itu. Tujuannya adalah otak si penerima. Dan konsep penting dalam model ini adalah gangguan. Model ini menganggap bahwa komunikasi adalah fenomena statis dan satu arah. Dan juga, model ini terkesan terlalu rumit. Model ini diterapkan pada televisi dan radio.

Sekian artikel tentang Model-Model Komunikasi Menurut Para Ahli Beserta Contoh.

Daftar Pustaka
  • West, R. & Turner, H. L. 2012. Introducing Communication Theory.ANALYSIS AND APPLICATION. The McGraw-Hill Companies, Inc.
  • Maulana, H & Gumelar, G. 2013. Psikologi Komunikasi. Akademia Permata.

Sejarah Singkat Perkembangan Komunikasi Menurut Para Ahli

$
0
0
Sejarah Perkembangan Komunikasi dan Model Komunikasi - Sejarah perkembangannya, Komunikasi dibesarkan oleh peneliti psikologi bernama Wilbur Schramm. Sebagai ilmu komunikasi dipelajari berbagai macam disiplin antara lain sosiologi dan psikologi. 

Dance mendefinisikan komunikasi dari perspektif psikologi behaviorisme, Dance memandang komunikasi sebagai sebagai usaha menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal. 

Colin Cherry (1957) mendefinisikan komunikasi sebagai usaha untuk membuat suatu satuan sosial dari individu dengan menggunakan bahasa atau tanda. Aturan bersama yg dimiliki untuk mencapai berbagai tujuan.

George A Miller juga mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yg berusaha untuk menguraikan, prediksi, dan mengendalikan peristiwa mental dan perilaku (behavioral).

Sejarah Singkat Perkembangan Komunikasi Menurut Para Ahli_
image source: socialpresence.me
baca juga: Model-Model Komunikasi Menurut Para Ahli Beserta Contoh

Pengertian Psikologi Komunikasi

Psikologi komunikasi itu apa?

Perilaku (kognitif, afektif, psikomotorik, motivasi, intensi, persepsi dlll) interaksi psiko-sosial yang mendasar dari seseorang, ketika terjadinya proses penyampaian dan pemaknaan symbol-symbol dalam berbagai konteks dengan tujuan transmisi informasi, untuk mencapai stabilitas atau perubahan perilaku individu dan kelompok.

Maulana (2013) memandang Psi komunikasi sebagai ilmu yg berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan perilaku dalam komunikasi.

Tanda-Tanda Komunikasi Berlangsung Secara Efektif Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss (1974) (Maulana dan Gumelar, 2013)
  • Pengertian : penerimaan yang cermat dari sisi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer. 
  • Kesenangan :Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Adapula komunikasi yang lazim disebut komunikasi fatis (phatic communication) yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan. 
  • Mempengaruhi Sikap : komunikasi bertujuan untuk saling mempengaruhi satu sama lain (Komunikasi persuasi). Komunikasi ini memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikan. Persuasi> proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan manipulasi psikologis seseorang shingga bertindak seperti atas kehendaknya yng mempersuasi. 
  • Hubungan Sosial yang Baik: Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai daftar kebutuhan sosial yang akan menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta & kasih sayang (affection). Kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif. 
  • Tindakan: tindakan atau perilaku mrpkn indikator untuk mengukur seberapa besar efektivitas yang terjalin selama komunikasi berlangsung karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. 

Sekian artikel tentang Sejarah Perkembangan Komunikasi dan Model Komunikasi.

Daftar Pustaka
  • West, R. & Turner, H. L. 2012. Introducing Communication Theory.ANALYSIS AND APPLICATION. The McGraw-Hill Companies, Inc.
  • Maulana, H & Gumelar, G. 2013. Psikologi Komunikasi. Akademia Permata.

Tata Cara Penulisan Skripsi yang Benar Beserta Contoh

$
0
0
Tata Tulis Skripsi yang Baik dan Benar Beserta Contoh - Sebelumnya kami sudah membahas tentang Tujuan, Tata Cara dan Tahap-Tahap Penulisan Skripsi. Dalam artikel ini akan dibahas secara lengkap mengenai tata penulisan skripsi yang mencakup penulisan tabel, penulisan istilah, penulisan gambar, penulisan kutipan, dan penulisan daftar pustaka. Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai tata tulis skripsi.

1. PENULISAN TABEL

Tabel merupakan cara penyajian data secara efisien karena membantu peneliti menampilkan sejumlah data dalam tempat terbatas.

Tabel biasanya memperlihatkan data numerik yang diatur sedemikian rupa dalam bentuk baris dan kolom sehingga membantu untuk melakukan perbandingan.

Alasan mengapa peneliti perlu selektif dalam memilih cara penyajian tabel adalah karena pembaca kadang mengalami kesulitan jika menemui jumlah tabel yang banyak. Selain itu, jumlah tabel yang banyak akan menyulitkan lay-out laporan dan membuat publikasi menjadi mahal.

Oleh karena itu, tampilkan tabel untuk data-data penting yang secara langsung berkaitan dengan masaIah penelitian dan persingkat teks yang padat dengan menggunakan angka dalam tabel.

Beberapa catatan yang perlu dalam penulisan tabel:
  • Tabel dan teks harus saling berkaitan dan teks hanya menjelaskan bagian-bagian penting dari isi tabel.
  • Setiap tabel harus berdiri sendiri sehingga pembaca tidak perlu selalu membaca keterangan dalam teks. Jelaskan semua singkatan yang ada dalam teks langsung di bawah tabel.
  • Jika dalam teks ada penjelasan tentang tabel, sebutkan nomor tabel. Jangan mengatakan pada tabel di atas atau di bawah. Misalnya: seperti terlihat pada tabel 8, respons yang ditampilkan adalah
  • Tabel sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga data dengan baris dan kolom yang sama isinya tidak muncul dalam beberapa tabel yang berbeda.
  • Gunakan format, judul, sub judul, serta istilah yang sama untuk semua tabel. Jarak antar baris dalam tabel adalah 1 spasi.
  • Tulis nomor tabel secara berurutan dengan angka arab (1,2, dst). Jangan menggunakan akhiran pada nomor tabel seperti tabel 4a, 4b, dan sebagainya. Penulisan nomor tabel maupun keterangan di bawah tabel dimulai dari tepi kiri tabel dan ditulis rata kiri.
  • Jika ada tabel dalam lampiran maka tuliskan nomor tabel dengan huruf besar dan angka arab. Misalnya: Tabel A1 adalah tabel pertama pada lampiran A, Tabel C2 adalah tabel kedua pada lampiran C.
  • Berikan judul yang singkat dan padat pada setiap tabel.
  • Singkatan yang ada pada sub judul atau isi tabel dapat ditulis dalam tanda kurung pada judul tabel.
    Misalnya: Proporsi Hit & False-Alarm (FA) pada eksperimen 2.
  • Jika angka pada tabel berbentuk desimal, bulatkan angka hingga dua angka dibelakang koma. Tuliskan angka 0 di depan desimal jika data dalam tabel kurang dari 1, misal : 0.23 cm; 0.48 detik. Jangan tuliskan angka 0 di depan angka desimal jika data tidak mungkin lebih dari 1, misal :r (24) =-.43, p< .05.
  • Jika pada pertemuan antara baris dan kolom (yang disebut sel) tidak dapat diisi data, maka kosongkan sel. Jika sel tidak dapat diisi karena data tidak diperoleh atau tidak dilaporkan, berikan tanda garis dalam sel, dan jelaskan arti garis tersebut.
  • Tabel tidak selalu berisi data kuantitatif. Ada tabel yang berisi kata-kata, seperti tabel perbandingan kualitatif atau tabel informasi deskriptif yang menggambarkan karakteristik-karakteristik tertentu.
  • Ada tiga keterangan yang dituliskan di bawah tabel, yaitu keterangan umum, keterangan khusus, dan keterangan mengenai probabilitas.
    - Keterangan umum: menjelaskan atau memberikan informasi tambahan yang berkaitan dengan tabel secara keseluruhan dan diakhiri dengan penjelasan dengan singkatan, dan sebagainya.
    Contoh :
    Keterangan : Semua interaksi 3 arah yang tidak signifikan tidak dicantumkan.
    - Keterangan khusus mengarah pada kolom, baris, atau data tertentu. Keterangan khusus diindikasikan dengan superscriptlowercase letters.
    Contoh :
    Keterangan :an = 25. bsubyek ini tidak menyelesaikan penelitian.
  • Keterangan mengenai derajat probabilitas yang menunjukkan hasil dari uji signifikansi.
    Contoh :
    Keterangan : * = p < .05 ** = p <.01

Daftar checklist untuk penulisan tabel :
  • apakah tabel diperlukan?
  • apakah tabel sudah memiliki judul, sub judul, dan keterangan?
  • apakah semua tabel diisi secara konsisten?
  • apakah judul singkat dan padat?
  • apakah setiap kolom memiliki judul kolom?
  • apakah semua singkatan, garis bawah, tanda kurung, garis sambung, dan simbol-simbol khusus telah dijelaskan?
  • apakah semua tingkat probabilitas ditulis dengan benar?
  • apakah semua tingkat probabilitas ditulis dengan jumlah bintang yang sama jika muncul dalam beberapa tabel?
  • apakah semua keterangan mengikuti urutan: keterangan umum, keterangan khusus, keterangan derajat probabilitas?
  • apakah semua tabel sesuai dengan teks yang menjelaskannya?
Tata Cara Penulisan Skripsi yang Benar Beserta Contoh_
image source: 2020msl.com
baca juga: Tujuan, Tata Cara dan Tahap-Tahap Penulisan Skripsi

2. PENULISAN GAMBAR

Jika di dalam skripsi digunakan berbagai ilustrasi di luar tabel, ilustrasi itu disebut gambar. Gambar dapat berbentuk grafik, foto, gambar, dan berbagai penggambaran lain.

1. Grafik :
Menggambarkan hubungan, perbandingan, dan distribusi dari sekumpulan data dan memperlihatkan beberapa hal, seperti nilai absolut, persentase, dan angka indeks.

Grafik dapat berbentuk :
  • Grafik garis : menggambarkan hubungan antara dua variabel atau lebih.
  • Grafik batang : digunakan jika variabel independen adalah variabel kategorikal.
  • Grafik lingkaran/pie chart : digunakan untuk memperlihatkan persentase atau proporsi.
  • Grafik scatter : berisi titik-titik tunggal yang menggambarkan nilai dari kejadian-kejadian tunggal terhadap dua varian yang digambarkan dalam bentuk aksis dan ordinat.
  • Grafik pictorial : digunakan untuk menggambarkan perbedaan antar kelompok secara sederhana.

2. Bagan/skema/chart :
menggambarkan hubungan antara bagian-bagian kelompok atau obyek atau urutan operasi dalam proses. Bagan biasanya digambarkan dengan kotak-kotak yang dihubungkan dengan garis.

3. Peta titik/dot maps :
memperlihatkan kepadatan populasi. Peta yang diarsir dapat menggambarkan nilai rata-rata atau persentase.

4. Gambar :
merupakan sesuatu yang dipilih secara selektif dan memberikan kebebasan pada peneliti untuk menekankan aspek tertentu dengan ide tertentu.

5. Foto :
memiliki daya tarik yang paling kuat untuk memperlihatkan gambaran tertentu dari subyek atau responden penelitian.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penulisan gambar adalah :
  • Gambar harus sederhana, jelas, dan berkesinambungan.
  • Gambar memberikan tambahan penjelasan mengenai keseluruhan hasil secara sekilas dan menyeluruh.
  • Gambar hanya menjelaskan fakta penting.
  • Gambar harus mudah dibaca dan dipahami.
  • Gambar harus konsisten dan dipersiapkan dengan gaya yang sama
  • Gambar harus dirancang secara hati-hati dan terencana.
  • Hilangkan detil-detil yang dapat mengganggu gambar.

Daftar checklist untuk penulisan gambar :
  • Apakah gambar diperlukan?
  • Apakah gambar sederhana, jelas, dan bebas dari detil mengganggu?
  • Apakah data digambarkan secara akurat?
  • Apakah skala dalam gambar sudah proposional?
  • Apakah tulisan dalam gambar cukup besar dan jelas untuk dibaca, terutama jika gambar akan diperkecil?
  • Apakah besar tulisan sebanding dengan besar gambar?
  • Apakah detil gambar dan besar tulisan tetap dapat dilihat jika, diperkecil sebanyak 25% sampai 50%?
  • Apakah gambar yang paralel dan gambar penting yang setara dipersiapkan dengan skala yang sama?
  • Apakah istilah ditulis secara benar?
  • Apakah semua singkatan dan simbol dijelaskan dalam keterangan gambar? 
  • Apakah simbol, singkatan, dan istilah dalam gambar konsisten dengan keterangan gambar? Konsisten dengan gambar lain? Konsisten dengan teks?
  • Apakah semua keterangan gambar digambarkan secara bersama-sama dalam lembar yang terpisah?
  • Apakah gambar diberikan nomor secara berututan dengan angka arab?
  • Apakah semua gambar diterangkan dalam teks?

3. PENULISAN ISTILAH

a. Penggunaan istilah

Dalam penulisan skripsi hendaknya penulis berusaha menggunakan istilah Indonesia yang lazim dipakai. Namun demikian tidak dapat dihindari kenyataan bahwa seringkali ditemukan istilah-istilah asing yang belum memiliki terjemahan yang baku dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini ada beberapa cara yang dapat ditempuh :
  1. Mencek istilah Indonesia yang artinya paling mendekati istilah asing tersebut. Pada penggunaan pertama kali, istilah tersebut hendaknya diikuti dengan padanan istilah asingnya. Untuk selanjutnya istilah Indonesia tersebut dapat digunakan.
    Misalnya : “...unjuk kerja (performance) karyawan di perusahaan tersebut. Unjuk kerja ini diukur...”
  2. Menuliskan istilah asing tersebut sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesia masih dapat dibandingkan dengan bentuk aslinya.
    Misalnya: acculturation menjadi akulturasi, excitation menjadi eksitasi
  3. Menggunakan istilah asing sebagaimana adanya karena belum memungkinkan untuk diserap sepenuhnya ke dalam bahasa Indonesia. Untuk membedakan istilah ini dari istilah asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia (butir 2 di atas), hendaknya istilah tersebut ditulis dengan huruf miring atau dalam tanda kutip.
    Misalnya: “...penelitian ini akan membandingkan fear of success dari generasi anak dan generasi ibu...”

Referensi yang dapat digunakan untuk mengetahui aturan-aturan yang berhubungan dengan penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

b. Catatan Kaki

Catatan kaki biasanya digunakan untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk menunjang fakta, konsep, atau gagasan yang ada dalam teks.Karena catatan kaki ini sering menyulitkan penulisan dan mahal bila dimasukkan dalam teks, catatan kaki ini hendaknya dibuat bila benar-benar mutlak diperlukan untuk menyokong teks.Pada tulisan-tulisan yang baik, umumnya penulis berusaha memasukkan informasi penting ke dalam teks.

Pada skripsi Fakultas Psikologi catatan kaki ini tidak pernah digunakan oleh karena itu catatan kaki ini tidak akan diuraikan.

4. PENULISAN KUTIPAN

a. Apabila nama pengarang dinyatakan dalam teks, ikutilah nama pengarang dengan tahun. Pada nama asing biasanya hanya ditulis nama akhir sedangkan untuk nama Indonesia ditulis apa yang lazim dipakai. Gelar yang menyertai nama pengarang dan akhiran seperti Jr. tidak perlu dituliskan.

Contoh :
  • Rogers (1994) membandingkan waktu reaksi...
  • Amran Halim (1997) menyatakan bahwa...
  • Dalam penelitian terakhir mengenai waktu reaksi, Rogers (1994) menggambarkan metode... Rogers juga menemukan...

b. Apabila nama pengarang tidak dinyatakan dalam teks, cantumkanlah nama akhir pengarang dan tahun terbit tulisan dengan tanda koma diantaranya.

Contoh :
  • Pada penelitian terakhir diketahui … (Rogers, 1994)
  • ...memerlukan bahasa Indonesia yang baik (Halim, 1997)

c. Apabila tulisan/buku yang dikutip memiliki 2 pengarang cantumkan selalu nama akhir mereka. Jika nama dituliskan dalam teks, gabungkan kedua nama dengan kata “dan”. Jika nama dituliskan dalam tanda kurung; tabel, dan judul; serta daftar pustaka, gabungkan nama dengan tanda “&”.

Contoh :
  • Becker dan Seligman (1981) berpendapat …
  • Persepsi sosial merupakan … (Becker & Seligman, 1981).

d. Apabila buku yang dikutip memiliki 3 pengarang atau lebih, tuliskan nama akhir mereka secara lengkap pada kutipan pertama. Untuk kutipan berikutnya tuliskan nama akhir pengarang diikuti dengan et al. atau dkk.

Contoh :
  • Wassertein, Zappulla, Rosen, Gerstman, and Rock (1994) menemukan... [kutipan pertama]
  • Wasserstein dkk. (1994) menemukan... [kutipan berikutnya]

e. Apabila kutipan dilakukan dari buku yang memiliki 6 atau lebih pengarang, tuliskan nama akhir pengarang yang pertama, dan dilanjutkan dengan kata “dkk.”. Jika dua referensi dengan 6 atau lebih pengarang akan diperpendek, tuliskan nama akhir dari pengarang pertama dan beberapa pengarang berikutnya yang penting untuk membedakan kedua referensi tersebut, dan diikuti dengan kata dkk.

Contoh :
  • Kosslyn, Koenig, Barrett, Cave, Tang, and Gabrieli (1992)...
  • Kosslyn, Koening, Gabrieli, Tang, Marsolek, and Daly (1992)...

Dalam teks dapat dituliskan :
  • Kosslyn, Koenig, Barrett, dkk. (1992)
  • Kosslyn, Koenig, Gabrieli, dkk. (1992)

f. Apabila kutipan dilakukan dari beberapa buku dengan pengarang yang sama dalam tahun yang berbeda, tuliskan tahun berdasarkan urutan.

Contoh :
  • Dinamika terjadinya …(Edeline & Weinberg, 1991, 1993).
  • Keterikatan emosional … (Gogel, 1984, 1990, dalam penerbitan).

g. Apabila kutipan dilakukan dari pengarang yang sama dan tahun yang sama, hendaklah ditambahkan huruf a, b, c, dst. setelah tahun terbit.

Contoh :
  • Beberapa penelitian... (Zola-Morgan & Squire, 1986, 1990, dalam penerbitan-a, dalam penerbitan-b).
  • Perkembangan kepribadian (Johnson, 1991a, 1991b, 1991c; Singh, 1983, dalam penerbitan-a, dalam penerbitan-b).

h. Apabila gagasan disokong oleh beberapa orang, nama pengarang dituliskan berturut-turut menurut abjad dengan menggunakan titik koma sebagai pemisah.

Contoh :
  • ...menunjukkan gejala yang berbeda (Balda, 1980; Kamil, 1988; Pepperberg & Funk, 1990).

Pengecualian :
Jika kutipan utama akan dipisahkan tambahkan kalimat :”lihat juga”, sebelum kutipan berikutnya yang disusun secara alfabetik.

Contoh :
  • (Overmier, 1993; lihat juga Abeles, 1992; Storandt, 1990).

i. Apabila kutipan di ambil dari sumber ke dua, sedangkan sumber asli tidak dibaca, maka penulis dari sumber asli tidak perlu dituliskan tahunnya.

Contoh :
  • ...didasarkan pada pendapat Locke (dalam Siegel & Lane, 1987) mengenai...
  • Allen dan Meyer (dalam Dunham, Grude, & Castaneda, 1994) mengemukakan bahwa...

j. Untuk mengutip bagian tertentu dari suatu sumber, tuliskan nomor halaman, bab, gambar, atau tabel pada teks. Contoh :
  • (Cheek & Buss, 1981, hal. 332)
  • (Shimamura, 1989, bab 3)

k. Kutipan berdasarkan komunikasi personal seperti surat, memo, komunikasi elektronik (misal e-mail, kelompok diskusi, pesan dari buletin elektronik), pembicaraan telepon, dan sebagainya dapat saja dituliskan. Karena tidak ada data yang tertulis, komunikasi personal tidak perlu dituliskan dalam daftar pustaka. Kutipan komunikasi personal hanya ditulis dalam teks. Tuliskan nama inisial dan nama akhir komunikator, dan jika mungkin tuliskan tanggal dengan tepat.

Contoh :
  • K.W. Schaie (komunikasi personal, 18 April 1993).

l. Pada kutipan langsung, nama pengarang dan tahun diikuti dengan halaman dari mana kutipan diambil. Yang perlu diingat, kutipan langsung hendaknya dilakukan bila sungguh-sungguh relevan dan perlu. Bila terlalu banyak digunakan, dapat memberi kesan bahwa penulis kurang mengolah dan mencerna bahan sehingga teks hanyalah merupakan serangkaian kutipan. Adalah lebih baik bila bahan-bahan yang ada diolah dan disintesakan sebelum dimasukkan ke dalam teks.

Apabila kutipan langsung merupakan bagian kalimat atau kalimat singkat, tempatkanlah kutipan itu sebagai bagian kalimat di dalam teks di antara tanda kutip.

Contoh :
  • la menyatakan “efek placebo” (Miele, 1993: 276), tetapi tidak dijelaskan tingkah laku apa yang diteliti.
  • Miele (1993) menemukan bahwa “efek placebo” (hal. 276).

Ilmu Psikologi - Apabila kutipan langsung merupakan sejumlah kalimat, tempatkanlah kutipan ini terpisah dari teks, berjarak 1 spasi, rata kiri, dan masuk 5 ketukan dari margin kiri, tanpa mengubah jenis maupun ukuran tulisan. Jika kutipan terdiri dari 2 paragraf, paragaraf berikutnya dimulai pada baris baru dengan 5-7 ketukan ke dalam dari margin kiri baris sebelumnya.Kutipan dalam bahasa asing ditulis dengan huruf miring.

Contoh :
  • Miner (1992:5) mendefinisikan
    “Human Resource Management may be defined as the process of developing, applying, and evaluating policies, procedures, methods, and program relating to the individual in the organization “.
  • · ……………….. didefinisikan :
    “... a tendency to engage in consistent lines of activity based on the individual recognition of the cost (or lost side bets) associated with discontinuing the activity” (Becker dalam Allen & Meyer, 1990:3). 

5. PENULISAN DAFTAR PUSTAKA

a. Terbitan Periodik
  • Urutan penulisan : nama penulis, tahun penerbitan, nama artikel, nama jurnal, volume jurnal, nomor jurnal, halaman artikel.
  • Huruf besar hanya ditulis pada huruf pertama judul dan sub judul (jika ada), dan nama diri; jangan menggaris bawahi judul atau memberikan tanda petik di antaranya. Nama jurnal dicetak miring.
  • Tuliskan juga informasi non-rutin yang penting untuk identifikasi dan tuliskan dalam tanda kurung segera setelah judul artikel (contoh, [surat untuk editor]). Tanda kurung menandakan deskripsi bentuk, bukan judul.
  • Akhiri penulisan dengan tanda titik.

1) Artikel jurnal, satu pengarang
Bekerian, D.A. (1993). In search of the typical eyewitness. American Psychologist, 48,574-576.

2) Artikel jurnal, dua pengarang, jurnal berdasarkan masalah
HIimoski, R., & Palmer, S. (1993). The ADA and the hiring process in organizations. Consulting Psychology Journal : Practice and Research, 45 (2),10-36.

3) Artikel jurnal, tiga sampai lima pengarang
Borman, W.C., Hanson, M.A., Oppler, S.H., Pulakos, E.D., & White, L.A. (1993). Role of early supervisory experience in supervisor performance. Journal of Applied Psychology, 78, 443-449.

4) Artikel jurnal, enam atau lebih pengarang
Kneip, R.C., Delamater, A.M., Ismond, T., Milford, C., Salvia, L., & Schwarz, D. (1993). Self-and spouse rating of anger and hostility as predictors of coronary heart disease. Health Psychology, 12, 301-307.

Catatan :
  • Dalam teks, setiap kali gunakan cara penulisan kutipan sebagai berikut : (Kneip et al., 1993)

5) Artikel jurnal yang sedang diterbitkan
Zuckerman, M, & Kieffer, S.C. (dalam penerbitan). Race differences in face-ism: Does facial prominence imply dominance? Journal of Personality and Social Psychology.

Catatan :
Jangan menuliskan tahun, volume, atau nomor halaman sampai artikel diterbitkan.
  • Di dalam teks, gunakan cara penulisan kutipan sebagai berikut : (Zuckerman & Kieffer, dalam penerbitan).
  • Jika kepustakaan lain dari pengarang yang sama (atau urutan sama untuk beberapa pengarang) ada dalam daftar pustaka, tempat judul artikel yang sedang diterbitkan setelah kepustakaan yang telah diterbitkan.
  • Jika lebih dari satu artikel yang sedang diterbitkan, urutkan kepustakaan tersebut secara alfabetik berdasarkan kata pertama setelah elemen tanggal, dan berikan tambahan huruf setelah elemen tanggal (contoh, dalam penerbitan -a).

6) Artikel majalah
Setyarini, Lies (1997, 11-24 Januari). Kiat praktis memilih TK. Ayahbunda, 01, 24.

Catatan :
  • Tuliskan tanggal yang ada dalam publikasi - bulan untuk majalah bulanan, tanggal dan bulan untuk majalah mingguan.
  • Tuliskan nomor volume penerbitan.

7) Artikel dalam laporan berkala
Brown, L.S. (1993, Spring). Antidomination training as a central component of diversity in clinical psychology education. The Clinical Psychologist, 46, 83-87.

8) Artikel dalam laporan berkala, tanpa pengarang
The new health-care lexicon. (1993, August/ September). Copy Editor, 4, 1-2.

Catatan :
  • Urutkan secara alfabetik artikel tanpa pengarang berdasarkan kata pertama dalam judul.
  • Di dalam teks, gunakan judul yang penting (atau seluruh judul jika judul pendek) dengan cara penulisan kutipan sebagai berikut: (“The New Health-Care Lexicon,” 1993).
  • Tuliskan nomor volume.

9) Artikel surat kabar harian, tanpa pengarang
Otonomi ditandari dengan keberanian daerah mengambil keputusan (1997, 25 April). Suara Pembaharuan, hal. 3.

Catatan :
  • Urutkan tulisan tanpa pengarang berdasarkan kata pertama dalam judul.
  • Di dalam teks, gunakan cara penulisan kutipan sebagai berikut : “Otonomi,” 1997).
  • Penulisan nomor halaman dalam surat kabar didahului dengan hal.

10) Artikel surat kabar harian, halaman bersambung
Berakhirnya politik televisi dan bola (1997, 17 April). Kompas, hal 1, 15.

b. Buku, Brosur, dan Bab dalam Buku
  • Urutan penulisan : pengarang atau editor buku, tahun penerbitan, judul buku, tempat dan nama penerbit.
  • Judul buku dicetak miring.

Contoh :
Cone, J.D., & Foster, S.L. (1993). Dissertation and theses from start to finish : Psychology and related fields. Washington, DC: American Psychological Association.

1) Buku, edisi ketiga, ada nama junior
Mitchell, T.R., & Larson, J.R., Jr. (1987). People in organizations : An introduction to organizational behavior (3rd ed.). New York: McGraw Hill.

2) Buku, sejumlah pengarang (departemen pemerintah) sebagai penerbit
Australian Bureau of Statistics. (1991). Estimated resident population by age and sex in statistical local areas, New South Wales, June 1990 (No. 3209.1). Canberra, Australian Capital Territory: Author.

Catatan :
  • Urutkan secara alfabetik (sejumlah pengarang) berdasarkan kata pertama dari nama pengarang.
  • Jika pengarang dan penerbit identik, gunakan nama pengarang sebagai kata nama penerbit.

3) Buku yang diedit
Gibbs, J.T., & Huang, L.N. (Eds.). (1991). Children of color: Psychological intervention with minority youth. San Fransisco: Jossey-Bass.

4) Buku tanpa pengarang atau editor
Merriam-Webster s collegiate dictionary (10th ed.). (1993). Springfield, MA: Merriem-Webster.

Catatan :
  • Tempatkan judul buku dalam posisi pengarang.
  • Urutkan secara alfabetik buku-buku tanpa pengarang atau editor berdasarkan kata pertama dalam judul.
  • Di dalam teks, untuk membuat kutipan gunakan beberapa huruf dari judul atau seluruh judul jika judul pendek, dalam posisi pengarang (Merriem Webster s Collegiate Dictionary, 1993).

5) Buku, edisi revisi
Rosenthal, R. (1987). Meta-analytic procedures for social research. (Rev. ed). Newbury Park, CA: Sage.

6) Beberapa volume buku dalam periode lebih dari satu tahun
Koch, S. (Ed.). (1959-1963). Psychology: A study of science (vols. 1-6). New York: McGraw-Hill.

Catatan:
  • Di dalam teks, gunakan cara penulisan kutipan sebagai berikut : (Koch, 1959-1963).

7) Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
American Psychiatric Association. (1994). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed.). Washington, DC: Author.

Catatan :
  • Asosiasi adalah nama pengarang sekaligus penerbit.
  • Sebutkan edisi yang digunakan dengan huruf arab dan di dalam tanda kurung.
  • Di dalam teks, tuliskan nama asosiasi dan nama manual secara lengkap dalam tulisan pertama teks, setelah itu baru tuliskan bentuk DSM seperti biasa (dicetak miring) sebagai berikut :
    - DSM-III (1980) edisi tiga
    - DSM-III-R (1987) edisi tiga, revisi
    - DSM-IV (1994) edisi empat

8) Ensiklopedia atau kamus
Sadie, S. (Ed.). (1980). The new Grove dictionary of music and musicians (6th ed., Vols. 1-20). London: Macmillan.

9) Artikel atau bab dari buku yang diedit
Massaro, D. (1992). Broading the domain of the fuzzy logical model of perception. Dalam H.L. Pick, Jr., P. van den Broek, & D.C. Knill (Eds.), Cognition: Conceptual and methological issues (pp. 51-84). Washington, DC: American Psychological Association.

Catatan:
  • Urutan penulisan : nama pengarang, tahun penerbitan, judul artikel atau bab, nama editor, judul buku, halaman artikel atau bab, informasi penerbit.
  • Yang dicetak miring adalah judul buku, bukan judul artikel.

10) Bab dalam volume berseri
  • Maccoby, E.E., & Martin, J. (1983). Socialization in the context of the family : Parent-child interaction. Dalam P.H. Mussen (Series Ed.). & E.M. Hetherington (Vol. Ed.), Handbook of child psychology: Vol. 4. Socialization, personality, and social development (4th ed., hal. 1-101). New York: Wiley.

Catatan :
  • Urutkan editor buku pada posisi pertama dan editor volume pada posisi kedua sehingga paralel dengan judul buku dan judul volume.
  • Yang dicetak miring adalah nama buku dari volume berseri tersebut.

c. Laporan Teknis atau Penelitian

Urutan penulisan: penulis laporan, tahun publikasi, judul laporan, penerbit.

Contoh :
Mazzeo, J., Druesne, B., Raffeld, P.C., Checketts, K.T., & Muhlstein, A. (1991). Comparibility of computer and paper-and pencil scores of two CLEP general examinations (College Board Rep. No. 91-5). Princeton, NJ: Educational Testing Service.

Catatan :
  • Jika laporan memiliki nomor tertentu (misal nomor laporan, nomor kontrak kerja, nomor monograf), tuliskan nomor tersebut di dalam tanda kurung setelah judul. 
  • Jangan menggunakan tanda titik di antara judul laporan dengan tulisan di dalam tanda kurung.
  • Jangan mencetak miring tulisan di dalam tanda kurung.
  • Jika laporan dibuat dalam dua nomor, berikan nomor yang paling mudah diidentifikasi dan diingat.
  • Tuliskan nama penerbit secara tepat (nama departemen, kantor, perwakilan, institut yang menerbitkan laporan). Tuliskan nama departemen, kantor, atau perwakilan yang lebih tinggi hanya jika penerbit laporan tidak diketahui dengan jelas.

1) Laporan universitas
Broadbent, R.G., & Maller, R.A. (1991). Sex offending and recidivism (Tech. Rep. No. 3). Nedlands, Western Australia: University of Western Australia, Crime Research Centre.

Catatan :
  • Jika nama negara termasuk dalam nama universitas, jangan mengulang nama negara dalam tempat lokasi.
  • Tuliskan nama universitas dalam posisi pertama, kemudian nama departemen atau organisasi yang menerbitkan laporan.

2) Laporan dari organisasi swasta
Employee Benefit Research Institute. (1992, February). Sources of health insurance and characteristics of the uninsured (Issue Brief No. 123). Washington, DC: Author.

Catatan :
  • Gunakan bentuk ini untuk ringkasan laporan, laporan kerj a, dan dokumen lain yang berkaitan, dan tuliskan nomor dokumen yang sesuai di dalam tanda kurung.

d. Laporan Rapat atau Seminar

1) Laporan yang dipublikasikan, laporan simposium
Deci, E.L., & Ryan, R.M. (1991). A motivational approach to self: Integration in personality. Dalam R. Dienstbier (Ed.), Nebraska Symposium on Motivation: Vol. 38. Perspectives on motivation (hal. 237-288). London: University of Nebraska Press.

2) Laporan yang diterbitkan secara reguler
Cynx, J., Williams, H., & Nottebohm, F. (1992). Hemispheric differences in avian song discrimination. Proceedings of the National Academy of Sciences, USA, 89,1372-1375.

Catatan :
  • Perlakukan laporan yang diterbitkan sebagai jurnal periodik.
  • Tunjukkan setelah judul artikel, jika hanya abstrak yang dituliskan dalam laporan. Gunakan tanda kurung untuk menunjukkan bahwa bahan merupakan deskripsi bukan judul.

3) Makalah seminar yang tidak dipublikasikan
Lichstein, K.L., Johnson, R.S., Womack, T.D., Dean, J.E., & Childers, C.K. (1990, June). Relaxation therapy for polypharmacy use in elderly insomniacs and noinsomniacs. Dalam T.L. Rosenthal (Chair), Reducing medication in geriatric populations. Simposium dilakukan pada pertemuan the First International Congress of Behavioral Medicine, Uppsala, Sweden.

4) Makalah yang dipresentasikan dalam seminar
Lanktree, C., & Briere, J. (1991, January). Early data on the Trauma Symptom Checklist for Children (TSC-C). Makalah dipresentasikan pada pertemuan the American Professional Society on the Abuse of Children, San Diego, CA.

5) Poster
Ruby, J., & Fulton, C. (1993, June). Beyond redlining: Editing software that works. Poster disajikan pada pertemuan tahunan the Society for Scholarly Publishing.

e. Media Elektronik

Informasi on-line
Pengarang, I (tanggal). Judul artikel. Nama penerbit [on-line], vol. Tunjukkan nama sumber informasi (misal, FTP: 128.112.128.1)

1) Abstrak on-line
Meyer, A.S., & Bock, K. (1992). The tip-of-the tongue phenomenon: Blocking or partial activation? [On-line]. Memory & Cognition, 20, 715-726. Abstrak dari: DIALOG File: PsycINFO Item: 80-16351

2) Artikel jurnal on-line, berdasarkan langganan
Central Vein Occlusion Study Group. (1993, 2 Oktober). Central vein occlusion study of photocoagulation: Manual of operations [675 paragraf]. Online Journal of Current Clinical Trials [On-line series]. Available: Doc, No. 92

3) Jurnal on-line, akses umum

- E- mail
Funder, D.C. (1994, Maret). Judgmental process and content: Commentary on Koehler on baserate [9 paragraf]. Psycoloquy [On-line serial], 5 (17). Available E-mail: psyc@pucc Message: Get psyc 94-xxxxx

- FTP
Funder, D.C. (1994, Maret). Judgmental process and content: Commentary on Koehler on baserate [9 paragrafl. Psycoloquy [On-line serial], 5_(17). Available FTP: Hostname: princeton.edu Directory: pub/harnad/ Psycoloquy/1994. Volume.5 File: psycoloquy.94.5.17.baserate.l2.funder

Sekian artikel tentang Tata Tulis Skripsi yang Baik dan Benar Beserta Contoh.

Daftar Pustaka
  • Setiadi, B.N., Matindas, R.W., Chairy, L.S. (2003). Pedoman Penulisan Skripsi Psikologi. Jakarta : LPSP3-UI

Peran dan Tujuan Penelitian Dalam Psikologi Menurut Ahli

$
0
0
Peran dan Tujuan Penelitian Dalam Psikologi Menurut Ahli - Artikel ini akan membahas tentang Peran Penelitian Dalam Psikologi, tujuan dan hipotesis penelitian, variabel dalam penelitian psikologi. Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai peran penelitian dalam psikologi, tujuan dan hipotesis penelitian, variabel dalam penelitian psikologi.

Penelitian menjadi suatu yang penting dalam psikologi. Bahasan dalam psikologi adalah menarik, tapi hal tersebut tidak cukup tanpa memperhatikan pemahaman mengenai metode penelitian yang membangun psikologi itu sendiri.

Beberapa bahasan psikologi yang mungkin menarik misalnya :
  • Mengapa kita tertarik pada beberapa orang dan tidak kepada semua orang lain ? 
  • Mengapa kita bermimpi ? 
  • Apa yang menyebabkan depresi dan apa yang bisa kita lakukan untuk meringankannya ? 
  • Bisakah kita meningkatkan memori dan , jika demikian, bagaimana caranya ? 
  • Apa yang membuat kita agresif dan kita bisa melakukan apa saja untuk membuat kita menguranginya ? 
  • Apa aturan yang mengatur percakapan sehari-hari percakapan ?
Peran dan Tujuan Penelitian Dalam Psikologi Menurut Ahli_
image source: thedirtpsychology.org
baca juga: Tata Tulis Skripsi yang Baik dan Benar Beserta Contoh

Permasalahan dalam kajian psikologi berbagai ragam bentuknya, oleh sebagai itu pula seharusnya penelitian psikologi yang berupaya untuk menjelaskannya. 

1. Membaca

Cara terbaik untuk dapat memahami penelitian psikologi adalah dengan membaca secara cermat mengenai kajian atau penelitian yang dilakukan. Hanya sedikit buku teks yang menjabarkan penelitian terkait secara detail.

2. Mengevaluasi Data


Psikologi bukan hanya tentang belajar mengenai kesimpulan telah dicapai pada suatu topik. Akan tetapi mungkin lebih penting untuk mengetahui dan berhati-hati mengevaluasi bukti yang telah menyebabkan kesimpulan yang diambil.

Mengevaluasi bukti penelitian melibatkan memeriksa pernyataan umum yang disusun peneliti mengenai masalah dan informasi atau data yang relevan dengan pernyataannya. Perlu untuk memeriksa apakah bukti atau data mendukung pernyataan sehingga membuat penyimpulan yang berlebihan. Terkadang dalam kasus-kasus ekstrim , peneliti menarik kesimpulan yang tampaknya tidak dibenarkan oleh data mereka. Setiap pernyataan yang melampaui data adalah spekulasi atau dugaan dan perlu diakui. Tidak ada yang salah dengan spekulasi seperti itu sejauh masih dalam bentuk hipotesis, Spekulasi diperlukan dalam rangka memperoleh lebih jauh dari apa yang sudah kita ketahui.

3. Menyimpulkan Kausalitas (Sebab Akibat)


Konsep kausalitas telah penting sepanjang sebagian besar sejarah psikologi . Disiplin lain mungkin menganggap itu hampir obsesi psikologi . Makna istilah ini diwujudkan dalam kalimat ' sebab dan akibat. Idenya adalah bahwa hal-hal yang terjadi di dunia mungkin memiliki efek pada hal-hal lain .


4. Tipe Penelitian dan Asesmen untuk Mengetahui Penyebab

Tipe Penelitian :

- Korelasional atau studi perbandingan (cross sectional study)



- Studi longitudinal




- Eksperimen atau studi dengan penugasan yang randomisasi


Berikut ini adalah perbandingan penggunaan ketiga tipe diatas :



Bila dilihat prosentasi penggunakan ketiga jenis penelitian diatas, diperoleh data sebagai berikut :


5. Praktek atau Penerapan

Psikolog meyakini pentingnya penelitian yang didasari pengujian yang empiris. Untuk itu perlu pemahaman mengenai metode penelitian dan keterampilan untuk menggunakannya.

Konsep Praktisi-Peneliti telah dikembangkan akhir-akhir ini. Konsep tersebut membantu para praktisi untuk dapat mencapai hasil kerja lebih baik dengan melakukan penelitian.

TUJUAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN


Penelitian merupakan kegiatan sangat bervariasi maksud dan tujuannya. Dalam psikologi mungkin lebih dari disiplin ilmu yang lainnya. Pada bagian ini akan dibahas mengenai tujuan dan hipotesis yang mendasari penelitian. Penelitian adalah proses rasional. Tidak saja melakukan mengukur variabel dan mencari tahu apa hubungan antara keduanya. Ide penelitian tidak hanya untuk menciptakan informasi atau fakta baru tetapi untuk membangun, memperluas, menjelaskan dan menegaskan apa yang sudah diketahui.

1. Tipe Kajian

Ada tiga jenis kajian :
  • Deskriptif atau eksplorasi 
  • Evaluasi 
  • Meta analisis 

2. Tujuan Penelitian
Penelitian harus menjelaskan tujuan dari penelitian yang mereka lakukan. Ada 2 hal penting yang harus diperhatikan :
  • Perlunya kejelasan tentang tujuan dari penelitian 
  • Harus mampu menjelaskan tujuan penelitian adalah menarik. 

Untuk menjelaskan tujuan penelitian perlu dapat melibatkan hal-hal berikut :
  • Menjelaskan relevansi penelitian dengan apa yang sudah diketahui dengan topic yang sedang diteliti. Memberikan penjelasan dan justifikasi bagi kemajuan dalam aspek teoritis maupun empiris dari sebelum dilakukan penelitian. 
  • Sebagai referensi dalam konteks sosial untuk menanggapi keprihatinan yang berada di masyarakat. 

3. Tipe Hipotesa
Perbedaan antara hubungan korelasional dan hubungan kausalitas penting. Hipotesis harus hati-hari diungkapkan untuk menunjukkan apakah sifatnya kausalitas atau korelasional. Arah hubungan yang diharapkan harus dimasukkan ke dalam hipotesis, akan tetapi harus memiliki dasar.


Berikut ini adalah 4 tipe hipotesa:



VARIABEL

Berikut ini adalah tipe-tipe dari variable :


Berikut ini adalah beberape perbedaan skala pengukuran dan karakteristiknya :



Daftar Pustaka
  • Howitt, D., and Cramer, D. (2011). Introduce to : Research Methods in Psychology, Third Edition. Edinburgh : Pearson

Tes Psikologis, Validitas, dan Reliabilitas Menurut Para Ahli

$
0
0
Tes Psikologis, Validitas, dan Reliabilitas Menurut Para Ahli - Materi ini membahas tentang tes psikologis dan validitas serta reliabilitas. Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai Tes Psikologis Dan Validitas Serta Reliabilitas.

Psikometri adalah
  • Prosedur untuk pengukuran aspek psikologi (Guildford)
  • Kombinasi dari pengukuran psikologi dan statistic (Kerlinger)
  • Metode tentang pengembangan dan penggunaan pengukuran pada psikologi (Nunnaly)

Psikometri diperlukan untuk :
  • Mempelajari perbedaan antar individu, antar kelompok dalam suatu sifat tertentu
  • Pengukuran sifat-sifat dalam penelitian
Tes Psikologis, Validitas, dan Reliabilitas Menurut Para Ahli_
image source: clarericcio.com
baca juga: Peran dan Tujuan Penelitian Dalam Psikologi Menurut Ahli

Pengukuran adalah
  • Pemberian angka pada objek atau peristiwa menurut aturan tertentu
  • Memberikan arti kuantitatif kepada angka tersebut

Masalah dalam mengukur konstruk psikologi :

  • Pendekatan pengukuran konstruk dapat berbeda
    - Satu konstruk dapat dioperasionalkan secara berbeda tergantung teori yang digunakan
  • Pengukuran psikologi biasanya didasasrkan pada sample behavior yang terbatas
  • Hasil pengukuran selalu mengandung kesalahan
  • Alat ukur psikologi mempunyai keterbatasan soal zero (0), unit ukur (tidak secara exact)
  • Konstruk psikologi tidak cukup hanya dioperasionalkan, melainkan harus dihubungkan dengan kontruk lain atau gejala lain yang observable.

Permasalahan dalam pengukuran :
  • Apakah perilaku yang dipilih sah?
  • Bagaimana peraturan untuk mengkuantifikasi?
  • Angka-angka yang keluar sebagai hasil pengukuran membentuk skala apa?
  • Apakah pengukuran tidak mengandung kesalahan?
  • Apakah item-item dalam tes cukup mewakili domain perilaku yang hendak diukur?
  • Bagaimana hubungan antara konstruk yang diteliti dengan kontruk-kontruk lain?

Alat ukur yang baik :
  • Objektif
  • Standardized
  • Valid
  • Ada patokan umum / norma sehingga dapat diintepretasikan
  • Reliabel

Skala Pengukuran :

- Nominal
  • Bilangan sebagai label
  • Bilangan tidak mencerminkan kuantitas
  • Perhitungan aritmatik tidak dapat dilakukan
  • Contoh : laki-laki disimbolkan dengan angka 1 dan perempuan disimbolkan dengan angka 2

- Ordinal
  • Bilangan menggambarkan urutan dalam suatu dimensi
  • Bilangan mencerminkan kuantitas
  • Contoh : rangking di kelas

- Interval
  • Bilangan mencerminkan urutan
  • Ada satuan jarak yang sama à perbedaan antar individu diketahui
  • Tidak diketahui besar / banyaknya ciri yang dimiliki setiap individu
  • Ada titik nol buatan / persetujuan (tidak mutlak)

- Rasio
  • Ada satuan jarak yang sama
  • Ada titik nol yang sungguh-sungguh
  • Bilangan mencerminkan banyaknya ciri yang dimiliki

Variabel adalah suatu sifat / karakteristik yang dimiliki oleh orang-orang dalam kuantitas yang berbeda-beda. Suatu ciri / karakteristik yang menimbulkan perbedaan antara individu yang satu dengan yang lain.

Jenis Variabel

1. Variabel Kongkrit
  • Dapat dilihat (diindrai) langsung oleh mata (panca indra) 
2. Variabel Abstrak
  • Tidak dapat dilihat langsung
  • Disebut sebagai konstruk (sintesa dari beberapa ide)

3. Variabel Sederhana
  • Terdiri dari 1 dimensi 
4. Variabel Majemuk (kompleks)
  • Terdiri dari beberapa dimensi 
5. Variabel Kualitatif
  • Perbedaan antar individu dalam jenis 

6. Variabel kuantitatif
Perbedaan individu dalam :
  • Frekuensi
  • Derajat
  • Jumlah

Metode untuk menganalisa item :



Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam asesmen :
  • Objektivitas
  • Reliabilitas
  • Validitas

VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Beberapa tipe reliabilitas :


Bentuk-bentuk validitas


NORMA KELOMPOK

1. Persentil
Skor persentil adalah persentase dari jumlah orang dalam sampel yang berada dibawah raw score

Contoh :
40% orang yang dapat mengerjakan dengan benar kurang dari 25 soal aljabar, maka raw score 25 dapat disamkan dengan persentil ke 40 (P40)

2. Standar Score (Z-Score)
Menentukan perbedaan/jarak individu dai nilai rata-rata (mean) dalam satuan simpangan baku deviasi (SD) distribusi skor tes

Cara menghitung Z- score :
  • Membuat distribusi frekwensi raw score 
  • Menghitung mean, SD 
  • Menghitung z dari raw score dengan rumus : Z = (raw score – mean) / Standard Deviasi 

Contoh :

Rata–rata nilai ujian aljabar kelas 1 60 dan standard deviasinya 5, berapa z score dari Budi dan Adi dengan nilai mentah masing-masing 65 dan 50?

Zbudi = (65-60)/5 = + 1

Zadi = (50-60)/5 = - 2

3. T-Scale
Dipergunakan untuk mengatasi kelemahan dari Standard Score (tanpa angka negatif, maksimal 1 desimal dibelakang koma, jangkauan skor/daerah populasi diperluas distribusi normal.

Mean = 50 , SD = 10

Cara menghitung T-Score :
  • Menentukan kelas interval
  • Menentukan batas atas kelas
  • Menentukan frekwensi
  • Menentukan frekwensi kumulatif
  • Menentukan frekwensi kumulatif
  • Mencari nilai T- Score melalui proporsi kulmulatif dari masing-masing kelas pada tabel T
  • Menggambarkan titik-titik untuk mepresentasikan setiap nilai T
  • Mencari T – Score untuk masing-masing raw score
  • Membuat tabel yang memuat raw score dan T- Score

Tanpa menggunakan Tabel-T :
  • Sama dengan langkah 1—5 dengan menggunakan tabel
  • Menetukan z –Score pada tabel B berdasarkan proporsi kumulatif yang diperoleh
  • Mencari Z – Score

Contoh :
Proporsi 0.06, dari tabel B > Z = - 1.56
T Score > masukkan ke rumus Z-score dengan mean = 50 ; SD = 10 à x = 34,4 (cocokkan dengan tabel T)

4. C-Scale

Caranya :
  • Menentukan kelas interval
  • Menentukan batas atas kelas
  • Menentukan frekwensi
  • Menentukan frekwensi kumulatif
  • Menentukan proporsi kumulatif
  • Plot proporsi kumulatif di ordinat dari nilai X
  • Gambar kurva 
  • Menentukan pertemuan dari centile rank level dalam kurva
  • Menentukan limit skor

5. Standar Nine (Stanine)

Persentase Kurva Normal untiuk Digunakan dalam Konversi Stanine

PersentaseStanine
41
72
123
174
205
176
127
78
49

Cara mengkonversi ke Stanine :
  • Mengatur skor-skor original dalam urutan ukuran
  • Menetapkan stanine sejalan dengan persentase kurva normal

Contoh :
  • Dari 200 kasus, maka 8 akan diberi stanine 1 (4% dari 200 = 8)

Sekian artikel mengenai Tes Psikologis, Validitas, dan Reliabilitas Menurut Para Ahli.

Daftar Pustaka

  • Howitt, D. & Cramer, D. (2011). Introduction to Research Methods in Psycholoy. Harlow : Pearson
  • Matidas, D dkk. Mata Kuliah Psikometri Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (2004). Makalah yang tidak dipublikasikan.

Memahami Perbedaan Paradigma, Metodologi, dan Ilmu Sosial

$
0
0
Memahami Perbedaan Paradigma, Metodologi, dan Ilmu Sosial - Materi tentang penelitian perbedaan paradigma dan metodologi, paradigma ilmu-ilmu sosial, karakteritik penelitian kualitatif, kredibilitas penelitian kualitatif.

Melaui artikel ini diharapkan mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai perbedaan paradigma dan metodologi, paradigma ilmu-ilmu sosial, karakteritik penelitian kualitatif, kredibilitas penelitian kualitatif.

Perbedaan Paradigma & Metodologi

Sebelum memahami metode penelitian, perlu untuk memahami perbedaan antara paradigma dan metodologi. Paradigma adalah set pernyataan yang menerangkan bagaimana dunia dan kehidupan dipersepsikan. Cara pandang menyederhanakan/ memahami kompleksitas kehidupan untuk memberi gambaran mengenai bagaimana kehidupan/ realitas tertata. Lalu juga memberi gambaran mengenai apa yang dianggap penting/ mungkin/ perlu diteliti; apa yang sah dan diterima nalar.

Hal tersebut berbeda dengan teori, teori adalah set pernyataan yang saling berkaitan untuk menjelaskan gejala tertentu. Didalam teori ada konsep. Konsep adalah bagian atau elemen-elemen teori, memberi nama/ klasifikasi, memberi batasan pengertian tentang objek, pengalaman, peristiwa, hubungan-hubungan.

Sedangkan metodologi adalah ilmu tentang metode-metode, kerangka yang menjadi pedoman mengenai bagaimana penelitian dilaksanakan, menerjemahkan prinsip-prinsip paradigma tertentu dalam bahasa penelitian. Metode adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan bukti-bukti empiris.

Memahami Perbedaan Paradigma, Metodologi, dan Ilmu Sosial_
image source: www.slideshare.net
baca juga: Peran dan Tujuan Penelitian Dalam Psikologi Menurut Ahli

Paradigma Ilmu-Ilmu Sosial

Dalam ilmu sosial dikenal dua paradigma besar: Positivistik & Interpretif/ Fenomenologi.

Selanjutnya berkembang paradigma lain: Kritikal & Post Positivistik

Pandangan Tentang Dunia
Positivistik (kuantitatif)Interpretif (kualitatif)Kritikal
ObjektifSubjektifAntara objektif & subjektif
Dapat dipersepsi inderaDiciptakan oleh manusia sendiriDiciptakan oleh manusia sendiri
Seragam, dapat diatur hukum umum/universalDiinterpretasikanKompleks, dalam ketegangan dan konflik
Terintegrasi dengan baik untuk kepentingan manusiaDidasari opresi dan penekanan terhadap pihak yang lemah Penuh kontradiksi

Pandangan Tentang Manusia
Positivistik (kuantitatif)Interpretif (kualitatif)Kritikal
RasionalPencipta duniaDinamis, pencipta nasib
Mengikuti hukum diluar dirinyaMemberi arti pada duniaMengalami brainwash, diarahkan secara tidak tepat
Tidak memiliki kebebasan kehendakTidak dibatasi hukum dari luar dirinya Menciptakan rangkaian maknaRealisasi potensi terhalang

Pandangan Tentang Ilmu Pengetahuan
Positivistik (kuantitatif)Interpretif (kualitatif)Kritikal
Didasarkan aturan yang ketat dan seragam Didasari pengetahuan sehari-hari Kondisi social membentuk kehidupan, tapi dapat diubah
DeduktifInduktifTerbukanya keyakinan/ide yang keliru
NomotetisIdiografisMemberdayakan, memajukan
Menjelaskan fakta, penyebab & efek Menginterpretasi, memahami kehidupan Membuka mitos, ilusi dan distorsi
Bebas nilaiTidak bebas nilaiTidak bebas nilai
Meramalkan


  • Deduktif : sudah ada teori yang baku lalu dicobakan dilapangan
  • Induktif : tidak perlu ada teori yang baku; cari data dilapangan lalu buat proposisi
  • Tujuan penelitian kualitatif : memahami kehidupan
  • Bebas nilai : nilai-nilai kita tidak masuk kedalam penelitian (kuantitatif)
  • Tidak bebas nilai : nilai-nilai kita/ subyek masuk ke dalam penelitian (kualitatif)

Post Positivistik
  • Realitas obyektif ada, tetapi tidak dapat dipotret sepenuhnya, hanya dapat didekati
  • Metode penelitian beragam, menekankan pada penemuan & verifikasi teori
  • Mengakui adanya interaksi peneliti dengan data

Karakteristik Penelitian Kualitatif

1. Mendasarkan diri pada kekuatan narasi
  • Memerlukan elaborasi naratif → untuk memahami kedalaman, makna & interpretasi terhadap keutuhan fenomena.
  • Bisa dibantu dengan skema, bagan & gambar

2. Studi dalam Situasi Alamiah
  • Tidak memanipulasi setting penelitian, fenomena diteliti pada konteks alamiahnya
  • Berorientasi pada penemuan, amat berbeda dengan studi eksperimental
  • Penekanan pada dinamika & proses dari fenomena yang kompleks
  • Fokus lebih pada variasi pengalaman individu atau kelompok

3. Analisis Induktif
  • Peneliti tidak membatasi penelitian pada upaya menerima / menolak hipotesis
  • Wawancara terbuka (induktif) vs kuesioner tertutup / skala (deduktif) → Wawancara terbuka:
    - memungkinkan munculnya data yang sebelumnya tidak dibayangkan
    - responden bisa memberikan jawaban bebas yang bermakna baginya, tanpa haruss terperangkap pada pilihan kondisi dan jawaban standar yang mungkin saja tidak sesuai dengan konteks kehidupannya.
  • Setiap penelitian pada kenyataannya mengandung unsur induktif dan deduktif → sering terjadi peneliti memulai proses penelitian dengan pendekatan induktif untuk dapat menemukan pertanyaan pertanyaan dan variabel variabel penting (tahap eksplorasi) & kemudian melakukan uji hipotesis untuk mengkonfirmasi eksplorasi. Lalu peneliti bisa kembali ke analisa induktif untuk mencari dugaan dugaan alternatif maupun faktor faktor yang tidak terukur dan tidak diantisipasi sebelumnya.

4. Kontak Personal
  • Hubungan personal langsung dengan subyek untuk memahami realitas dan kehidupan sehari-harinya
  • Peneliti kuantitatif tidak konsisten: ingin memahami hal yang diteliti tetapi mengambil jarak dan menggunakan angka
  • Pemahaman tentang situasi nyata sehari sehari merupakan hal penting karena hal ini memungkinkan deskripsi dan pengertian tentang tingkah laku yang tampak maupun kondisi2 internal manusia.
  • Pengambilan data menjadi sulit, perlu usaha sungguh sungguh dari peneliti
  • Banyak teori besar yang berkembang dari hasil kedekatan dengan subyek: Freud, Piaget

5. Perspektif Holistik
  • Pemahaman yang menyeluruh dan utuh tentang fenomena. Seluruh faktor dilihat hubungannya dalam konteks yang ada
  • Pendekatan kuantitatif finilai terlalu menyederhanakan realitas, mengabaikan faktor penting yang tidak dapat dikuantifikasi, gagal memberikan gambaran yang terintegrasi tentang fenomena

6. Perspektif Dinamis & Perkembangan
  • Melihat gejala sosial sebagai sesuatu yang dinamis dan berkembang
  • Tidak membatasi, melainkan justru mengantisipasi kemungkinan perubahan, mengamati dan melaporkan objek yang diteliti dalam konteks perubahan tersebut.
  • Perubahan adalah suatu hal yang wajar, sudah diduga sebelumnya dan tidak dapat dihindari.

7. Orientasi Kasus unik
  • Penelitian mendalam dari sejumlah kecil kasus yang spesifik (studi kasus)

8. Netralitas empatik
  • Konsep dari Patton untuk mengatasi debat obyektivitas vs subyektivitas
  • Empati = sikap terhadap subyek yang dihadapi
  • Netral = melakukan penelitian tanpa dugaan tentang hasil yang harus ditolak/ didukung
  • Perlu usaha untuk meminimalkan bias: pengumpulan data secata sistematis (wawancara, observasi), beberapa sumber data (transkrip verbatim, rekaman), external reviewers (meminta orang lain/ informan untuk membaca hasil analisa).
  • Manusia harus dipahami dengan cara berbeda dibandingkan obyek studi lain

9. Fleksibilitas Disain
  • Disain penelitian sifatnya luwes, berkembang sejalan dengan kemajuan penelitian lapangan
  • Keluwesan ini terlihat dalam penentuan jumlah sample:
    - tidak ada aturan pasti dalam jumlah sample yang harus diambil untuk penelitian kualitatif
    - jumlah sample tergantung apa yang ingin diketahui, tujuan penelitian, konteks saat itu, apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan sumber daya yang ada.
  • Tetap ada disain awal yang tersusun baik, yang akan mengarahkan cara cara pengambilan dan pengolahan data

10. Sirkuler
  • Hubungan antar aspek dalam realitas kehidupan sangat kompleks dan saling mempengaruhi

11. Peneliti sebagai Instrumen Kunci
  • Peneliti berperan besar mulai dari pemilihan topik, pengumpulan data, analisis & interpretasi, penulisan laporan.

KualitatifKuantitatif
Memahami: Kompleksitas, kedalaman, proses. Mendapat gambaran umum dan meluas, menjelaskan hubungan antar variabel
Melihat perbedaan individuMenguji teori / hipotesis
Studi dalam situasi alamiahMengambil jarak dari situasi alamiah
Kontak langsung dilapanganMenjaga jarak dari subyek yang diteliti
Cara berpikir: induktifCara berpikir: deduktif
Perspektif holistik, dinamisReduktif, menekankan keajegan statis, mekanistis
Orientasi kasus unik, generalisasi teoriOrientasi universalitas, generalisasi populasi
Netral-empatis, fleksibilitas disainMenjaga obyektivitas, aturan ketat, disain tegas sejak awal
SirkulerLinier
Peneliti: instrumen kunciPeneliti: hanya salah satu aspek

Isu Etis Penelitian Kualitatif
  • Kerahasiaan
  • Persetujuan
  • Kondisi fisik-mental : empati

Kredibilitas Penelitian Kualitatif
  • Apakah penelitian dengan pendekatan kualitatif kurang ilmiah dibandingkan dengan pendekatan kuantitatif?

Beberapa pandangan tentang penelitian kualitatif:
  • Kurang ilmiah
  • Merefleksikan karya seni, tidak menghasilkan data yang tetap & terukur jelas
  • Subyektif
    → Marshall & Rossman,1995 : peneliti kualitatif harus memperhatikan isu validitas & kualitas penelitian.
  • Sulit digeneralisasikan → validitas eksternal lemah.

- Validitas Internal → sejauh mana alat ukur yang digunakan dapat menjawab permasalahan.

Prinsip Dasar Evaluasi
  • Leininger (1994) : Mengajukan prinsip-prinsip dasar yang harus disetujui terlebih dahulu dalam mengevaluasi penelitian kualitatif.
    - penting untuk melakukan evaluasi secara cepat
  1. Paradigma kuantitatif dan kualitatif memiliki asumsi-asumsi filosofis, akar pemikiran dan tujuan berbeda.
  2. Kejelasan dalam fokus tentang tujuan & hasil yang akan diperoleh : apakah gambaran yang melebar atau pemahaman mendalam tentang fenomena.
  • Peneliti tidak mungkin memperoleh segala-galanya melalui suatu penelitian tunggal.

Kredibilitas (Validitas)
  • Strauss & Corbin (1990) : Standar umum penelitian ilmiah (kuantitatif / konvensional) = signifikansi, kecocokan teori dengan data sebagai hasil pengamatan; generalisasi; konsistensi; kemampuan diulang & diproduk kembali; presisi; verifikasi.

Penelitian Kualitatif

Validitas = Kredibilitas
  • Terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks.
    = deskripsi mendalam menjelaskan kompleksitas aspek aspek / variabel yang terkait & interaksi dari aspek aspek tersebut.
    → kekhususan harus benar benar bisa digali.
  • Mampu menunjukkan bahwa subyek penelitian diidentifikasi & dideskripsikan secara akurat → data penelitian tidak dapat dilepaskan dari kompleksitas tersebut, sehingga sulit direduksi & harus dilihat seluruh keterkaitannya.
  • Jadi, harus jelas: bagaimana desain dikembangkan, subyek penelitian dipilih dan bagaimana analisis dilakukan.
  • Stangl (1980) & Sarantakos ( 1993) → Validitas dicapai melalui orientasi variabel (karena bukan manipulasi) & upayanya untuk mendalami dunia empiris dengan menggunakan metode (observasi, wawancara, dokumen, focus group discussion) yang paling cocok untuk pengambilan & analisis data. 

Macam-Macam Validitas

1. Validitas Kumulatif
  • Dicapai bila temuan dari studi-studi lain tentang topik yang sama menunjukkan hasil serupa
    → kalau banyak hasil yg serupa : bisa membentuk teori

2. Validitas Komunikatif
  • Dicapai melalui dikonformasikannya kembali data & analisisnya pada responden penelitian

3. Validitas Argumentatif
  • Dicapai bila presentasi temuan dan kesimpulan dapat diikuti dengan baik rasionalnya, serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali data mentah.

4. Validitas Ekologis
  • Sejauh mana studi dilakukan pada kondisi alamiah dari partisipan yang diteliti, sehingga justru kondisi ‘apa adanya’ dan kehidupan sehari-hari menjadi konteks penting penelitian
    - mis: mau meneliti sikap ibu-ibu di desa terhadap pelayanan kesehatan → cari data di puskesmas, pos yandu → observasi, wawancara.

Generalisasi
  • Tanggapan penelitik kualitatif : generalisasi sulit dicapai → hanya dapat dicapai bila obyek studi dapat dilepaskan sepenuhnya dari konteks → mustahil, terutama dalam penelitian sosial.
  • Cronbach (1975) → mengusulkan istilah ekstrapolasi
  • Lincoln & Guba : transferabilitas
    - hasil dari suatu kelompok dapat diaplikasikan pada kelompok lain, asal setting atau konteks pada mana hasil studi akan diterapkan harus relevan (banyak kesamaan dengan penelitian yang dilakukan)
    → untuk itu diperlukan parameter teoritis.

Keterwakilan (Representasi)
  • Tidak didasarkan pada teori probabilitas, tetapi melalui prosedur pengambilan sample teoritis atau purposif.
  • → diarahkan pada unit unit esensial & tipikal dari karakteristik subyek yang diteliti → ditentukan sesuai dengan pemahaman konseptual terhadap subyek atau topik yang diteliti.

Reliabilitas = Dependability
  • Dapat dicapai melalui:
    -
    Koherensi : metode yang dipilih memang mencapai tujuan yang diinginkan
    - Keterbukaan: sejauh mana peneliti membuka diri dengan memanfaatkan metode-metode yang berbeda untuk mencapai tujuan.
    - Diskursus: sejauh mana & seintensif apa peneliti mendiskusikan temuan-temuan & analisisnya dengan orang lain.
  • Dunia tidak statis, selalu berubah, oleh karena itu replikasi = problematis.
  • Yang penting dilakukan: pencatatan rinci fenomena yang diteliti, termasuk interrelasi aspek-aspek yang berkait.
    - orang lain dapat mempelajari prosedur, protokol & keputusan yang diambil
    - orang lain dapat mempelajari data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis & melakukan analisis kembali.
  • Melalui konstruk dependability peneliti memperhitungkan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti, juga perubahan dalam disain sebagai hasil dari pemahaman yang lebih mendalam tentang setting yang diteliti.

Konformabilitas vs Obyektivitas
  • Temuan penelitian dapat dikonformasikan, bukan diartikan sebagai dapat diciptakannya jarak.
  • Jarak antara peneliti dan yang diteliti tidak menjamin obyektivitas.
  • Obyektivitas (kualitatif):
    - sesuatu yang muncul dari hubungan subyek-subyek yang berinteraksi → konsep intersubyektivitas : pemindahan dari data subyektif kearah data obyektif, kesamaan pandang terhadap obyek/topik.
    - Transparansi = kesediaan peneliti mengungkapkan secara terbuka proses-proses & elemen-elemen penelitiannya.
    - Sejauh mana diperoleh kesetujuan di antara peneliti-peneliti mengenai aspek yang dibahas.

Kebenaran
  • Tergantung pada perspektif orang yang terlibat didalamnya (tergantung pada konteks situasi & kondisi internal pemberi definisi).

Sekaian artikel mengenai Memahami Perbedaan Paradigma, Metodologi, dan Ilmu Sosial.

Daftar Pustaka
  • Kristi Poerwandari, 2005. Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Fakultas Psikologi UI. Jakarta
  • Ginanjar, A. dkk. Mata Kuliah Metode Penelitian Kualitatif Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (2004). Makalah yang tidak dipublikasikan.
  • Handaya, R.M Catatan Kuliah Metode Peneliian Kualitatif Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (2004). Makalah yang tidak dipublikasikan.

Karakteristik Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

$
0
0
Karakteristik Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif - Dalam materi ini akan dibahas bagaimana pengambilan subjek dalam penelitian kualitatif. Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami dan bisa mempraktikkan bagaimana pengambilan subjek dalam penelitian kualitatif.

Teknik Pengambilan Sample
  1. Random sampling: simple random sampling, systematic random sampling, stratified random sampling, cluster sampling, multi-stage sampling.
  2. Non-Random sampling: accidental sampling, quota sampling, purposeful sampling

A. Random Sampling
  1. Simple random sampling: mengedepankan prinsip bahwa semua individu memiliki kesempatan yang sama. Contoh: teknik pengundian
  2. Systematic Random sampling: unsur populasi yang dipilih menjadi sample adalah berdasarkan urutan ke –X. urutan ke –X ditentukan secara random.
  3. Cluster sampling: teknik sampling yang dilakukan terhadap unit sampling yang merupakan suatu kelompok (cluster). Anggota kelompok (cluster) tidak harus bersifat homogen. Setiap anggota kelompok dari kelompok cluster yang terpilih akan diambil sebagai sample
  4. Stratified Random Sampling: teknik ini digunakan untuk sample dalam populasi yang berstrata.
  5. Multi-stage sampling: teknik sampling yang paling tinggi ke tingkat yang paling rendah.

B. Non-Random Sampling
  1. Accidental Sampling: “prinsip ketidaksengajaan”. Peneliti ingin meneliti seberapa sso sering melakukan kunjungan ke mall. Maka peneliti bisa memilih pengunjung mana saja yang kebetulan lewat di hadapan peneliti.
  2. Quota sampling: jumlah sample yang dipilih berdasarkan kuota yang ditentukan oleh peneliti.
  3. Puposeful sampling: sampling yang berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengna tujuan penelitian yang dilakukan.
  4. Cresswell (2008) mengemukakan sembilan strategi sampling dalam teknik pu roseful yang dapat dipilih.

9 Strategi Pengambilan Sample

Sembilan strategi ini dipilih berdasarkan pertimbangan waktu pengambilan sample dilakukan, apakah sebelum pengumpulan data atau setelah pengumpulan data. Selain pertimbangan lainya adalah pertimbangan permasalahan yang diangkat dan pertanyaan yang akan dijawab.
  • Sampling dengan variasi maksimal
  • Sampling dengan kasus ekstrim
  • Sampling yang bersifat tipikal
  • Sampling yang bersifat homogen
  • Sampling yang bersifat kritis
  • Sampling yang bersifat oportunis
  • Sampling bola sajlu
  • Sampling yang bersifat kuat atau lemah (confirming dan disconfirming)

Karakteristik Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif_
baca juga: Peranan Teori dalam Penelitian Kualitatif Menurut Para Ahli

Contoh sampling:
  • Contoh sampling variasi maksimal: peneliti hendak melakukan penelitian mengenai stress kerja pada pekerja transportasi umum. Peneliti menggunakan strategi sampling dengan variasi maksimal sebagai tekniknya. Hal yang pertama harus dilakukan adalah melakukan identifikasi karakteristik pekerja sektor transortasi umum, kemudian peneliti melakukan teknik purposeful terhadap tiga jenis transportasi umu, seperti sopir bus, masinis kereta, nahkoda kapal yang dapat memberikan perspektif berbeda mengenai stres kerja.
  • Kasus ekstreem: dukun cilik ponari. Berawal dari tragedi di sambar petir, ponari memiliki kekuatan untuk menyembuhkan segala macam penyakit. Jika peneliti ingin melakukan penelitian dengna strategi sampling, maka penleiti harus terjun langsung dan bergabung menjadi satu bagian dari individu tersebut. Peneliti tinggal bersama ponari dan keluarganya untuk mendapatkan perspektif yang tepat dan akurat.
  • Contoh sampling bersifat khas: bedanya dengan sampling dengan kasus ekstrim adalah:kasusnya unik tidak biasa tetapi bukan merupakan kasus yang ekstrim. Objeka atau lokasi penelitian dipilih karena secara tipikal dapat mewakili fenomena yang diteliti. Howard Becker dan beberapa rekannya tertarik untuk mempelajari tentang bagaimana mahasiswa kedokteran disosialisasika ke dalam profesi. Mereka melakukan research di Fakultas Kedokteran Kansas (bukan di fakultas kedokteran yang lebih bergengsi lainnya) membuat hal ini menjadi unik dan khas.
  • Contoh sampling suatu teori: memberikan pemahaman lebih terhadap suatu konsep atau teori.
  • Contoh sampling yang bersifat homogen: Memilih subjek penelitian yang memiliki kesamaan sifat atau karakteristik antara subjek penelitian dengan kelompoknya atau populasinya. Contoh: Keturunan Tionghoa yang tinggal di Pecinan, masih mempertahankan budaya yang diturunkan dari generasi sebelumnya.
  • Contoh sampling yang bersifat kritis: kekerasan pada lingkungan sekolah , dan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk menggambarkan suatu kasus yang mengilustrasikan situasi secara dramatis. Dalam situasi ini peneliti harus sangat berhati-hati karena dapat membahayakan keselamatan peneliti itu sendiri
  • Contoh sampling yang bersifat oportunis: Peneliti ingin meneliti mahasiswi yang berkuliah sambil bekerja paruh waktu. Pada awal penelitian, peneliti menggunakan strategi maximal sampling bervariasi untuk menentukan subjek penelitian yang dipilih. Setelah penelitian berlangsung dan proses pengambilan data sudah selesai dilakukan, tiba-tiba ditemukan ada beberapa subjek penelitian yang sedang hamil, sehingga subjek tersebut harus membagi waktunya untuk kuliah, bekerja paruh waktu dan menjaga kehamilannya. Dengan kondisi tersebut menarik peneliti untuk meneliti lebih lanjut ini disebut penelitian opportunistic sampling.
  • Contoh sampling bola salju: ketika seorang penelitian, ternyata fenomena yang diteliti berkembang menjadi lebih luas, sehingga subjek penelitian pun bertambah. Karena subjek penelitian sebelumnya sudah tidak dapat memberikan informasi yang sesuai, peneliti meminta rujukan kepada subjek sebelumnya atau orang lain kepada subjek baru yang dapat memberikan informasi secara lebih lengkap.
  • Contoh sampling yang memperkuat atau memperlemah: Prosedur cross-check hasil temuan yang diperoleh dari sumber atau subjek penelitian. Untuk itu diperlukan subjek ataupun informan yang berfungsi sebagai individu yang memperkuat atau justru memperlemah temuan atau data yang diperoleh sebelumnya. Dalam penelitian kualitatif, biasanya cross-check dilakukan dengan bantuan informan dari subjek penelitian. Informan yang dipilih adalah orang yang mengenal subjek dengna baik dan mengetahui karakteristik yang diteliti dari subjek penelitian.

Metode pengumpulan data kualitatif:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (Interviewer- R) dan yang diwawancarai (Interviewee- E). Wawancara merupaka percakapan antara dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi untuk suatu tujuan tertentu.

Bentuk-bentuk wawancara

A. Wawancara terstruktur: terkesan kaku seperti interogasi dan pertukaran informasi sangat minimal.

Ciri-ciri wawancara terstruktur:
  1. Daftar pertanyaan dan kategori jawaban telah disiapkan (sudah ada guidline dan pewawancara tinggal membacakan pertanyaan)
  2. Kecepatan wawancara terkendali: karena jumlah pertanyaan beserta pilihan jawaban sudah tersedia dan kemungkinan jawaban yang akan diperoleh sudah dapat diprediksi, maka waktu dan kecepatan wawancara dapat terkendali.
  3. Tidak ada fleksibilitas (pertanyaan atau jawaban), pertanyaan dan jawaban tambahan tidak ada di lapangan.
  4. Mengikuti pedoman (dalam urutan pertanyaan, penggunaan kata, tidak ada improvisasi)
  5. Tujuan wawancara biasanya untuk mendapatkan penjelasan tentang suatu fenomena dan bukan untuk memahami fenomena tersebut

B. Wawancara Semi-terstruktur, dengan ciri-ciri:
  1. Pertanyaan terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan.
  2. Kecepatan wawancara dapat diprediksi
  3. Fleksibel tetap terkontrol
  4. Ada pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan an penggunaan kata
  5. Tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena

C. Wawancara tidak terstruktur, ciri-cirinya:
  1. Pertanyaan sangat terbuka
  2. Kecepatan wawancara sulit diprediksi
  3. Sangat fleksibel
  4. Pedoman wawancara sangat longgar. Wawancara tidak terstruktur masih tetap diperlukan pedoman wawancara, hanya saja dalam wawancara semi terstruktur tidak terdapat topik-topik yang mengontrol alur pembicaraan, yang ada hanya tema sentral.

Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara:
  • Terbuka- tertutup
  • Primer- Sekunder: Pertanyaan Primer lebih bersifat umum untuk mengungkapkan data berdasarkan topik-topik bahasan. Pertanyaan sekunder pertanyaan lanjutan dari primer yang berfungsi memberikan penjelasan lebih lanjut atau sebagai tambahan informasi.
  • Pertanyaan Netral-pertanyaan mengarahkan
  • Contoh:
Pertanyaan NetralPertanyaan Mengarahkan
PertanyaanTerbuka Tertutup Terbuka Tertutup
Bagaimana pendapat anda mengenai maraknya tawuran antar sekolah? Apakah anda setuju dengan maraknya tawuran antar sekolah?Siswa yang kurang mendapatkan perhatian orangtua, sering kali terlibat tawuran. Bagaimana pendapat anda tetang pernyataan tersebut?Tentunya anda tidak setuju dengan pendapat saya yang mengatakan bahwa siswa yang kurang mendapat perhatian orangtua, seringkali terlibat tawuran antar sekolah, bukan?

b. Observasi

Observasi adalah proses melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.

Metode Observasi:

1. Anecdotal Record: observasi yang hanya membawa kertas kosong mencatat perilaku yang unik dan hanya muncul sekali.

Kelebihan Metode Anecdotal RecordKelemahan Metode Anecdotal Record
Pemahaman yangl ebih tepat tentang perilaku subjek mudah diperoleh dan dijelaskan. Yang berdampak daengan memudahkan peneliti menarik tema-tema umum dan kesimpulan umum dari perilaku yang muncul Dibutuhkan waktu yang cukup banyak, sulit diterapkan pada subjek yang komunal, peneliti harus jeli bahwa perilaku yang muncul pasti memiliki kaitan dengan perilaku yang lain. Contoh: Anak dinyatakan agresif (parsial) padahal anak melakukan perilaku agresif karena untuk membela dirinya sebelum ia dilukai (keseluruhan).

Tipe-tipe anecdotal record:

a. Tipe evaluasi: perilaku yang dimunculkan oleh subjek penelitian akan diinterpretasikan oleh peneliti dalam bentuk evaluasi. Sehingga hasil akhirnya bersifat dikotomi baik- buruk, rajin-malas.

Contoh: Ingin melihat motivasi sekolah siswa A, peneliti menggunakan bantuan dari satpam penjaga pintu untuk mencatat waktu kedatangan A selama seminggu. Setelah seminggu observasi, waktu tersebut dirata-ratakan dan diperoleh penurunan waktu kedatangan. Hasil evaluasi didapatkan bahwa A memiliki motivasi yang rendah.

b. Tipe interpretatif: Peneliti melakukan interpretasi terhadap perilaku berdasarkan kecenderungan-kecenderungan, kemungkinan atau sebab akibat.

Contoh: A terlihat sangat emosional, mudah tersinggung kepada adiknya. Kemarahannya terlalu berlebihan. Dalam 2 hari ini A tidak terlihat melakukan sholat padahal setiap hari ia selalu sholat tepat waktu. Dari kecenderungan yang ada , peneliti melakukan intepretasi bahwa A mengalami menstruasi.

c. Tipe deskripsi umum: Tipe anecdotal record yang berisi tentang catatan perilakuk subjek beserta situasinya dalam bentuk pernyataan umum.

Contoh: ketika sedang ujian akhir semester, A kebingungan dan sering kali menengok ke samping kiri dan kanan. Ia terlihat gelisah dan tampak kesulitan dalam menjawab soal ujian.

d. Tipe deskripsi khusus: Contoh: ketika sedang ujian akhir semester, A kebingungan dan sering kali menengok ke samping kiri dan kanan. Ia terlihat gelisah dan tampak kesulitan dalam menjawab soal ujian. Suatu saat ketika pengawas ujian lengah, ia tiba-tiba mengeluarkan selembar kertas berisi tulisan dari bawah mejanya yang kemudian diselipkan di sela-sela lembar soal ujian. A terlihat lebih tenang dan tidak emnengok ke samping kanandan kirinya. Tetapi pandangannya lebih sering melihat kepada pengawas ujian untuk memastikan apakah dirinya sedang diperhatikan atau tidak.

2. Behavioral checklist

3. Participantion Charts: kegiatan atau aktivitas berkelompok atau dilakukan secara bersama-sama untuk melihat seberapa banyak/ sering keterlibatan atau keaktifan dari subjek yang diobservasi

4. Behavioral Tallying: mengkuantifikasikan perilaku yang muncul dai anak dalam suatu rentang waktu yang ditentukan. Misal: observasi perillaku agresif anak hiperaktif.

c. Studi Dokumentasi

Dokumen Pribadi (Diary, Surat Pribadi, autobiografi)

d. Dokumen Resmi:

  • internal: memo, pengumuman, instruksi , aturan suatu lembaga
  • eksternal: koran, buletin, majalah.


Sumber lainnya: hasil karya subjek (lukisan, puisi, karya seni), hasil periksa medis, piagam, hasil tes psikologi dsb

e. FGD

Sekian artikel mengenai Karakteristik Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.

Daftar Pustaka

  • Alsa, A. (2003), Pendekatan kuantitatif & kualitatif serta kombinasinya dalam penelitian psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
  • Alwasilah, C. (2003), Dasar-dasar merancang dan melakukan penelitian kualitatif, Jakarta: Pustaka Jaya
  • Creswell, W.J. (1994), Research design: qualitative & quantitative approaches, California: Sage Publications, Inc.
  • Chun, S., Lee, Y. (2008). The Experience of Posttraumatic Growth for People with Spinal Cord Injury. Journal of Qualitative Health Research (18). 877.
  • Moleong, J.L. (2004), Metodologi penelitian kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya
  • Parker, I. (2005), Qualitative psychology: introducing radical research, UK: Open University Press
  • Poerwandari, K. (2009), Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia, Depok: LPSP3, Fakultas Psikolgi UI
  • Sugiyono (2008), Memahami penelitian kualitatif, Bandung: Alfabeta

Pengertian, Sejarah, dan Ruang Lingkup Modifikasi Perilaku

$
0
0
Pengertian, Sejarah, dan Ruang Lingkup Modifikasi Perilaku - Dalam artikel ini akan didiskusikan tentang: pengertian, sejarah, review psikologi belajar, ruang lingkup, manfaat mempelajari Modifikasi Perilaku. Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami dan menjelaskan pengertian dasar dan sejarah ruang lingkup, manfaat mempelajari Modifikasi Perilaku

PENDEKATAN MODIFIKASI PERILAKU

Apa itu perilaku?

Secara umum perilaku adalah apa yang seseorang katakana atau lakukan seperti: melempar, berbicara, dan lain sebagainya. Ada dua jenis perilaku yakni yang tampak (overt behavior) dan yang tidak tampak (covert behavior). Overt behavior adalah perilaku yang tampak dan bisa diamati dalam kesehariannya, sementara covert behavior adalah perilaku yang sifatnya internal dan tidak dapat diamati secara langsung yang membutuhkan instrument khusus untuk melakukan observasi, contoh: sebelum seorang atlit ice skating masuk ke arena, kemudian ia berpikir: “semoga aku tidak terjatuh” dan kemudian ia merasakan kecemasan dan ketegangan sebelum perlombaan dimulai. Berpikir dan merasakan adalah perilaku covert yang berpengaruh juga pada teknik dalam modifikasi perilaku.

Kadang kita berpikir dengan kata-kata, biasa disebut private self-talk. Di lain waktu kita berpikir dengan membayangkan. Ketika saya meminta kamu untuk menutup mata dan membayangkan langit berwarna biru yang cerah dengan awan putih disekitarnya, maka anda pasti dapat melakukannya. Membayangkan dan private self-talk merupakan covert behavior yang kadang disebut sebagai cognitive behaviors.

Karakteristik perilaku dapat diukur melalui dimensi perilaku yaitu:
  1. Durasi dari perilaku: lamanya waktu dari sebuah perilaku, contoh Andri belajar selama satu jam.
  2. Frekuensi dari perilaku: seberapa banyak perilaku dilakukan dalam satu waktu, contohFrank memakan 5 ekor ikan dalam waktu setengah jam.
  3. Intensiti ata Kekuatan dari perilaku: usaha fisik ataupun energy yang digunakan dalam sebuah perilaku, contoh Faisal mencengkram dengan kuat ketika sedang bersalaman.
Pengertian, Sejarah, dan Ruang Lingkup Modifikasi Perilaku_
image source: sxodim.kz
baca juga: Memahami Karakter Cinta Seseorang Berdasarkan Gadget

Banyak istilah umum yang digunakan oleh spesialis dibidangnya seperit: inteligensi, sikap dan kreativitas. Dalam dunia modifikasi perilaku, kita akan menggunakan istilah yang lebih tepat dalam menggambarkan perilaku itu sendiri. Ketika kita mengatakan bahwa seseorang itu pintar, maka apa yang kita maksud dengan pintar? Bagi kebanyakan orang penggunaan istilah “intelegensi” adalah faktor bawan yang diturunkan. Akan tetapi kita tidak pernah melihat ataupun mengukur intelegensi dalam konteks tersebut.dalam tes intelegensi kita mengukur perilaku seseorang melalui jawaban yang diberikan ketika ujian. Kata intelegensi itu sendiri sering digunakan sebagai kata yang menerangkan (adverb form) seperti: cara dia menulis sangat pintar, ataupun kata intelegensi sering digunakan sebagai kata sifat (adjective), contoh: ia adalah orang yang pintar dalam berbicara. Seseorang dikatakan pintar adalah ketika ia mampu menyelesaikan permasalahan yang sangat sulit, bisa menyelesaikan dan menjawab soal ujian dengan baik, membaca buku yang banyak, mampu berbicara tentang beragam topic, atau memiliki skor intelegensi yang baik. Pengertian intelegensi bisa apa saja namun yang pasti adalah intelegensi selalu terkait dengan sebuah perilaku.

Perilaku itu merupakan aksi dan reaksi. TL mempengaruhi lingkungan, baik dari diri sendiri ataupun oang lain (Johnston & Pennypacker, 1981). Contohnya:…

TL ↔ Lingkungan

Apa itu modifikasi perilaku?
  • Modifikasi perilaku adalah cabang ilmu psikologi yang fokus pada analisa dan modifikasi perilaku.
  • Analisa adalah mencoba mengerti kenapa orang melakukan apa
    lingkungan ↔ Perilaku
  • Modifikasi perilaku adalah mengembangkan dan mengimplementasikan prosedur atau teknik untuk merubah perilaku seseorang. Termasuk merubah lingkungan yang mempengaruhi perilaku. 
  • Lingkungan disin maksudnya adalahorang, objek, dan kejadian yang hadir dalam kehidupan seseorang yangmempengaruhi perilakunya

Karakteristik modifikasi perilaku
  1. Fokus pada perilaku yang ingin diubah bukan pada karakter atau kepribadian seseorang.
    - behavioral deficit: perilaku yang diinginkan tidak “cukup…” dilakukan
    - behavioral excess: perilaku yang tidak diinginkan “terlalu sering…”dilakukan
  2. Prosedur modifikasi perilaku berdasarkan teori behavior
  3. Menganalisa dan mengidentifikasikan “event pencetus” dari perilaku
  4. Deskripsi prosedur yang detail dan jelas
  5. Implementasi treatment dalam keseharian yang dilakukan profesional maupun paraprofesional ahli dibidang modifikasi perilaku
  6. Perubahan perilaku yang bisa diukur

Istilah yang terkait dengan modifikasi perilaku

Behavior Analysis adalah studi ilmiah tentang hokum yang mengatur perilaku manusia dan makhluk hidup lainnya.

Applied Behavior Analysis adalah modifikasi perilaku dimana adanya usaha untuk menganalisa dan menunjukkan variable lain yang mengontrol perilaku tertentu.

Behavior Therapy sering digunakan untuk memodifikasi perilaku yang disfungsional .

Modifikasi Perilaku merupakan gabungan antara behavior therapy dan applied behavior analysis. Dimana modifikasi perilaku memasukkan semua aplikasi dan prinsip dari teori perilaku/behavior dalam meningkatkan perilaku seseorang baik yang tampak (overt behavior) ataupun tidak (covert behavior).

Miskonsepsi tentang modifikasi perilaku


Mitos 1 : Menggunakan rewards dalam merubah perilaku adalah bentuk penyuapan

Mitos 2 : Modifikasi perilau melibatkan penggunaan obat-obatan, psikosurgery dan terapi electro-convulsive

Mitos 3 : Modifikasi perilaku hanya menghilangkan simptomnya tidak menyelesaikan akan permasalahan sebuah permasalahan perilaku.

Mitos 4 : Modifikasi perilaku hanya bisa diaplikasikan pada masalah-masala yang sederhana, seperti: toilet training, mengatasi rasa ketakutan dan phobia. Namun untuk kasus yang lebih kompleks seperti: depresi dan rendahnya harga diri seseorang diraskan kurang aplikable.l

Mitos 5 : Modifikasi perilaku sangat kaku dan tidak bersahaba, serta kurang berempati dengan kondis klien

Mitos 6 : Modifikasi perilaku berurusan dengan hal-hal yang tampak, pendekatan ini tidak berbicara tentang pikiran dan perasaan seseorang.

Mitos 7 : Modifikasi perilaku ketinggalan zaman

AREA APLIKASI DARI MODIFIKASI PERILAKU

Managament pengasuhan anak

Aplikasi modifikasi perilaku dalamhal pengasuhan anak adalah membantu anak belajar berjalan, belajar berbicara, toilet training, dan mengajari anak untuk mengerjakan tugas keseharian di rumah. Modifikasi perilaku juga mengurangi perilaku tantrum, menggigit kuku, agresif, mengabaikan peraturan, perilaku tidak patuh.

Pendidikan: dari preschool sampai universitas

Inovasi penting dalam pendekan behavior dunia mengajar adalah Personalized System of Instruction (PSI). PSI dikembangkan oleh Fred S. Keller dkk di US dan Brazil pada tahun 1960 sebagai pendekatan modifikasi perilaku dalam mengajar di level universitas. Yang secara massal banyak digunakan dan terbukti efektif. Rencana PSI dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut:
  1. Mengidentifikasikan TL yang mejadi target ataupun hal apa yang harus dipelajari dalam sebuah materi perkuliahan melalui formulasi pertanyaan, seperti: pertanyaan diakhir bab dalam sebuah buku. 
  2. Mahsiswa menguasai bagian kecil dari materi perkuliahan sebelum menguasi secara keseluruhan, contoh: satu atau dua bab perminggu yang harus dipelajari.
  3. Tes yang dilakukan setiap minggunya dimana mahasiswa menunjukan pengetahuan mereka dengan menjawab soalan yang diberikan.
  4. Memiliki kriteria “master” atau menguasai materi sehingga mahasiswa bisa menguasi materi dari level yang paling rendah sampai level berikutnya.
  5. Tidak ada finalti ketika mahasiswa tidak menunjukkan kemampuan menguasai materi akan tetapi mereka harus mengulang dan mencobanya lagi.
  6. Memiliki asisten yang bisa menilai langsung hasil tesnya kemudian memberikan masukan terhadap hasil test yang diperoleh.
  7. Memasukkan fitur belajar “belajar sesuai dengna kecepatan masing-masing” dimana mahasiswa bisa memproses material perkuliahan sesuai dengan kemampuan dan waktu yang tersedia.
  8. Perkuliahan adalah tempat untuk memberikan motivasi dan demonstrasi, daripada hanya menyajikan informasi baru.

Gangguan Psikologis yang berat: gangguan perkembangan, autism dan skizofrenia

Gangguan perkembangan

Sebelum tahun 1960-an penanganan terhadap orang dengan gangguan perkembangan sangat minimal. Namun di tahun 1970-an ada 3 pergerakan besar yang mendorong penangan yang lebih manusiawi terhadap orang dengan gangguan perkembangan. Adapun 3 pergerakan besar tersebut adalah:
  1. Wolfensberger (1972) melakukan advokasi terhadap orang dengan permasalahan dan gangguan dalam perkembangan, dimana ia mengatakan bahwa seharusnya orang yang mengalami gangguan perkembangan sebisa mungkin untuk mendapatkan kehidupan yang senormal mungkin. Hal ini mendorong lahirnya komunitas-komunitas dimana seorang individu dengan gangguan perkembangan bisa tinggal, sebagai alternative dari institusi yang sudah ada.
  2. Civil rights: dimana keluarga yang memiliki anggota yang mengalami gangguan perkembangan melakukan upaya hokum sehingga orang dengan gangguan perkembangan bisa mendapatkan pendidikan.
  3. Usaha untuk memodifikasi perilaku dengan menciptakan teknologi yang membuat perubahan drastis perilaku pada orang dengan gangguan perkembangan yang berat.

Studi belakangan ini menunjukkan aplikasi dari teknik behavior dalam mengajarkan seseorang dengan gangguan perkembangan seperti: toilet training, keterampilan menolong diri sendiri (contoh: makan, berpakaian, dan sanitasi), keterampilan social, keterampilan berkomunikasi, keterampilan vokasional, kegiatan di waktu santai, dll.

Autism

Di awal tahun 1960-an, Ivar Lovaas (1966) dan treatment behavior untuk anak autis. Lovas (1977) berfokus pada strategi untuk mengajarkan perilaku social, mengeliminasi perilaku self-stimulatory, dan mengembangkan keterampilan bahasa. Ketika ia menerapkan tekniknya pada anak autis yang berusia lebih kurang 30 bulan, 50 % dari anak-anak tersebut mampu mengikuti kelas regular pada sekolah yang normal, dan terapi ini memberikan efek jangka panjang. Sekarang ini banyak program pemerintah yang mendanai untuk pendidikan anak autis.

Skizofrenia

Pada orang skizofrenia karena ada permasalahan di dalam otaknya yang pada akhirnya mempengaruhi interaksi social yang menyebabkan kemiskinan dalam kualitas kehidupan ODS. Riset menunjukkan keberhasilan dalam mengajarkan interaksi social, keterampilan komunikasi, keterampilan asertif, keterampilan dalam menemukan pekerjaan. Teknik restrukturisasi kognitif juga berdampak pada halusinasi, delusi, pada ODS. Hasil penelitian menunjukkan ahwa terapi perilaku memberikan kontribusi yang signifikan dalam treatment, management, dan rehabilitasi pada ODS.

Self-management dan permasalahan pribadi

Banyak orang yang ingin merubah dirinya sendiri. Bagaimana dengan mu? Apakah ingin mengurangi berat badan? Ingin mengkitu program olah raga? Ingin lebih asertif? Progress besar telah terjadi di bidang self-management, self-control, self-adjustment, self-modification, self-direction. Keberhasilan dalam self-modification menuntut sebuah keterampilan yang harus dipelajari. Keterampilan ini meliputi mengatur kembali lingkungan yang dapat mempengaruhi TL.

Medis dan perawatan kesehatan

Psikolog kesehatan mengimplementasikan modifikasi perilaku pada 5 area:

1. Treatment langsung dalam permasalahan medis
Psikolog kesehatan mengembangkan teknik behavior ntuk mengurangi psikosomatis symptom dengan menggunakan biofeedback, yang memberikan informasi langsung tentang kondisi kesehatan seseorang seperti: detak jantung, tekanan darah, ketegangan otot. Informasi tersebut bisa membantu seseorang untuk mengontrol dan memonitor kondisi kesehatannya. Biofeedback sangat efektif untuk mentreatment permaslahan kesehatan seperti: tekanan darah, sakit kepala kronis, ritme jantung, kecemasan, akselerasi detak jantung.

2. Meningkatkan kepatuhan pada treatment
Apakah kamu selalu meminum obat seperti yang telah diresepkan oleh dokter? Apakah kamu selalu menepati janji ketemu dengan dokter? Kebanyakan orang tidak. Karena kepatuhan adalah bentuk perilaku, sehingga hal tersebut menjadi salah satu focus dalam modifikasi perilaku, bagaimana caranya meningkatkan kepatuhan dalam treatment.

3. Promosi hidup sehat
Mempromosikan gaya hidup sehat juga menjadi focus modifikasi perilaku seperti: mencegah perilaku merokok, diet yang tidak sehat, ketidak aktifan secara fisik, konsumsi makanan yang sehat secara seimbang.

4. Management untuk caregivers
Tidak hanya perilaku pasien saja yang dimodifikasi akan tetapi juga perilaku orang-orang yang menyediakan layanan kesehat seperti: dokter, perawat, dll, dalam meningkatkan layanan yang diberikan kepada pasien.

5. Stress Management
Bagaimana mengelola stress yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi focus dari treatment kodifikasi perilaku.

Community behavioral analysis

Modifikasi perilaku tidak hanya dilakukan untuk individu per individu akan tetapi bisa dilakukan dalma skala yang besar seperti masyarakat, seperti: mengumpulkan sampah, meningkatkan perilaku recycling, mempromosikan hemat energy dengan lebih mengutamakan penggunaan kendaraan umum, dan banyak lagi.

Bisnis, industry dan pemerintahan

Modifikasi perilaku juga bisa diaplikasikan dalam dnia organisasi dan industry, yang biasanya disebut dengan organizational behavior management (OBM). OBM adalah aplikasi prinsip dan metode behavior yang diaplikasikan dalam setting organisasi. Istilah lainya yang sering digunakan terbalik adalah performace management, industrial behavior modification, organizational behavior modification, organizational behavior technology, dan organizational behavior analysis. Sama seperti yang lainnya OBM berkerja bedasarkan data yang ada, dimana ia menekankan pada kegiatan staff yang ditandai dengan performa yang sukses ataupun menghasilkan kegiatan yang sukses. OBM juga melibatkan reward bagi karyawan yang menunjukkan perilaku sesuai dengan yang diharapkan.

OBM pertama sekali dilakukan di perusahaan Emery Air Freight. OBM ini didasarkan oleh artikel yang berjudul “conversation dengan B.F. Skinner” pada tahun 1973 terkait dengan dinamika organisasi, perilaku yang diharapkan dari pekerja pada bagian packing yang naik dari 45% sampai 95% dengan penggunaan tekik reinforcement positif yang dilakukan oleh supervisor terhadap staf nya.

Semenjak studi tersebut dipublikasikan, penggunaan teknik behavior banyak digunakan untuk meningkatkan produktivitas, kedisiplinan, absensi, meningkatkan volume penjualan, menciptakan bisnis baru, meningkatkan keamanan pekerja, mengurangi pencurian yang dilakukan oleh pegawai, dan meningkatkan hubngan antara pemberi kerja dan pekerja.

Psikologi Olahraga

Modifikasi perilaku untuk psikologi olah raga juga sudah banyak diterapkan (Martin, 2003; Martin, Thomson, & Regehr, 2004):

1. Teknik untuk mengimprove keterampilan atlet. Cara yang paling efektif untuk membantu atlet mempelajari keterampilan baru, menghilangkan kebiasan jelek, mengkombinasikan keterampilan sederhana dengan pola yang lebih kompleks.

2. Strategi untuk memotivasi praktek dan training ketahan. Bagaimana cara pelatih untuk meningkatkan kehadiran atlet untuk melakukan latihan, memotivasi atlet untuk melakukan usaha terbaiknya disetiap latihan, teknik untuk menyelesaikan permasalahan terkait dengan strategi reinforcement, self-monitoring, dan kerjasama tim.

3. Mengubah perilaku pelatih. Pelatih memiliki pekerjaan paling sulit. Dalam perspektif modifikasi perilaku, seorang pelatih harus bisa memberikan instruksi secara efektif, menentukan tujuan, memberikan penghargaan, menegur, dan kegiatan lainya yang menentukan efektif tidaknya seorang pelatih sebagai pengubah perilaku.

4. Mempersiapkan perlombaan. Kita sering mendengar pribahasa tentang “ alasan kenapa sebuah tim bisa kalah dalam pertandingan adalah karenan mereka terlalu cemas” atau ekspresi lainnya “kalau kamu mau melakukan usah terbaik mu, maka kamu harus berusaha sekuat tenaga”. Hal ini bisa difahami bahwa mengetahui apa yang harus dilakukan atlit adalah hal yang berbeda dengan mengajarkan atlet keterampilan psikologis dalam menghadapi pertandingan.

Sekian artikel tentang Pengertian, Sejarah, dan Ruang Lingkup Modifikasi Perilaku.

Daftar Pustaka
  • Miltenberger, G.R. (2012). Behavior modification: principles and procedures. 5th edition. USA: Wadsworth Cengage Learning.
  • Martin, G. (2007). Behavior Modification 8th edition: what it is and how to do it. USA: Pearson Prentice Hall
  • Sarafino. P. E. (2012). Applied behavior analysis , principles and procedures for modifying behavior. USA: John Wiley & Sons, inc.

Prinsip Dasar Reinforcement dan Extinction Modifikasi Perilaku

$
0
0
Prinsip Dasar Reinforcement dan Extinction Modifikasi Perilaku - Artikel ini akan didiskusikan tentang basic principles: reinforcement, intermittent schedule, extinction. Melalui artikel ini diharapkan mampu Memahami dan Menjelaskan basic principles: reinforcement, intermittent schedule, extinction.

Basic Principles of Behavior Modification

1.   Reinforcement

Positif reinforcement: memberikan sesuatu yang menyenangkan segera setelah perilaku yang diharapkan muncul
Negatif reinforcement: mengambil/ mencabut hal yang kurang menyenangkan setelah peirlaku yang diharapkan muncul
            contoh: minum aspirin untuk mengurangi rasa sakit.

Penguatan Natural, Penguatan Sosial , dan Penguatan Otomatis
       Penguatan Natural: Terjadi secara alamiah dan spontan
contoh: makan yang menjadi penguat dari rasa lapar, senyum kepada seseorang mengarah pada pecakapan
       Penguatan Sosial: Ketika penguatan melalui aksi atau TL orang lain.
            a. Penguatan Sosial Positif: meminta teman untuk mengambilkan uang di atm
            b. Penguatan Sosial Negatif: meminta teman untuk mengecilkan suara di tv
       Penguatan Otomatis: Ketika perilaku menghasilkan penguatan dari kontak langsung dengan  lingkungan.
            a. Penguatan Otomatis Positif, contoh: di atm.
            b. Penguatan Otomatis Negatif, contoh: mengecilkan suara di tv

Jenis-jenis positif reinforce
       Tangible and consume
       Activity: Premack principle
       Sosial
       Token
       Feedback

Premack Principle: Merupakan tipe positif reinforcement yang memberikan penguatan dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan setelah melakukan kegiatan yang kurang menyenangkan
Contoh: Toothbrushing at a summer camp increased when the campers’ opportunity to go swimming was contingent on brushing their teeth (Lattal, 1969).
Children’s classroom conduct improved when their teacher made the opportunity to play with toys, games, and crafts contingent on increasing desirable behaviors and decreasing undesirable ones (Wasik, 1970).

Prinsip Dasar Reinforcement dan Extinction Modifikasi Perilaku_
image source: shineyourstrengths.com
baca juga: Pengertian, Sejarah, dan Ruang Lingkup Modifikasi Perilaku

Istilah dalam negatif reinforcement:
       Escape (melarikan diri): menampilkan perilaku yang diharapkan sehingga hal-hal yang tidak menyenangkan bisa berkurang
       Avoidance (menghindari): menampilkan perilaku yang diharapkan sehingga hal- hal yang tidak menyenangkan tidak muncul

NR kurang populer karena:
1. Harus ada punishment untuk bisa melakukan NR
2. Alasan kemanusiaan: efek yang tidak diinginkan pada perilaku seseorang. Seseorang cenderung agresif dan menghidar dari program yang ada

Conditioned and Unconditioned Reinforces
       Penguatan alami (natural reinforcer) disebut unconditioned  reinforcers
       Stimulus natural memiliki kekuatan sebagai reinforcer pada perilaku manusia karena stimulus ini memiliki “survival value”- nilai untuk bertahan hidup”
Contoh: makanan, air dan stimulasi seksual adalah penguatan positif (+ reinforcers) yang natural karena berkaitan dengan kemampuan untuk bertahan hidup pada individu.
Contoh: Lari dari stimulus yang menyakitkan  atau stimulus yang berlebihan  adalah penguatan negatif (- reinforcers) yang natural karena hal tersebut berkontribusi terhadap  kemampuan untuk bertahan hidup.
       A conditioned reinforcer = secondary reinforcer
Stimulus yang bersifat netral dan tidak berfungsi sebagai reinforcer----Stimulus menjadi reinforcer ketika ia dipasangkan dengan unconditioned reinforcer atau dengan reinforcer  yang sudah terkondisi
       generalized conditioned reinforcer.
Ketika conditioned reinforcer digeneralisasikan  dengan berbagai jenis reinforcer lainnya maka itu.

Faktor yang mempengaruhi efektifitas reinforcement
I. Waktu(Segera VS Penundaan)
II. Contingency:
1. Jika respon selalu diikuti konsekuensi, maka konsekuensicenderung menjadi penguat bagi respon untuk dilakukan lagi
2Contingency terjadi diantara respondan konsekuensi.  Artinya respon harus ada terlebih dahulu sebelum ada konsekuensi.
3. Seseorang akan mengulangi perilaku yang sama ketika  konsekuensi  menjadi penguat yang konsisten
III. Motivating event (ME), antecendent mengubah nilai dari penguat (reinforcer)
      1. Establishing operation(EO): menguatkan
      2. Abolishing operation (AO): melemahkan
     
Contoh: makanan  sebagai penguat (reinforcer) merupakan EO ketika seseorang lapar dan AO ketika seseorang kenyang

Deprivasi merupakan bagian dari EO yang meningkatkan efektifitas dari conditioned atau unconditioned reinforcer. Contoh: ketika seseorang mendapat bill yang harus dibayar maka uang bisa menjadi sesuatu yang penting.

Contoh:
1.    Motivating Event (ME) pada positive reinforcement. INGAT KONSEP DASARNYA!!!
      EO: ketika event menyenangkan meningkat maka respon meningkat
      AO: ketika event menyenangkan menurun maka respon  akan melemah
Contoh:
      EO: Dosen baik tidak banyak tugas, SIA langsung penuh
      AO: Dosen baik banyak tugas, SIA agak sepi.

       Motivating Event (ME) pada negative reinforcement. INGAT KONSEP DASARNYA!!!
       Negative Reinforcement (mengurangi hal yang kurang menyenangkan)---aversive stimulus
      EO: ketika event aversive meningkat maka seseorang cenderung menghindar dari stimulus ---merupakan bentuk penguatan
      AO:  ketika event aversive menurun, maka perilaku menghindar menjadi kurang begitu kuat.

       Terbakar matahari bagi orang Asia (aversive stimulus)
      EO:  takut kulit hitam maka di dalam rumah, penggunaan payung
      AO: Penggunaan lotion tabir surya menyebabkan seseorang tidak menghindar dari sengatan matahari
       Sakit kepala
      EO: Sakit kepala maka Menghindar dengan cara mengecilkan suara radio
      AO: Tapi ketika weekend tanpa sakit kepala maka mengecilkan suara radio akan  tidak dilakukan

IV. Perbedaan individual
V. Magnitude (Kekuatan dari reinforcer)

2.   Jadwal Penguatan

I. Continuous reinforcement schedule (CRF schedule)--- Acquisition:  jadwal yang digunakan ketika seseorang mempelajari TL baru
II. Penguatan intermiten: pemberian reinforcer dengan memperhatikan selang waktu, tidak memberikannya setiap kali perilaku yang diinginkan muncul
       Fixed Ration (FR), Fixed Interval (FI), Variable Ratio (VR), Variable Interval (VI)
  1. Fixed Ration (FR): membutuhkan sejumlah perilaku yang diharapkan untuk pemberian sekali reinforcement/ penguatan
  2. Fixed Interval (FI): setiap selang waktu tertentu diberikan penguatan. Contoh: setiap 2 tahun sekali ada bonus
  1. Variable Ratio (VR): pemberian reinforcement/ penguatan untuk sejumlah perilaku/respon yang jumlahnya bervariasi.
  2. Variable Interval (VI): pemberian reinforcement/ penguatan tidak ditentukan waktunya. Contoh: pemberian hadiah kadang 1 bulan sekali, kadang 1 tahun sekali, namun dirata2kan setiap 6 bulan (tunggu naik kelas).

II.         Extinction- “Menghapus”

Perilaku yang sebelumnya mendapat penguatan, tidak lagi mendapatkan penguatan (diabaikan)----perilaku yang tidak diinginkan akan berhenti. Ekstingsi fokus untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.


Hasil penelitian Hasazi dan Hasazi (1972)
       Penelitian Hasazi dan Hasazi (1972). Para peneliti melihat hal ini bahwa guru memberikan “perhatian” untuk memperbaiki kesalahan si anak (yang menuliskan angka terbalik) menimbulkan efek penguatan reinforcing”. Ekstingsi----guru tidak memberikan perhatian---kesalahan dalam penulisan menurun.
       Hasil penelitian ini menarik karena banyak ahli meyakini bahwa kesalahan penulisan sebagai gangguan belajar, namun pada penelitian ini menunjukkan bahwa kesalahan penulisan merupakan bentuk tingkah laku operan yang diperkuat oleh perhatian guru
Hasil penelitian Lovaas and Simmons (1969)
       Peneliti percaya bahwa perilaku membenturkan kepala sendiri diperkuat oleh konsekuensi sosial seperti perhatian dari orang dewasa yang ada disekitarnya.
       Ekstingsi dengan cara menghilangkan perilaku memperhatikan si anak setiap ia membenturkan kepalanya. Hasil menunjukkan frekuensi membenturkan kepala turun dari 2500 kali  menjadi 0 setelah 10 sesi untuk program ekstingsi.


Contoh Ekstingsi dengan variasi prosedur




Extinction burst:
       Contoh: ketika seseorang tidak mendapatkan sekaleng minuman setelah memasukkan uang ke dalam mesin minuman (vending machine) maka orang tersebut cenderung menekan tombol lebih sering (secara frekuensi) dan menekan tombol lebih keras lagi (intensitas yang makin naik) sebelum akhirnya menyerah).
       Contoh lain: ketika seseorang tidak bisa membuka pintu, maka apa yang ia lakukan?
       Meningkatnya frekuensi, durasi, ataupun intensitas perilaku yang tidak mendapat penguatan selama proses ekstingsi  akan membuat “extinction burst
       Ketika ekstingsi dilakukan maka ada dua hal yang terjadi:
1. ketika perilaku  tidak mendapat penguatan maka perilaku yang muncul menjadi lebih tinggi frekuensi, durasi dan intensitasnya sebelum akhirnya berhenti (Lerman & Iwata, 1995).
2. Munculnya perilaku yang biasanya tidak muncul dikejadian lainnya, akan terjadi pada waktu yang singkat setelah proses ekstingsi dilakukan dan hal tersebut adalah hal yang alami sebelum akhirnya perilaku tersebut berhenti.
       The extinction burst ini bertujuan untuk “siapa tau” mendapat penguatan. Contoh: anak menangis---mungkin orang tuanya akan memberi perhatian
       Dan biasanya bukan merupakan hal yang dilakukan secara sadar akan tetapi merupakan hal yang natural/alamiah dalam situasi ekstingsi.

Kesimpulan dari Extinction Burst
       Ketika perilaku tidak lagi diberi penguatan ada 3 hal yang bisa terjadi:
1.     Peningkatan intensitas, durasi, dan frekuensi dair perilaku
2.     Perilaku yang tidak biasanya dilakukan
3.     Respon emosional ataupun perilaku agresif

Penelitian pada Extinction burst
       Lerman, Iwata dan Wallace (1999) melakukan penelitian terhadap teknik ekstingsi pada 41 kasus pada perilaku menyakiti diri sendiri selama 5 tahun dalam program mereka.  Mereka menemukan bahwa 39% extinction burst  (peningkatan perilaku) dari semua kasus dan 22 % perilaku agresif dari semua kasus.
       Uniknya, extinction burst lebih besar terjadi setelah ekstingsi (penghapusan) penguatan negatif pada perilaku dibandingkan penguatan positif.
       extinction burst lebih mungkin terjadi ketika dilakukan sendiri dibandingkan kalau digabungkan dengan teknik lainnya.


Spontaneus Recovery
       Karakteristik ekstingsi adalah perilaku mungkin terjadi lagi setelah tidak terjadi selama beberapa waktu dan disebut spontaneus recovery.
       spontaneus recovery mungkin terjadi lagi dalam situasi yang hampir mirip/sama  dan mendapat penguatan sebelum ekstingsi.
       Contoh: Pada bayi yang menangis jika dilakukan ekstingsi maka sesekali ia akan nangis lagi (biasanya hanya terjadi sesekali dan tidak dalam waktu yang lama)---dan mendapat perhatian lagi maka efek ekstingsi akan hilang

Kesalahpahaman terhadap konsepsi ekstingsi
       Ekstingsi sama artinya dengan mengabaikan perilaku. Hal ini kurang tepat karena ekstingsi adalah menghilangkan penguatan atau “reinforcement” pada perilaku tertentu.
       Tidak semua “teknik ekstingsi” cocok untuk semua kasus
       “mengabaikan” sebagai bentuk ekstingsi bisa dilakukan jika mengabaikan tersebut memiliki “efek penguatan”
       Contoh: orang mengutil  di toko ---diabaikan (dengan prinsip ekstingsi)---- hal ini kurang tepat karena perilaku mengutil tidak akan berhenti.
       Contoh: anak selalu lari ketika diminta untuk makan sayuran----diabaikan--- maka perilaku tersebut tidak akan hilang (karena perilaku lari dari makan sayur-sayuran diperkuat atau di reinforce) sehingga mengabaikan sebagai ekstingsi bukan teknik yang tepat

2 Faktor yang mempengaruhi ekstingsi

1.     Skedule pemberian jadwal sebelum ekstingsi.  Intermittent reinforcement sebelum ekstingsi membuat ekstingsi  resisten, karena tidak tahu apakah itu ekstingsi atau intermittent reinforcement. Contoh: klien tidak tahu apakah perlakuan itu pemberian reinforcement yang berselang ataukah ekstingsi.  Sementara continous reinforcement sebelum ekstingsi tidak begitu resisten.

2.   Reinforcement yang terjadi setelah ekstingsi.  Kalau reinforcement terjadi ketika proses ektingsi, maka pengurangan prilaku membutuhkan waktu yang lebih lama.  Jika reinforcemnt terjadi di fase spontaneous recovery maka intensitas untuk perilaku yang tidak diinginkan meningkat ke level yang lebih lagi.


  • Miltenberger, G.R. (2012). Behavior modification: principles and procedures. 5th edition. USA: Wadsworth Cengage Learning. 
  • Martin, G. (2007). Behavior Modification 8th edition: what it is and how to do it. USA: Pearson Prentice Hall
  • Sarafino. P. E. (2012). Applied behavior analysis , principles and procedures for modifying behavior. USA: John Wiley & Sons, inc.

Prinsip Dasar Hukuman dan Diskriminasi Modifikasi Perilaku

$
0
0
Prinsip Dasar Hukuman dan Diskriminasi Modifikasi Perilaku - Dalam artikel ini akan didiskusikan tentang basic principles: punishment, stimulus control (diskriminasi dan generalisasi), respondent conditioning (higher order conditioning). Mampu Memahami dan Menjelaskan basic principles: punishment, stimulus control (diskriminasi dan generalisasi), respondent conditioning (higher order conditioning).

Basic Principles of Behavior Modification-II

1.   Punishment

·         Adanya perilaku
·         Konsekuensi langsung terjadi setelah perilaku
·  Sebagai hasilnya, perilaku tersebut mungkin tidak akan dilakukan lagi di masa mendatang.
Punisher (Aversive stimulus): Merupakan konsekuensi yang membuat perilaku tertentu tidak akan terulang lagi atau kemungkinan untuk diulang menjadi kecil
Contoh kasus: Anak laki-laki sering mengganggu adiknya dan membuatnya menangis, kemudian ibunya memarahi dan memukulnya. Anak laki-laki tersebut berhenti menganggu adiknya ketika di marahi, namun keesokan harinya ia mengulangi perilaku yang sama.(silahkan di analisa).


       Dimarahi dan dipukul merupakan bentuk reinforcement positif.
       Lalu apa itu punishment?
   Punishment itu bukan konsekuensi yang tidak mengenakkan ataupun menyenangkan saja. Sebuah konsekuensi dikatakan negatif jika ia mengurangi munculnya perilaku yang tidak diinginkan di masa yang akan datang

Contoh kasus
       Perilaku anak yang dimarahi oleh orang tuanya merupakan reinforcement positif (penguatan positif)
       Perilaku orangtua yang memarahi dan memukul anak merupakan reinforcement negatif (penguatan negatif) karena anak tadi berhenti mneganggu adiknya

Miskonsepsi yang sering terjadi
Punishment segala sesuatu yang dapat menurukan munculnya perilaku tersebut di masa yang akan datang. Punishment dalam modifikasi perilaku berbeda dengan apa yang ada dalam ranah hukum. Penggunaan term yang benar adalah:
1. Benar: yang di punish adalah perilakunya, contoh: guru menghukum perilaku A yang mengaggu proses belajar mengajar dengan time out
2.Salah: yang di punish adalah orangnya. Yang kita lemahkan bukan orangnya tapi perilakunya. Contoh: guru menghukum sarah karena perilakunya yang mengganggu.

Punishment
a.    Positif punishment:
  1. Perilaku terjadi
  2. Diikuti oleh kehadiran aversive stimulus
  3. Hasilnya perilaku tidak akan terjadi di masa yang akan datang
b.    Negatif punishment:
  1. Perilaku terjadi
  2. Diikuti oleh penghilangkan stimulusyang menguatkan/ menyenangkan
  3. Hasilnya perilaku tidak akan terjadi di masa yang akan datang

Hasil penelitian Sajwaj, Libet, dan Agras (1974)- positive punishment
       Bayi usia 6 bulan
       Mengurangi perilaku perenungan (rumination)
       Rumination: memuntahkan makanan di  dalam mulut kemudian menelannya lagi---dehidrasi, malnutrisi dan kematian
       Setiap si bayi melakukan rumination maka dilakukan positive punishment (menyemprotkan lemon juice ke dalam mulutnya)----perilaku rumination berkurang

Diskusi: Apa beda antara ekstingsi dengan negatif punishment?
       Ekstingsi: menahan penguatan yang dapat mempertahankan perilaku yang diinginkan
       Negative punishment: menghilangkan atau menarik penguatan positif dari individu. Penguatan positifnya bisa sesuatu yang sudah biasanya diperoleh ataupun  sesuatu yang lainnya yang dapat memperkuat perilaku.
       Contoh: Negatif punishment: semua hak istimewa di ambil baik yang biasa diberikan ataupun tidak.
Negative punishment
       Time-out dari penguatan positive: Penguatan di hilangkan dalam waktu beberapa saat. Contoh: Peneletian Clark, Rowbury, Baer, dan Baer (1973) mengurangi perilaku agresif anak down syndrome, dengna menyuruhnya untuk duduk dengan dirinya sendiri selama 3 menit.
       Response cost: kebalikan dari token ekonomi.

Time Out



Unconditioned dan Conditioned Punisher
       Unconditioned Punisher: secara alamiah kejadian/ hal tersebut mengadung unsur aversive (sesuatu yang tidak menyenangkan). Contoh: dingin atau panas yang berlebihan, stimulus yang menyakitkan seperti benda tajam, electric schock,
       Conditioned Punisher: stimulus atau kejadian yang berfungsi sebagai aversive stimulus setelah dipasangkan dengan unconditioned stimulus
       Conditioned Punisher: stimulus atau kejadian yang berfungsi sebagai aversive stimulus setelah dipasangkan dengan unconditioned stimulus
       Contoh:     Kata jangan, ekspresi wajah, tiket denda.

Diskusikan
Apakah tatapan kemarahan dari ibu merupakan punishment? Kalau iya kenapa, kalau tidak kenapa?

       Tatapan kemarahan bukanlah punishment karena perilaku yang tidak diharapkan tidak berkurang.
       Tatapan kemarahan ibu merupakan reinforcer (penguat ) positif.
       Kemungkinan lainnya, bersendawa merupakan hal yang secara natural mengandung unsur penguat (reinforcer) karena mengeluarkan gas yang ada di dalam perut.

Persamaan dan Perbedaan
Outcome
Menghadirkan
Mencabut
Memperkuat perilaku yang diinginkan
Positive Reinforcement (stimulus yang menyenangkan)
Negative Reinforcement: (Hal-hal yang tidak menyenangkan)
Memperlemah perilaku yang tidak diinginkan
Positive punishment (stimulus yang tidak menyenangkan)
Negative Punishment (Hal-hal yang menyenangkan)

Yang mempengaruhi efektifitas punishment
       Cepat (Immediacy)
       Konsisten (Contingency)
       Antesedent (motivating event)
            EO: tidak boleh makan lebih efektif sebagai  punishment kalau anak kondisi lapar (memperkuat)
            AO: tidak boleh makan kurang efektif kalau anak baru saja makan snack (memperlemah).
       Perbedaan individu

Problem Punishment
       Membuat seseorang agresif
       Membuat seseorang melakukan escape dan avoidance.
       Penggunaan yang berlebihan dari pemberi hukuman
       Perilaku tersebut akan menjadi model bagi yang dihukum, kemungkinan ia akan menghukum dirinya sendiri di masa yang akan datang.
       Terkait dengan kode etik

2.   Stimulus control: discrimination and generalization

Reinforcement, ekstingsi, dan punishment adalah bentuk konsekuensi untuk mengontrol perilaku (bisa membuat perilaku terus dilakukan atau berhenti sama sekali). Membahas penyebab (Antecedent) munculnya perilaku sama pentingnya dengan membahas konsekuensi dari perilaku. Penyebab (Antecedent) adalah stimulus, situasi, kejadian, atau keadaan yang hadir ketika atau sebelum perilaku itu muncul. Pentingnya untuk membahas penyebab (Antecedent)dari sebuah perilaku karena kita akan mendapatkan informasi tentang perilaku mana yang mendapat penguatan/ hukuman pada saat tertentu. Perilaku akan terus dilakukan pada situasi yang mendatang jika ia mendapat penguatan dan akan berhenti jika tidak mendapat penguatan pada kejadian sebelumnya.
Contohnya: Tono akan meminta uang kepada ibunya ketika ia membutuhkannya, namun ia tidak meminta uang kepada ayahnya karena sebelumnya ketika tono berusaha meminta uang kepada ayahnya ia dimarahi. Sehingga kehadiran ibunya menjadi penyebab (Antecedent) Tono meminta uang kepada ibunya. Penting untuk diingat bahwa Tono hanya meminta uang ketika ia membutuhkan, sehingga kondisi tersebut menjadi EO (Establishing Operation)- yang menguatkan.
Contoh di atas adalah sebagai contoh stimulus control, yaitu sebuah perilaku cenderung dilakukan ketika penyebab (Antecedent) hadir. Sebuah perilaku dikatakan dibawah stimulus control (stimulus control)apabila ada kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan terjadi ketika penyebab (Antecedent) yang spesifik hadir/ada. Tingkah laku tidak terjadi secara random akan tetapi terjadi pada situasi tertentu dimana perilaku ini mendapat penguatan sebelumnya.

Mengembangkan Stimulus Control: Training Stimulus Discrimination
Stimulus Control berkembang dikarenakan perilaku mendapat penguatan ketika stimulus penyebab (antecedent) hadir. Kehadiran stimulus penyebab (antecedent) disebut sebagai  Discriminative Stimulus (SD). Proses penguatan (reinforcing) perilaku ketika Discriminative Stimulus (SD) hadir disebut sebagai  Stimulus Discrimination Training. Ada dua langkah dalam Stimulus Discrimination Training:
1.    Ketika (SD)hadir, maka perilaku mendapat penguatan.
2.       Ketika penyebab lain selain (SD) hadir maka ia tidak mendapat penguatan. Penyebab (antecedent)yang tidak mendapat penguatan disebutS- Delta (SΔ).

Konsekuensi dari training diskriminasi ini adalah: perilaku akan cenderung untuk dilakukan ketika SD hadir  dan perilaku tidak akan dilakukan ketika SΔ hadir. Inilah yang dimaksud dengan stimulus control. Penting untuk dicatat bahwa kehadiran SD tidak menyebabkan perilaku terjadi akan tetapi kehadiran SDmemungkinkan untuk terjadinya perilaku karena adanya asosiasi dengan penguatan (reinforcement)yang didapatkan sebelumnya. Penguatan (reinforcement)yang menyebabkan perilaku terjadi ketika SD hadir/ada.
Riset yang dilakukan oleh Skinner terhadap burung merpati :

Contoh lainnya pada belajar membaca dengan menggunakan Discrimination Training:

Contoh Discrimination Trainingdan punishment(hukuman):



Three- Terim Contingency
Isitlah lain dari three-term contingency adalah ABC (Antecedent- Behavior- Consequence).

SD -- R-- SR
SD       = Discriminate Stimulus
R         = Respon
SR          = Reinforcer
SD -- R—Sp
SD       = Discriminate Stimulus
R         = Respon
Sp           = Punisher

Generalisasi
Generalisasi terjadi ketika perilaku dilakukan dengan  kehadiran stimulus yang hampir sama dengan SD atau generalization gradient.
Contoh:

3.   Respondent Conditioning

Respondent= Pavlovian Conditioning
Operant conditioning= Skinner Conditioning



Faktor-faktor yang mempengaruhi Respondent Conditioning
1.     Frekuensi memasangkan CS dengan US, maka CS menjadi trigger CR.
2.     Timing memasangkan harus berdekatan
3.     1 stimulus netral yang dihadirkan secara konsisten ---paling kuat  menjadi CS
4.     CR berkembang kalau CS atau US bersifat intensdaripada lemah

Higher Order Conditioning



Respondent Extinction


Respondent Extinction
       Pada kasus higher order conditioning ketika CS1 kehilangan kemampuan untuk menghasilkan CR maka hal yang membangkitkan CR (ketakutan) kembali ke hal yang pertama.

Counter Conditioning
       Satu kondisi dimana perilaku yang tidak diinginkan ---cara memasangkan dengan tindakan positif
       Contoh:


Aplikasi dari Respondent Conditioning
       Terapi Aversive: Dasar berfikir adalah counterconditioning: hal-hal yang menjadi reinforcer harus dikurangi kemampuan memberikan dorongannya.

Respondent Conditioning VS Operant Conditioning
       Respondent Conditioning: UR  dan CR disebabkan oleh stimulus dan sifatnya lebih biologis
       Operant Conditioning perilaku dikontrol oleh konsekuensi
       Ekstingsi pada perilaku respondent terjadi ketika tidak adan pemasangan antara CS  dengan US, sehingga CS  tidak bisa lagi menghasilkan CR
       Ekstingsi pada perilaku operant terjadi kalau konsekuensi tidak terjadi

Conditioned Emotional Response
       Little albert
       Phobia VS Cemas

Diskriminasi dan Generalisasi pada Respondent Behavior
       Diskriminasi CR terjadi disebabkan oleh satu CS  yang spesifik
       Generalisasiterjadi ketika CS yang hampir mirip dapat membangkitkan CR


Daftar Pustaka
  • Miltenberger, G.R. (2012). Behavior modification: principles and procedures. 5th edition. USA: Wadsworth Cengage Learning. 
  • Martin, G. (2007). Behavior Modification 8th edition: what it is and how to do it. USA: Pearson Prentice Hall
  • Sarafino. P. E. (2012). Applied behavior analysis , principles and procedures for modifying behavior. USA: John Wiley & Sons, inc.

Membentuk Perilaku Baru: Shaping, Prompting, dan Stimulus

$
0
0
Membentuk Perilaku Baru: Shaping, Prompting, dan Stimulus - Dalam artikel ini akan didiskusikan tentang membentuk perilaku yang baru (shaping, prompting, dan transfer stimulus). Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami dan menjelaskan tentang membentuk perilaku yang baru (shaping, prompting, dan transfer stimulus).

Membentuk perilaku yang baru

1. Shaping

Shaping digunakan untuk membentuk perilaku yang diinginkan secara bertahap. Shaping didefinisikan sebagai bentuk lain dari reinforcement secara berturut-turut (ada tahapannya) terhadap perilaku yang menjadi target .

Membentuk Perilaku Baru: Shaping, Prompting, dan Stimulus_
baca juga: Prinsip Dasar Hukuman dan Diskriminasi Modifikasi Perilaku

Dalam shaping melibatkan prinsip dasar dari reinforcement dan ektingsi. Perilaku yang diinginkan mendapatkan reinforcement sementara (perilaku menguat) dan yang tidak diinginkan tidak mendapat reinforcement (perilaku melemah)

Percobaan Skinner:
  1. Tikus bergerak ke arah tuas.
  2. Tikus menghadap tuas.
  3. Tikus mendekati tuas.
  4. Tikus mengangkat kepala dan kaki belakangnya.
  5. Tikus membuat gerakan menuju tuas dengan satu kaki.
  6. Tikus menyentuh tuas.
  7. Tikus menekan tuas

Langkah-langkah dalam Shaping

1. Identifikasi perilaku yang mendekati perilaku yang kamu inginkan

2. Memberikan reinforcement pada perilaku yang muncul--- perilaku menguat

3. Setelah perilaku yang diinginkan muncul maka berhenti memberikan reinforcement---- extinction burst--- perilaku yang diinginkan membiasa

4. Kemudian memberikan reinforcement terhadap perilaku yang membiasa yang mendekati perilaku yang ingin dibentuk.

5. Diulangi sehingga muncul perilaku baru yang diinginkan


2. Prompting


Prompt adalah stimulus/petunjuk yang diberikan sebelum atau selama perilaku muncul. Prompt membantu perilaku terjadi, sehingga guru dapat memberikan penguatan "(. Cooper, Heron, & Heward, 1987, hal 312).


Prompt adalah penyebab (antecedent) atau event yang bisa membangkitkan perilaku tertentu dalam situasi tertentu. Tipe dari Prompt ada dua: response prompts dan stimulus prompts.

1. Response Prompts: perilaku orang lain (individu B) yang menyebabkan munculnya respon perilaku pada individu A ketika hadirnya stimulus (SD). Response prompts ada empat hal yaitu: verbal prompts, gestural prompts, modeling prompts, physical prompts.

- Verbal Prompts: ketika perilaku verbal dari orang lain menghasilkan respon perilaku yang tepat ketika stimulus hadir. Verbal behavior adalah ketika kamu mengatakan sesuatu kepada orang lain yang membantu orang lain untuk melakukan tindakan/perilaku yang benar. Contoh: Natasha sedang belajar membaca, kemudian guru menunjukkan flash card dengan kata “mobil” kemudian guru mengatakan “mobil” (verbal prompt). Dengan verbal prompt tersebut maka Natasha mampu memberikan respon yang benar dengan mengucapkan “mobil”. Verbal prompt meliputi instruksi, kata kunci, reminders, pertanyaan dalam bentuk verbal yang bisa membantu sesorang untuk menunjukkan tindakan/perilaku yang benar.

- Gestural Prompts: gerakan tubuh atau badan seseorang yang membantu orang lain membuat tindakan yang benar ketika stimulus hadir (SD). Namun ketika seseorang memberikan modeling itu bukanlah Gestural Prompts. Contoh dari Gestural Prompts adalah ketika pelatih menunjukkan kepada anak didiknya dimana seharusnya si anak berdiri di lapangan ketika bermain base ball. Perilaku menunjuk adalah Gestural Prompts. Contoh lainny adalah ketika guru menunjukkan dua buah kartu yang berisi tulisan EXIT dan ENTER, karena siswa tersebut tidak tahu bacaan dari huruf tersebut kemudian guru menyediakan Gestural Prompts dengan cara melihat langsung ke kartu dengan tulisan EXIT sehingga siswa akan menunjukkan kartu EXIT, gerakan melihat langsung dikategorikan sebagai Gestural Prompts.

- Modeling Prompts: demonstrasi/demo yang ditunjukkan oleh orang lain sehingga individu A ada kemungkinan untuk melakukan tindakan yang tepat ketika stimulus hadir. Individu A mengamati dan mengimitasi cara melakukan sesuatu berdasarkan yang dicontohkan orang lain. Contoh: pelatih menunjukkan cara yang benar menendang bola, sehingga atlit bisa mengobservasi, mengetahui dan melakukan dengan benar cara menendang bola. Modeling prompts akan efektif jika individu A memiliki pengalaman sebelumnya dimana perilaku meniru dengan tepat mendapat penguatan. Oleh karena itu, modeling prompts menjadi stimulus control untuk perilaku mengimitasi.

- Physical Prompts: seseorang membantu secara fisik kepada orang lain. Contoh: Seorang pelatih membantu atlit cara memegang tongkat pemukul base ball secara benar, kemudian membantunya mengayunkan tongkat tersebut sehingga bisa memukul bola. Physical prompt adalah bimbingan dari tangan-ke-tangan, dimana trainer membantu melalui tangan orang tersebut secara langsung. Contoh lainnya: guru seni membantu siswanya secara langsung bagaimana mencetak tanah liat.

Response prompts ini sangat mengganggu, karena promts ini seseorang mengontrol perilaku orang lainnya. Dalam situasi belajar hal tersebut tentu saja dapat diterima. Namun, sebisa mungkin kamu menggunakan prompt yang tidak begitu mengganggu sampai yang paling mengganggu sehingga orang tersebut terlibat untu melakukan tindakan yang benar.


2. Stimulus Prompts: dalam stimulus prompt yang dirubah adalah stimulusnya, menambah atau mengurangi stimulusnya, sehingga respon yang tepat bisa dilakukan. Stimulus prompt melibatkan perubahan pada SD atau S-delta (S∆), sehingga SD lebih kelihatan dan (S∆) tidak begitu kelihat dan individu tersebut melakukan respon yang tepat ketika muncul SD (individu bisa melakukan diskriminasi ). Merubah SD disebut within-stimulus prompt dan menambahkan stimulus atau isyarat kepada SD disebut extra-stimulus prompt. Keterangan sebagai berikut:

-  Within-Stimulus Prompts: kamu bisa mengganti SD atau S∆ dengan berbagai cara. Dengan mengganti posisi ataupun dimensi dari SD atau S∆, seperti: ukuran, bentuk, warna, dan intensitas. Contoh: pelatih menggunakan stimulus prompt untuk melatih para atlitnya memukul bola baseball dengan benar. SD nya adalah memberikan reinforcement ketika atlit memukul bola dari jarak yang dekat, dan kemudian mengganti ukuran jaraknya sehingga atlit bisa memukulnya dari jarak yang normal. Contoh lainnya: ketika guru ingin mengajarkan bacaan flash card kata KELUAR, maka guru with-in stimulus yang diberikan guru adalah mendekatkan flash card kata KELUAR dengan siswa tersebut, dan menjauhkan flash card kata “MASUK”, atau cara lainnya adalah membuat flash card kata “KELUAR” lebih besar dari pada kata “MASUK”.

- Extra-stimulus Prompts: memberikan tambahan stimulus dari stimulus prompts yang sudah ada untuk membantu seseorang membuat “diskriminas” dengna tepat (membedakan dengan tepat). Wacker dan Berg (1983) menggunakan picture prompts untuk membantu orang dewasa dengan gangguan intelektual untuk menyelesaikan pekerjaan yang kompleks secara tepat. Tugas yang dilakukan meliputi merakit ataupun mengemas barang. picture prompts membantu orang tersebut melaksanakan tugasnya secara tepat. Alberto dan Toutman (1986) melakukan eksperimen untuk anak kecil yang belajar mengenali tangan kanan dan tangan kiri. Gurunya kemudian menggambarkan tanda X pada punggung tangan kanan, sehingga anak tersebut dapat membedakan/ mendiskriminasikan antara tangan kanan dan kiri.


3. Transfer stimulus kontrol

Ketika respon yang tepat sudah dilakukan, maka prompts harus dihilangkan, kemudian melakukan transfer kontrol stimulus (transfer of stimulus control) ke natural SD. Training tidak sempurna sampai siswa/ atlit/ ataupun orang yang kita ajarkan bisa melakukan tindakan tersebut sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Tujuan akhir dari Transfer control stimulus adalah melakukan tindakan yang benar pada saat yang tepat tanpa adanya bantuan/petunjuk/ prompts. Ada beberapa cara untuk melakukan transfer kontrol stimulus (transfer of stimulus control) yaitu: prompt fading, prompt delay, dan stimulus fading. Tujuan dari metode ini adalah mengalihkan dari transfer kontrol stimulus (transfer of stimulus control) ke stimulus control yang lebih natural dari stimulus yang ada saat tersebut.

- Prompt fading: response prompt dieliminasi secara bertahap. Sebagai contoh: ketika mengajarkan membaca (contoh: kata ibu) maka guru akan memberikan verbal prompt. Namun dengan menggunakan prompt fading maka guru pertama-tama hanya mengatakan sebagian dari kata tersebut (contoh:ib..), kemudian mengatakan huruf pertama (i…), dan pada akhirnya guru tidak mengatakan apapun ketika stimulus (kata ibu) hadir. Prompt fading ada dua yaitu:

  1. Fading within prompt
  2. Fading across prompt
    a. Least –to-most prompting
    b. Most-to-least prompting


Contoh: Lucy dengan gangguan fungsi kognisi bekerja di toko sepatu, tugasnya adalah menarik kertas yang ada di dalam sepatu. Karena Lucy tidak bisa melakukannya sendiri maka manager menggunakan metode prompting dan fading dengan metode least-to-most (least intrusive- most intrusive). Berikut langkah-langkahnya: verbal prompt –least intrusive (contoh: Lucy tarik kertas yang ada di dalam sepatu, itu adalah tugasmu), namun dalam 5 detik Lucy tidak melakukan apaun kemudian manager melakukan gestural prompt (contoh: mengucapkan sambil menunjukkan ke arah sepatu dan kertas yang ada di dalamnya), Lucy tidak merespon dalam 5 detik, kemudian manager melakukan model prompt (memberikan contoh cara melakukannya), dalam 5 detik tidak juga melakukannya maka manager melakukan Physical prompt (menggerakkan tangan Lucy sambil memberikan arahan secara verbal) setelah tindakan tersebut maka manager memberikan penguatan (reinforcement). Untuk percobaan berikutnya, Lucy akan melakukan tindakan yang benar sebelum adanya Physical prompt, manager melakukan hal tersebut sampai Lucy melakukan tindakan yang benar, selanjutnya sebelum model prompt , gestural prompt, dan pada akhirnya Lucy mampu menarik kertas dari dalam sepatu tanpa adanya prompts. Pemberian prompts semakin berkurang dan berkurang.

Contoh lainnya dalam teknik prompt adalah Most-to-least prompting dan fading. Pada metode ini, metode intrusive prompt pertama sekali digunakan kemudian berkurang seiring perilaku yang tepat di lakukan. Metode ini dilakukan ketika terapis meyakini bahwa dengan memberikan intrusive prompt-physical prompt maka individu tersebut bisa melakukan tindakan yang benar. Sebagai contoh pada kasus Lucy, manager menggunakan physical prompt dan dan verbal prompt. Seiring dengan trainer mengurangi physical prompt Lucy melakukan tindakan yang benar. setelah itu manager menggunakan verbal dan gestrual prompt. Semakin berhasil Lucy melakukan tindakan tersebut maka manager akan mengurangi gestural prompt dan hanya menggunakan verbal prompt. Pada akhirnya, manager akan menghilangkan verbal prompt seiring Lucy melakukan tindakanyang benar.

- Prompt delay: jenis lain dari transfer stimulus control dari respon prompt ke stimulus yang natural adalah prompt delay. Prosedur dari prompt delay adalah, menghadirkan stimulus, kemudian menunggu beberapa menit, jika respon/tingkah laku yang diharapkan tidak muncul maka dilakukan prompt. Rentang waktu antara kehadiran stimulus (SD) dengan pemberian prompt bisa constant atau progressif (bertambah). Contoh: Cuvo dan Klatt (1992) mengajarkan remaja cacat membaca kata-kata yang umum (seperti: laki-laki, wanita, stop, masuk), jika siswa tidak merespon dalam waktu 4 detik maka guru akan memberikan verbal prompt dengan cara membacakan kata tersebut untuk mereka. Pada akhirnya, semua siswa membaca dalam waktu kurang dari 4 detik dan prompt pun tidak diberikan lagi.

Contoh lainnya;


- Stimulus Fading: mengurangi stimulus prompt secara bertahap dan menggantikannya dengan stimulus yang sebenarnya (SD). apabila stimulus prompt mecakup menambah stimulus yang ada (extra-stimulus prompt), maka stimulus fading dilakukan secara bertahap dari stimulus tambahan tersebut ketika kehadiran stimulus. Contoh: ketika belajar tangan kanan dan kiri pada anak-anak, maka extra-stimulus (membuat tanda X di tangan kanan) harus dihilangkan secara bertahap seiring hadirnya stimulus yang ada (ketika guru bertanya yang mana tangan kanan). Contoh lainnya: ketika anak belajar perkalian menggunakan flash card dengan menggunakan jawaban perkalian ada di bagian belakangnya (stimulus prompt). Maka siswa menggunakan stimulus fading ketika mereka semakin berkurang melihat ke bagian belakang kartu dalam menjawab soal.


From Matson, J. L., Sevin, J. A., Fridley, D., & Love, S.R. (1990). Increasing spontaneous
language in three autistic children. Journal of Applied Behaviour Analysis, 23, 227–233.
Copyright © 1990 Society for the Experimental Analysis of Behavior. Reprinted by permission of the
Society for the Experimental Analysis of Behavior

Bagaimana menggunakan Prompting dan Transfer dari Control Stimulus (Transfer of Stimulus Control)

1. Pilihlah strategi prompting yang tepat.

2. Dapatkan perhatian dari orang yang ingin kita ubah perilakunya

3. Hadirkan stimulus (SD).

4. Lakukan prompt yang menghasilkan perilaku yang benar

5. Beri penguatan (reinforcement) pada perilaku yang benar

6. Transfer stimulus control

7. Lanjutkan memberikan penguatan pada perilaku yang dilakukan tanpa ada prompt (petunjuk).

Sekian artikel tentang Membentuk Perilaku Baru: Shaping, Prompting, dan Stimulus.

Daftar Pustaka
  • Miltenberger, G.R. (2012). Behavior modification: principles and procedures. 5th edition. USA: Wadsworth Cengage Learning. 
  • Martin, G. (2007). Behavior Modification 8th edition: what it is and how to do it. USA: Pearson Prentice Hall
  • Sarafino. P. E. (2012). Applied behavior analysis , principles and procedures for modifying behavior. USA: John Wiley & Sons, inc.

Membentuk Perilaku: Chaining, Training Keterampilan Perilaku

$
0
0
Membentuk Perilaku: Chaining, Training Keterampilan Perilaku - Dalam artikel ini akan didiskusikan tentang membentuk perilaku yang baru (chaining dan training keterampilan perilaku). Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami dan menjelaskan tentang membentuk perilaku yang baru (chaining dan training keterampilan perilaku).

Membentuk perilaku yang baru

Chaining

Perilaku yang kompleks yang terdiri dari berbagai macam komponen perilaku yang terjadi secara bersamaan dalam urutan tertentu disebut behavioral chain (Rangkaian dari Perilaku).

Contoh:
Ketika kamu ingin memakan permen karet maka kamu akan melakukan serangkaian kegiatan, yaitu:
1.    Mengambil permen karet di dalam kantong
2.    Mengeluarkan permen karet dari kantong
3.    Mengambil 1 buah permen karet dari kantongannya.
4.    Membuka bungkus permen karet
5.    Memakan permen karet.

image source: www.betterparenting.com
baca juga: Membentuk Perilaku Baru: Shaping, Prompting, dan Stimulus

A.    Analisa Rangkaian Stimulus- Respons (Stimulus- Response Chains)
Setiap perilaku terdiri dari beberapa komponen S-R yang terjadi bersamaan berdasarkan urutannya. Sehingga behavioral chain (Rangkaian dari Perilaku) sering disebut sebagai Rangkaian Stimulus- Respons (Stimulus- Response Chains).
Contoh:
1.    SD1 (satu kantong permen karet di dalam kanton)--- R1 (Mengambil permen karet di dalam kantong).
2.       SD2 (tangan kamu di kantong)---- R2 (Mengeluarkan permen karet dari kantong)
3.       SD3 (sekantong permen di tangan kamu)--- R3 (Mengambil 1 buah permen karet dari kantongannya).
4.       SD4 (1 buah permen karet di tangan kamu)--- R4 (Membuka bungkus permen karet)
5.       SD5 (membuka bungkus permen karet)--- R5 (Memakan permen karet).

5 langkah rangkaian S-R bisa diilustrasikan seperti di bawah ini:


B.   Analisa Tugas (Task Analysis)
Proses menganalisa behavioral chain (Rangkaian dari Perilaku) dan memecah-mecahnya ke dalam komponen S-R disebut Task Analysis. Kalau tujuan untuk memodifikasi/ mengajarkan perilaku yang komplek yang melibatkan dua atau lebih komponen respon (rangkaian perilaku) dari seseorang, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasikan komponen perilaku yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan dan tuliskan dalam bentuk urutan. Kedua, identifikasikan SD yang bisa diasosiasikan dengan tugas tersebut. Karena mengajarkan perilaku tertentu terkait dengan training diskriminasi  terhadap komponen S-R dari behavioral chain (Rangkaian dari Perilaku).  Kamu harus memiliki detail analisa tugas (task analysis)yang akan memberikan pemahaman akurat terhadap komponen S-R.

                Cara melakukan Analisa Tugas (Task Analysis):
1.    Mengobservasi orang yang kompeten dalam melakukan tugas tersebut
2.    Bertanya kepada orang yang ahli dalam melakukannya
3.    Mempraktekkan sendiri perilaku tersebut kemudian mencatat/merekam tiap komponen respon yang kamu lakukan.

Setelah kamu mengembangkan Analisa Tugas (Task Analysis), mungkin dibutuhkan revisi kedepannya. Hal ini dikarenakan pada aplikasinya dilapangan, jika klien mampu menguasai tugas/ perilaku tersebut dalam dua atau lebih komponen maka langkah yang sudah disusun dalam Analisa Tugas (Task Analysis) akan berkurang, jika klien kurang mampu menguasai tugas tersebut maka langkah dalam Analisa Tugas (Task Analysis) akan bertambah banyak. Untuk lebih memahaminya lihat 2 contoh di bawah ini:

5 langkah dalam Analisa Tugas (Task Analysis)
1.    SD1 (semangkuk makanan dengan sendok terletak di atas meja)--- R1 (mengambil sendok).
2.    SD2 (sendok di tangan)--- R2 (meletakkan sendok ke dalam mangkuk)
3.    SD3 (meletakkan sendok ke dalam mangkuk) --- R3 (menyendok makanan ke dalam sendok)
4.    SD4 (makanan dalam sendok)--- R4 (mengangkat sendok yang berisi makanan dari dalam mangkuk)
5.    SD5 (memegang sendok yang berisi makanan)--- R5 (memasukkan makanan ke dalam mulut)---- Reinforcer (memakan makanan)
3 Langkah dalam Analisa Tugas (Task Analysis)
1.    SD1 (semangkuk makanan dengan sendok terletak di atas meja)--- R1 (mengangkat sendok kemudian meletakkan di dalam mangkuk).
2.    SD2 (sendok di dalam mangkuk)--- R2 (menyendok makanan ke dalam sendok)
3.    SD3 (makanan di sendok)--- R3 (mengangkat sendok yang berisi makanan dan meletakkannya di mulut)--- Reinforcer (memakan makanan ).

Seperti yang bisa kamu lihat, perbedaan antara 5 langkah dan 3 langkah adalah lebih detailnya langkah yang ada di lima langkah pertama karena respon dipecah ke dalam langkah-langkah yang lebih kecil. Setiap langkah ditandai dengan stimulu (SD) dan respon, namun ukuran dan responnya berbeda.  Bagi sebagian klien 5 langkah lebih cocok, bagi sebagian yang lain 3 langkah yang cocok. Tidak ada yang benar ataupun salah semuanya tergantung dari kebutuhan di lapangan.
      Setelah melakukan Analisa Tugas (Task Analysis)maka langkah berikutnya adalah memilih strategi untuk mengajarkannya yang disebut sebagai prosedur rangkaian (chaining procedures). Prosedur rangkaian (chaining procedures) melibatkan aplikasi sistematis dari prosedur prompting dan fading komponen behavioral chain (Rangkaian dari Perilaku). Ada 7 prosedur dalam behavioral chain (Rangkaian dari Perilaku), yaitu:

1.    Forward chaining
Prosedur ini mengajarkan merangkaikan komponen perilaku secara bertahap (satu demi satu) dengan menggunakan prompting dan fading. Forward chaining ini dimulai dari langkah awal yang dirancang dalam Analisa Tugas (Task Analysis).

Langkah I:
SD1 + Prompt              R1       Reinforcer

Untuk melakukan forward chaining, kamu menghadirkan SD1, kemudian prompt klien dengan perilaku yang seharusnya dilakukan (misalnya dengan menggunakan physical prompt mengangkat sendok kemudian meletakkan di dalam mangkuk). Setelah klien mampu melakukannya maka  berangsur-angsur pemberian promptdikurangi dan dihentikan (fading)dan diberikan reinforcer.

Langkah II:
SD1                              R1
SD2 + prompt      R2                   Reinforcement        

Karena respon pertama menjadi stimulus  kedua (SD2) artinya klien sudah mampu untuk mengangkat sendok dan meletakkannya ke dalam mangkuk. Untuk langkah berikutnya berikan prompt  kepada klien untuk menyendok makanan dan meletakkannya ke dalam sendok(R2). Setelah klien mampu melakukannya maka  berangsur-angsur pemberian prompt dikurangi dan dihentikan (fading) dan diberikan reinforcer.

Langkah III:
SD1                              R1
SD2                             R2                   
SD3 (makanan di sendok) + prompt       R3               Reinforcer

Karena respon kedua menjadi stimulus  ketiga (SD3) artinya klien sudah mampu mengangkat sendok dan meletakkan makanan ke dalam sendok. Untuk langkah berikutnya berikan promptkepada untuk mengangkat sendok yang berisi makanan dan meletakkannya di mulut (R3). Setelah klien mampu melakukannya maka  berangsur-angsur pemberian prompt dikurangi dan dihentikan (fading)dan diberikan reinforcer.

2.    Backward chaining
Prosedur training perilaku yang intensif biasa digunakan oleh individu dengan kemampuan intelektual yang terbatas. Dengan backward chaining, kamu menggunakan promptingdan chaininguntuk mengajarkan perilaku terakhir yang harus bisa dilakukan oleh orang tersebut. Backward chaining adalah kebalikan dari forward chaining.Dengan menggunakan contoh 3 langkah   Analisa Tugas (Task Analysis) untuk perilaku makan sendiri, maka prosedurnya dibalik, sebagai berikut:
Langkah I:
SD3 + prompt                 R3 Reinforcer

Dilakukan physical prompt untuk mengangkat sendok yang berisi makanan dan meletakkannya di mulut. Setelah klien mampu melakukannya maka  berangsur-angsur pemberian promptdikurangi dan dihentikan (fading) dan diberikan reinforcer
           
            Langkah II
SD2  + prompt       R2              Reinforcer
SD3       R3                    Reinforcer

Karena respon ketiga menjadi stimulus  kedua (SD2) artinya klien sudah mampu mengangkat sendok dan meletakkan makanan ke dalam mulut. Maka langkah berikutnya adalah mengajarkan cara menyendok makanan ke dalam sendok dengan menggunkan physical prompt (R2). Setelah klien mampu melakukannya maka  klien akan mendapatkan reinforcement. Setelah klien mampu menyendokkan makanannya dan secara otomatis ia akan mengangkat sendok dan memasukkan makanan ke dalam mulutnya setelah itu ia akan mendapatkan reinforce.  Kalau klien sudah menguasai dua tugas sekaligus maka  berangsur-angsur pemberian promptdikurangi dan dihentikan (fading).

Langkah III:
SD1 + prompt                R1                     Reinforcer
SD2         R2                Reinforcer
SD3                     R3               Reinforcer


Karena respon kedua menjadi stimulus  kedua (SD1) artinya klien sudah mampu menyendokkan makanan dan mengangkat sendok dan meletakkan makanan ke dalam mulut. Langkah berikutnya, dengan menggunakan physical prompt mengangkat sendok kemudian meletakkan di dalam mangkuk (R1). Setelah klien mampu melakukannya maka  klien akan mendapatkan reinforcement. Setelah klien mampu mengangkat sendok, kemudian menyendokkan makanannya dan secara otomatis ia akan mengangkat sendok dan memasukkan makanan ke dalam mulutnya setelah itu ia akan mendapatkan reinforce.  Kalau klien sudah menguasai dua tugas sekaligus maka  berangsur-angsur pemberian promptdikurangi dan dihentikan (fading).

Persamaan antara Forward Chaining dan Backward Chaining
·         Keduanya berusaha mengajarkan cara melakukan chaining (merantaikan komponen perilaku)
·         Untuk melakukan prosedur tersebut, maka kamu harus melakukan analisa tugas (task analysis) dan memecahnya kedalam komponen-komponen stimulus-response yang lebih detail.
·         Masing-masing prosedur mengajarkan satu komponen perilaku dalam satu waktu.
·         Kedua prosedur menggunakan teknik prompting dan fading.

Perbedaan antara Forward Chaining dan Backward Chaining
·         Forward chaining mengajarkan langkah I dari komponen perilaku terlebih dahulu dan backward chaining mengajarkan langkah III dari komponen perilaku terlebih dahulu.
·         Forward chaining, klien tidak bisa langsung mencapai langkah III dari komponen perilaku pada setiap proses percobaan dalam belajar (learning trial), maka reinforcer buatan digunakan sampai langkah III komponen perilaku yang terakhir diajarkan. Backward chaining, klien selalu mampu melakukan secara komplit akhir dari perilaku yang diharapkan dan mendapatkan reinforcer secara natural dalam setiap langkah.

3.    Total task presentation
Total task presentation adalah merangkaikan komponen perilaku secara keseluruhan/ sekaligus. Dengan menggunakan teknik prompt untuk membuat klien terlibat dengan rangkaian pembentukan perilaku, sekalinya klien mampu menguasai perilaku tersebut maka diberikan reinforcement dan pemberian prompt berkurang dan berkurang atau yang lebih dikenal dengan graduated guidance. Selama fase tersebut terapis/ konselor menyediakan “tanganbayangan” ketika klien berusaha menyelesaikan tugasnya. “Tanganbayangan” adalah tangan terapis yang selalu siaga di dekat klien dan siap membantu klien ketika gagal melakukan salah satu komponen dari perilaku dari rangkaian perilaku yang harus ia penuhi.
Contoh: ketika klien A belajar makan, maka terapis mengajarkan 3 komponen task analysis dalam satu waktu (dari awal- akhir). Pemberian reinforcement dalam setiap percobaan dan usaha yang dilaku oleh klien A adalah makanan yang dimakannya (natural reinforce). Setelah berapa kali percobaan, biasanya klien akan mulai belajar dan membuat gerakan. Ketika kamu sebagai terapis mulai merasakan ia akan mulai melakukannya sendiri, maka secara perlahan kamu melepaskan tangannya. Jika ia benar melakukan komponen perilakunya, maka kamu cukup menjadi “Tanganbayangan”, jika ia gagal maka kamu akan memberikan bimbingan langsung secara fisik (dengan memegangi tangannya). Untuk menggunakan graduated guidancesecara tepat maka kamu harus mengikuti gerakan klien A secara hati-hati dan memberikan lebih atau mengurangi bantuan jika dibutuhkan.  Kalau terlalu lama memberikan bantuan dan tidak melakukan fadingmaka klien A bisa menjadi tergantung pada terapis.


Kapan harus menggunakan Total task presentation
1.    Ketika tugas tidak terlalu panjang dan kompleks. Jika tugas terlalu panjang dan kompleks , maka forward chainingdan backward chaininglebih baik karena pada prosedur ini hanya berfokus pada hal simple dalam satu waktu/ bertahap.
2.    Kemampuan dari klien harus diperhatikan.  forward chainingdan backward chaining akan lebih baik bagi klien dengan kemampuan intelektual yang terbatas.
3.    Kemampuan tenaga pengajar juga harus diperhatikan. Untuk Total task presentation yang sering melibatkan graduated guidance, dimana guru harus tahu kapan waktu yang tepat untuk memberikan bantuan (guidance) atau bayangan  (shadowing) saja. Kalau kurang tepat, maka klien akan belajar perilaku namun tidak belajar untuk menjadi independent.

Persamaan antara forward chaining,backward chaining dan Total task presentation
1.    Berguna untuk melakukan tugas yang kompleks atau rangkaian perilaku
2.    Task Analysisharus dilakukan sebelum perlakuan dilakukan
3.    Prosedur promptingdan  fading selalu dilakukan.

Perbedaan antara forward chaining,backward chaining dan Total task presentation
1.    Di dalam Total task presentation, klien mendapatkan prompt dari awal sampai akhir. Dalam prosedur forward chainingdanbackward chaining,  trainer mengajarkan satu komponen perilaku dalam satu waktu dan kemudian merangkai komponen perilaku.

4.    Written task analysis: menggunakan deskripsi/ tulisan dalam setiap langkah Task Analysis sebagai Prompt.
5.    Picture prompts: menggunakan gambar dalam setiap langkah Task Analysis sebagai Prompt
6.    Video modeling: menggunakan video dalam setiap langkah Task Analysis sebagai Prompt
7.    Self instruction: memberikan instruksi verbal kepada diri sendiri dalam setiap komponen perilaku yang akan dirangkaikan. Contoh: setiap kali berusaha untuk memencet no telpon, maka kita akan selalu mengulangi nomor yang berusaha kita tuju.
Bagaimana menggunakan prosedur Chaining:
1.    Menentukan apakah chaining behavior adalah prosedur yang tepat untuk memodifikasi perilaku seseorang. Jika seseorang tidak mampu menyelesaikan tugas karena ia tidak mampu maka chainingadalah prosedur yang tepat.
2.    Mengembangkan analisa tugas (task analysis).
3.    Lakukan pemetan awal tentang kemampuan dari klien.
4.    Pilih metode merangkaikan (chaining) perilaku yang akan kamu gunakan.
5.    Implementasi prosedur merangkaikan (chaining).
6.    Memberikan reinforcement setelah klien mampu menguasai perilaku yang baru saja dipelajari.

Training Keterampilan Perilaku (Behavioral Skills Training- BST)

Training Keterampilan Perilaku (Behavioral Skills Training- BST) terdiri dari 4 komponen: modeling, instruksi, rehearsal(latihan), dan feedback (masukan). Training ini sudah banyak digunakan untuk membantu mengajarkan keterampilan tertentu pada anak dan orang dewasa. Langkah-langkah dalam Training Keterampilan Perilaku (Behavioral Skills Training- BST) adalah:
1.     Trainer memberikan modeling langsung (live) atau tidak (contoh: melalui video) sehingga orang yang sedang belajar tersebut bisa melihat dna menirunya.
2.     Trainer memberikan instruksi atau arahan kepada orang yang sedang belajar tentang hal-hal apa saja yang harus dilakukan dan dikuasai.
3.     Kesempatan untuk mempraktikkan kembali apa yang sudah dilihat dan dilakukan simulasi yang hampir sama dengan kondisi dalam kehidupan nyatanya.
4.     Setelah melakukan latihan maka trainer memberikan masukan kepada orang yang sedang belajar, hal-hal apa saja yang masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan dalam mempelajari keterampilan/perilaku bar.

Hasil riset menunjukkan bahwa anak yang menerima modeling, instruksi, rehearsaldan feedback tentang keterampilan menghindari penculikan pada anak lebih baik dalam menguasai keterampilan dibandingkan dengan anak yang hanya mendapatkan instruksi dan modeling melalu video rekaman tanpa ada kesempatan untuk rehearsaldan feedback.




Modeling
Ada beberapa hal yang mempengaruhi efektivitas dari modeling, yaitu:
1.     Model yang menjadi panutan harus memiliki status yang tinggi, contoh: status guru yang lebih tinggi akan lebih mungkin untuk ditiru oleh anak. Contoh lainnya adalah ketika iklan di tv menggunakan para selebritis (yang memiliki status yang lebih tinggi) diiklankan sedang menggunakan produk, maka kemungkinan besar orang akan melakukan hal yang sama.
2.     Tingkat kompleksitas peirlaku dari model harus disesuaikan dnegan kemampuan dari orang yang sedang belajar.
3.     Orang yang sedang belajar harus memfokuskan perhatiannya.
4.     Perilaku model harus terjadi dalam konteks yang tepat (dengan kehadiran stimulus), yang hampir sama seperti aslinya. Sebagai contoh: pada contoh ketika anak melihat cara guru memberikan contoh  menghindarkan diri dari penculikan pada situasi yang hampir sama dengan yang aslinya.
5.     Perilaku harus sering diulang sehingga orang yang sedang belajar tersebut dapat mengimitasinya secara tepat.
6.     Pemberian contoh harus dilakukan dengan cara yang beragam dan situasi yang beragam pula sehingga terjadi generalisasi pada perilaku.
7.     Orang yang sedang belajar harus memiliki kesempatan untuk mempraktekkan apa yang sudah dipelajarinya.

Instruksi
Beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas dari pemberian instruksi:
1.     Instruksi yang diberikan harus bisa difahami oleh orang yang sedang belajar.
2.     Instruksi harus disampaikan oleh orang yang memiliki kredibilitas (seperti: orangtua, guru, psikolog, atasan).
3.     Harus memiliki kesempatan untuk mempraktekkan perilaku yang sudah dipelajari.
4.     Diberikan ketika orang yang belajar sedang focus
5.     Orang yang sedang belajar harus mengulangi instruksi yang sudah diajarkan, sehingga instruktur/terapis/psikolog tahu kalau instruksi yang didengarnya sudah tepat.

Rehearsal
Beberapa factor yang mempengaruhi efektifitas dari rehearsal:
1.     Latihan dilakukan pada konteks yang pas/tepat atau bisa juga mensimulasikan perilaku dalam kondisi yang hampir menyerupai.
2.     Rehearsal di program untuk membuat seseorang itu sukses, sehingga dalam praktiknya harus dimulai dari perilaku yang gampang---kompleks.
3.     Rehearsal harus diikuti oleh reinforcement.
4.     Rehearsal yang dilakukan bisa jadi benar ataupun salah, namun demikian hasilnya harus tetap mendapatkan feedback.
5.     Rehearsal harus dilakukan sampai perilaku yang tepat dihasilkan dalam selama beberapa kali.

Feedback
Beberapa factor yang mempengaruhi efektifitas dari feedback:
1.     Feedback harus diberikan setelah perilaku muncul
2.     Feedback harus mencakup pujian dan yang bisa memperkuat perilaku yang sudah tepat tersebut muncul. Kalaupun salah, maka trainer harus memuji usaha yang sudah dilakukan orang yang sedang belajar tersebut.
3.     Feedback harus bersifat deskriptif, focus pada hal-hal yang bersifat verbal ataupun non-verbal.
4.     Ketika memberikan Feedbackmaka tidak boleh dalam bentuk yang negative
5.     Hargailah usaha yang sudah dilakukan baru memberikan Feedback untuk membenarkan perilaku yang salah.
6.     Focus pada satu hal yang ingin diperbaik dalam satu waktu, sehingga orang yang sedang belajar tersebut tidak demotivasi.

Asesment In Situ adalah: assessment terhadap keterampilan yang sudah dipelajari dalam situasi yang natural, dimana individu yang sedang di assessment tidak mengetahui kalau ia sedang dievaluasi. Hal ini didasarkan pada ketika seseorang sedang belajar TL yang baru maka ia akan melakukannya ketika terapis ada dihadapan atau disekitar mereka, namun hal tersebut gagal dilakukan/di generalisasikan ketika trainer/terapis tidak ada. Seingga kehadiran terapis adalah sebagai stimulus control.

In Situ Training adalah usaha untuk membuat keterampilan yang dipelajari untuk digeneralisasikan, dan memberikan reinforcement dalam lingkungan yang normal meskipun trainer/terapis tidak hadir.  Adapun langkah-langkah dalam In Situ Training adalah:
1.     Trainer melakukan assessment dalam situasi yang natural tanpa diketahui oleh orang yang sudah belajar keterampilan tersebut.
2.     Jika orang yang sedang belajar tersebut tidak mempraktekkan apa yang sudah dipelajarinya, maka secara langsung trainer akan datang ke lokasi tersebut dan menunjukkan cara yang benar. Sehingga situasi yang tadinya assessment berubah menjadi situasi training.
3.     Kemudian trainer meminta orang tersebut untuk mempraktekkan keterampilan tersebut dalam situasi assessment yang natural sehingga ketika berhadapan dengan hal yang sama kedepannya, ia bisa mempraktekkannya secara langsung.

Penggunaan Training Keterampilan Perilaku (Behavioral Skills Training- BST) yang tepat adalah ketika orang yang sedang belajar tersebut mendapatkan manfaat dari program tersebut dan tidak membutuhkan prosedur training/modifikasi perilaku yang intensif seperti: prosedur chaining. Training Keterampilan Perilaku (Behavioral Skills Training- BST) juga bisa dilakukan dalam kelompok kecil dimana masing-masing anggota kelompok harus mengikuti keempat langkah yang sudah disebutkan di atas, dan tambahan feedback (masukan) tidak hanya berasal dari trainer tapi juga dari anggota kelompok.
            Training Keterampilan Perilaku (Behavioral Skills Training- BST) melibatkan three-term contingency untuk keterampilan yang akan dipelajari. Modeling dan instruksi adalah antecedents untuk mendapatkan perilaku yang diinginkan, perilaku yang tepat terjadi pada waktu latihan (rehearsal), dan feedback diberikan sebagai bentuk reinforcement sebagai bagian dari konsekuensi pada saat latihan. Feedback (latihan) melibatkan instruksi yang berfungsi sebagai prompt untuk terjadinya perilaku yang diinginkan pada latihan berikutnya.

Sekian artikel tentang Membentuk Perilaku: Chaining, Training Keterampilan Perilaku.

Daftar Pustaka
  • Miltenberger, G.R. (2012). Behavior modification: principles and procedures. 5th edition. USA: Wadsworth Cengage Learning. 
  • Martin, G. (2007). Behavior Modification 8th edition: what it is and how to do it. USA: Pearson Prentice Hall
  • Sarafino. P. E. (2012). Applied behavior analysis , principles and procedures for modifying behavior. USA: John Wiley & Sons, inc.

Memahami Penilaian Fungsional dalam Modifikasi Perilaku

$
0
0
Memahami Penilaian Fungsional dalam Modifikasi Perilaku - Dalam artikel ini akan didiskusikan tentang assessment dalam modifikasi perilaku. Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami dan menjelaskan tentang assessment dalam modifikasi perilaku.

Functional Assessment (Penilaian Fungsional)

Definisi Functional Assessment

·         Prinsip dasar dari analisa perilaku adalah bahwa semua perilaku ada sebab-akibatnya (lawful). Terlepas dari perilaku tersebut diinginkan atau tidak, respon perilaku timbul karena ada stimulus dari lingkungan.
·         Respondent behavior tejadi karena ada stimulus sebagai penyebab, sementara operant behavior terjadi karena adanya antecedent(penyebab) dan konsekuensi yang menyebabkan rangkaian A-B-C (reinforcement dan punishment).
·         Functional Assessment adalah proses mengumpulkan informasi tentang penyebab dan konsekuensi yang saling terkait (menjadi sebab dan akibat) dari perilaku yang muncul.
·         Kategori informasi yang digali pada saat Functional Assessment:
1.       Problem behavior: deskripsi objektif dari perilaku yang bermasalah.
2.       Antecedent: deskripsi objektif dari lingkungan sebelum perilaku tersebut muncul.
3.       Consequence: deskripsi objektif dari lingkungan setelaha munculnya perilaku.
4.       Alternative behavior: informasi mengenai perilaku seseorang yang mungkin bisa diberikan reinforcement sebagai pengganti dari perilaku yang bermasalah.
5.       Motivational variable: informasi mengenai event yang berfungsi sebagai establishing operation atau abolishing operation yang dapat mempengaruhi efektivitas dari reinforcedan punisher pada perilaku yang bermasalah ataupun perilaki alternative.
6.       Potential reinforcer: informasi tentang lingkungan-termasuk stimulus fisik dan perilaku dari orang lainnya- yang berfungsi sebagai reinforcer yang dapat digunakan dalam program treatment.
7.       Previous intervention: informasi tentang intervensi terdahulu yang pernah digunakan dalam mengatasi perilaku yang bermasalah.

image source: dschool.com.ua
baca juga: Membentuk Perilaku: Chaining, Training Keterampilan Perilaku

Function of Problems Behavior

Fungsi utama dari Functional Assessment adalah mengidentifikasikan fungsi dari perilaku yang bermasalah tersebut. Ada 4 kategori besar dari konsekuensi reinforcing (reinforcing consequence) atau fungsi dari perilaku yang bermasalah (function of problems behavior), yaitu:
1.     Social positive reinforcement
Tipe konsekuensi reinforcing yang positif yang dimediasi oleh orang lain. Ketika konsekuensi positf diberikan oleh orang lain setelah perilaku yang diinginkan muncul. Hal ini disebut social positive reinforcement.Social positive reinforcement meliputi: perhatian, akses untuk melakukan sesuatu/ aktivitas, atau  tangiable  yang disediakan orang lain.

2.     Social negative reinforcement
Social negative reinforcement adalah negatife reinforcement yang diperantarai oleh orang lain. Ketika orang lain memutuskan interaksi aversif (interaction aversive), tugas, atau kegiatan yang menyenangkan ketika perilaku yang diinginkan tersebut tidak muncul.

3.     Automatic positive reinforcement
Automatic positive reinforcement adalah memberikan reinforcement terhadap perilaku yang diinginkan tanpa ada perantara akan tetapi bersifat otomatis. Contoh: ketika anak autis memutar suatu objek, atau batu atau menepuk tangannya didepan wajahnya yang bisa menghasilkan reinforcement yang memberikan penguatan stimulasi sensori.

4.     Automatic negative reinforcement
Automatic negative reinforcement terjadi ketika sasaran perilaku secara otomatis mengurangi atau mengeliminasi aversive stimulus sebagai konsekuensi dari perilaku dan perilaku tersebut menguat. Escape ( lari dari…) aversive stimulus tidak dimediasi oleh orang lain akan tetapi bersifat otomatis. Contoh: perilaku “binge eating” bisa dikontrol dengan cara mengurangi respon emosional yang tidak menyenangkan yang hadir sebelum binge eating. Contoh lainnya adalah menutup jendela untuk menghindari cuaca yang dingin.

Metode – metode Functional Assessment

Tiga kategori dalam metode assessment:
1.     Metode assessment yang tidak langsung (indirect): informasi dikumpulkan melakui kuesioner. Metode tidak langsung ini dilakukan melalui interview dan kuesioner dalam memetakan permasalahan perilaku dari orang yang bersangkutan ataupun dari orang terdekatnya. Asesment tidak langsung ini disebut juga metode informant assessment karena sumber pemberi informasi (orang ybs dan orang lain) menyediakan informasi sebagai respon dari pertanyaan assessment. Keuntungan dari metode ini adalah mudah dilaksanakan dan tidak memakan waktu yang banyak serta format interview dan kuesioner banyak tersedia. Kekurangan dari metode ini adalah bergantung pada memori informant sehingga informasi yang diberikan ketika interview dan pengisiankuesioner bisa saja salah akibat lupa ataupun bias.
Karena sangat praktisinya metode ini sehingga metode ini banyak digunakan. Interview yang baik dalam melakukan assessment adalah interview yang terstruktur dan tanpa adanya interpretasi terhadap kejadian tersebut, akan tetapi hanya menggambarkan peristiwa tersebut secara objektif. Sebagai contoh: ada dua jawaban berbeda dari satu pertanyaan yang sama, yaitu: “kapan anak kamu menjadi tantrum?” (diasumsikan bahwa perilaku tantrum sudah dijelaskan oleh orang tua pada pernyataan sebelumnya). Jika orang tua berkata “ Johnyy menjadi tantrum ketika saya memintanya untuk mematikan tv dan datang ke meja makan untuk makan malam”, disini orang tua memberikan jawaban yang objektif. Jika orang tua mengatakan “Jony menjadi tantrum ketika dia tidak mendapatkan hal yang ia inginkan”, pada jawaban yang kedua ini orang tua sudah memberikan interpretasi terhadap apa yang terjadi.
Tujuan dari interview ini adalah memperoleh informasi tentang hal-hal yang terkait dengan perasalahan perilaku yang ingin diubah (penyebab dan konsekuensi) dan hal-hal terait lainnya, yang bisa membantu terapis/ konselor/psikolog dalam membuat hipotesa hal-hal apa saja yang menjadi variable pengontrol terhadap perilaku yang ingin diubah/bermasalah tadi. Dalam waktu yang bersamaan melalui metode ini kita juga mengajarkan kepada informan tentang assessment tersebut: bahwa perilaku dan event harus diidentifikasikan secara spesifik, bahwa penafsiran harus diminimalisasi. Berikut contoh pertanyaan:


2.     Metode assessment langsung (direct): assessment melalui observasi dengan mencatat penyebab perilaku (antecedent), perilakunya, dan konsekuensi setelah perilaku tersebut muncul. Kesemua hal tersebut direkam/dicatat dalam situasi yang natural dimana perilaku yang ingin dimodifikasi tersebut muncul. Observasi langsung ini disebut juga ABC observation. Keuntungan menggunakan metode ini adalah mencatat atau merekam secara langsung penyebab dan akibat dari perilaku tersebut langsung saat kejadian yang menyebabkan informasi yang disediakan lebih akurat. Kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan usaha lebih dalam melakukan metode ini dibandingkan metode sebelumya, lebih lanjut metode ini hanya bisa menggambarkan korelasi antara penyebab dan konsekuensi dari perilaku namun tidak bisa menetapkan secara pasti apakah ada pengaruh antara penyebab- konsekuensi. 
Untuk membuat ABC observation semakin efektif maka harus diketahui kapan perilaku tersebut muncul, hal ini bisa diperoleh dari interview yang telah dilakukan sebelumnya. Observer yang melakuan ABC observation adalah orang yang terlatih untuk melakukan observasi dan merekam hasil observasi tersebut. ABC observation bisa dilakukan dengan 3 cara: metode deskripsi, metode ceklist, dan metode record interval
a.  Metode deskriptif, observer mencatat secara singkat gambaran dinamikan three term contingency, biasanya teknik ini digunakan sebelum dilakukan metode assessment tidak langsung (indirect assessment), berikut contohnya:

  

b.     Metode Cek list melibatkan cek list pada kolom penyebab, perilaku dan konsekuensi (three term contingency). Biasanya dikembangkan setelah  dilakukan proses identifikasi penyebab, perilaku dan konsekuensi (three term contingency) melalui interview atau melalui observasi. Berikut contohnya:


c.     Metode interval atau (real-time), dengan metoed ini kamu membagi waktu observasi ke dalam bentuk interval yang singkat dan memberikan tanda pada lembaran pengisian metode interval muncul atau tidaknya perilaku tersebut dalam interval yang sudah ditentukan, ataupun mencatatnya secara tepat berdasarkan waktu terjadinya.  Kamu juga bisa mengidentifikasikan dan mendefinisikan secara spesifik event mana yang menjadi penyebab dan apa akibatnya.

Metode observasi langsung ataupun tidak termasuk dalam assessment yang deskriptif karena three term contingency dideskripsikan, baik dari memori seseorang ataupun dari observasi terhadap kejadian tersebut secara langsung. Dengan menggunakan metod eini memberikan kesempatan kepada konselor/terapis untuk membuat hipotesa terhadap perilaku yang ingin dimodifikasi. Namun, dengan metode ini hanya berfungsi untuk melihat korelasi antara penyebab dan konsekuensi dari perilaku, tidak melihat pengaruh antara penyebab terhadap konsekuensi dari perilaku. Untuk membuktikan pengaruh antara penyebab dan konsekuensi perilaku maka dibutuhkan uji coba dalam bentuk memanipulasi penyebab dan konsekuensi dari perilaku tersebut atau yang lebih dikenal dengan Metode experiment (functional analysis).

3. Metode experiment (functional analysis): dilakukan manipulasi penyebab perilaku (antecedent), dan konsekuensi setelah perilaku tersebut muncul untuk mengobservasi efeknya pada perilaku. Dalam teknik Metode experiment (functional analysis), kamu memanipulasi  penguat (reinforce) yang potensial kemudian melihat reinforcer yang mana yang meningkatkan perilaku tersebut, atau kamu melakukan eksperimen dengan menghadirkan event pencetus/penyebab yang berbeda sehingga bisa melihat perilaku yang manakah yang menyebabkan perilaku tersebut muncul.
Sebagai contoh riset yang dilakukan oleh Iwata, Dorsey, Slifer, Bauman dan Richman (1982) melakukan eksperimen terhadap perilaku menyakiti diri sendiri atau self-injuurious behavior (SIB) yang dilakukan oleh orang dengan disfungsi intelektual. Pada kondisi eksperimen Iwata dkk membuat satu kondisi dimana penyebab dan konsekuensi dari perilaku SIB meningkat. Untuk mengevaluasi apakah perhatian dapat meningkatkan SIB maka Iwata dkk membuat satu kondisi dimana anak-anak tersebut tidak mendapat perhatian dari orang dewasa yang ada disekitarnya (EO), dan ketika SIB terjadi, maka kemudian orang dewas disekitarnya memberikan perhatian dalam bentuk ketidaksetujuan social (contoh: jangan melakukan hal tersebut). Untuk mengevaluasi apakah melarikan diri (escape) dari tugas yang harus dilakukannya adalah salah satu kemungkinan dari reinforce, kemudian Iwata menghadirkan “mengerjakan tugas” (EO), dan ketika SIB terjadi, Iwata membiarkan anak tersebut bebas dari tugasnya. Iwata dkk melakukan evaluasi terhadap 4 kondisi eksperimen dan menemukan bahwa SIB di maintained oleh perhatian dari orang lain dan lari dari tugas sebagai bentuk reinforcement.

Ada dua jenis functional analysis:
a.     Exploratory functional analysis: digunakan ketika terapis/konselor belum tahu apa yang menjadi penyebab munculnya perilaku tersebut , ataupun konsekuensi apa yang menguatkan munculnya perilaku tersebut dengan kata lain terapis/konselor belum mempunyai hipotesa. Sehingga pada kondisi eksperimen EO dihadirkan  dan juga kemungkinan reinforcernya, dan di situasi control maka terapis/konselor menghadirkan AO namun menahan konsekuensinya.
b.     Hypothesis-testing functional analysis: dalam metode ini terapis/konselor sudah memiliki hipotesa hanya saja perlu meng-confirm benar tidaknya hipotesa yang sudah dibuat. Dalam situasi eksperimen mengahdirkan EO sesuai dengan yang dihipotesakan, dan ketika perilaku tersebut terjadi, maka hipotesa terbukti. Dalam situasi control menghadirkan AO yang sudah dihipotesakan, dank etika perilaku tersebut muncul, sehingga hipotesa tentang reinforce tersebut tidak didukung. Sebagai contoh: pada perilaku Jacob yang suka menghantam kepalanya (head-banging), menangis, dan melemparkan mainan ke anak lain adalah ketika anak lain bermain dengan permainanya ataupun menyentuh permainannya. Untuk menganalisa apakah penyebab (antecedent) ini berkaitan dengan munculnya perilaku, maka Rich mengadakan eksperimen dimana penyeba dihadirkan dalam situasi tes, dan anteseden tidak dihadirkan dalam situasi control. Kemudian Rich membuat hipotesa bahwa perilaku yang menjadi reinforcenya adalah temannya mengembalikan permainan kepada dirinya. Untuk menganalisa, apakah konsekuensi ini dipengaruhi oleh penyebab (antecedent) maka Rich mengatur suatu kondisi dimana konsekuensi hadir (pada kondisi test) dan konsekuensi tidak hadir (pada situasi control). Hasil menunjukkan bahwa dalam situasi tes ketika penyebab dan konsekuensi hadir (kondisi test), perilaku mengantukkan kepala menjadi tinggi. Namun ketika penyebab dan konsekuensi tidak hadir (situasi control) maka Jacob sangat jarang melakukan perilaku “mengantukkan kepala”, menangis ataupun membanting mainnya. Begitupun untuk kasus Anna, dimana perhatian orang tua yang besar menyebabkan perilaku memukul, memendang dan menjerit pada anak. Lihat grafik di bawah ini:


Treatment menggunakan Functional communication training (FCT)

Keterangan:
LA: low attention
HA: High attention
UC: Uninterrupted-play condition
IP: Interrupted- play condition

Functional Analysis Research

Ada keuntungan dalam melakukan metode eksperimen dalam melakukan assessment yaitu: satu, dapat melihat pengaruh dari variable control terhadap perilaku. Dua, dapat memberikan bukti empiris tentang tipe penyebab (antecedent) tertentu yang dapat membangkitkan perilaku tertentu dan tipe reinforcement mana yang dapat mempertahankan perilaku untuk tetap muncul. Kekurangan dari functional analysis adalah besarnya waktu, usaha, dan keahlian yang harus dimiliki oleh eksperimenter untuk memanipulasi penyebab dan konsekuensi yang bisa menghasilkan perubahan perilaku.

Langkah-langkah dalam Melakukan Functional Assessment

1.     Lakukan interview dengan memperoleh data dari informan (dari orang yang bersangkutan atau orang terdekatnya).
2.     Kembangkan hipotesa dengan mempertimbangkan ABC.
3.     Lakukan assessment observasi secara langsung.
4.     Konfirmasi hipotesa yang sudah dibuat sebelumya dengan data dari berbagai sumber assessment.
5.     Lakukan assessment lebih lanjut jika dibutuhkan, misalnya lakukan interview untuk mengklarifikasi inkonsistensi data yang ditemukan.
6.     Lakukan analisa fungsional. Hal ini penting dilakukan terutama ketika dari data sebelumnya kita tidak bisa memformulasikan penyebab (antecedent) dan konsekuensi dari perilaku tersebut.

Contoh kasus:
Clyde seorang pria dengan Down Syndrome, bekerja sebagai orang yang membersihkan hotel, dengan mendapat supervise dan pelatihan dari atasnya. Setiap kali ia diminta untuk membersihak debu diatas meja,ia tidak mau melakukannya dengna menjatuhkan diri kelantai, dan menundukkan kepalanya. Atasannya berusaha untuk berbicara dengannya untuk tetap mengerjakannya. Kemudian mengulangi instruksinya, menjelaskan kenapa ia harus melakukan pekerjaan tersebut, dan menjanjikan reward, namun begitu ia tetap tidak mau bekerja. Setelah seminggu berselang dan kejadian tetap berlangsung, maka manager tersebut memanggil konsultan.

Pertanyaan:
1.     Berdasarkan informasi di atas, silahkan membuat hipotesa penyebab perilaku tersebut muncul.
2.     Bagaimana kamu melakukan functional analysis dari perilaku Clyde dan silahkan diidentifikasikan reinforcement yang membuat ia mempertahankan perilakunya?

Functional Intervention

Intervensi yang diberikan harus berdasarkan penyebab dan konsekuensi dari perilaku yang bermasalah tadi. Functional intervention seperti: extinction, reinforcement yang berbeda, dan manipulasi penyebab (antecedent).  Metode intervensi ini dianggap bersifat fungsional karena metode-metode ini memperhitungkan penyebab dan konsekuensi melalui assment fungsional.


Daftar Pustaka
  • Miltenberger, G.R. (2012). Behavior modification: principles and procedures. 5th edition. USA: Wadsworth Cengage Learning. 
  • Martin, G. (2007). Behavior Modification 8th edition: what it is and how to do it. USA: Pearson Prentice Hall
  • Sarafino. P. E. (2012). Applied behavior analysis , principles and procedures for modifying behavior. USA: John Wiley & Sons, inc.

Prosedur Meningkatkan Perilaku dan Menghilangkan Perilaku

$
0
0
Prosedur Meningkatkan Perilaku dan Menghilangkan Perilaku - Dalam artikel ini akan didiskusikan tentang meningkatkan perilaku yang diinginkan dan menurunkan/menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami dan menjelaskan tentang prosedur meningkatkan perilaku yang diinginkan dan menurunkan/menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.

Prosedur meningkatkan perilaku yang diinginkan dan menurunkan/menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan

Prosedur Meningkatkan Perilaku dan Menghilangkan Perilaku_
image source: nancyebailey.com

Prosedur Kontrol Antecedent (Antecedent Control Procedures)

1.    Pengertian Prosedur Kontrol Penyebab (Antecedent Control Procedures)
Prosedur Kontrol Penyebab (Antecedent Control Procedures) atau yang lebih dikenal dengan nama Antecedent manipulation adalah prosedur memanipulasi stimulus yang dapat membangkitkan perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.

Contoh:
Marianne, seorang mahasiswa yang sedang berkuliah di universitas X, mendapatkan nilai D dan E di semua mata kuliah yang ia ambil semester ini. Ia pergi ke pusat konseling universitas untuk meminta bantuan. Setelah dilakukan assessment ditemukan permasalahannya yaitu Marianne belajar system SKS (Sistem Kebut Semalam). Ia memiliki banyak teman sehingga banyak waktu dihabiskan untuk berpesta, bercengkrama dengan teman, menonton tv. Hasilnya ia panic saat menjelang ujian dan terpaksa belajar dengan system SKS. Kemudian konselor memutuskan untuk menggunakan metode Prosedur Kontrol Penyebab (Antecedent Control Procedures) untuk membantu Marianne untuk belajar lebih baik lain, sehingga dibuatlah perencanaan sebagai berikut:
·         Dua jam dalam setiap hari ia berusaha untuk belajar dan mencatatannya dalam agenda hariannya.
·         Ia memutuskan untuk belajar di perpustakaan. Tempat dimana temannya jarang berkumpul, sehingga ia bisa belajar.
·         Ia memetakan seorang teman belajar setiap harinya, dan merencanakan belajar sama beberapa hari dalam seminggu.
·         Ia mencatat rencana kerjanya dan menempelkannya di kulkas setiap awal minggu.
·         Ia menyimpan buku di dalam tasnya sehingga ia dapat belajar ketika memiliki waktu luang.
·         Ia menuliskan jadwal ujian di dalam kalender yang ada di kamarnya. Kemudian menyilangnya setiap hari, sehingga ia bisa mempersiapkan diri dengan semakin dekatnya jadwal ujian.
·         Ia membuat kontrak dengan konselornya dan berjanji untuk menyediakan waktu untuk belajar yang sudah terjadwal.

2.    Manipulasi penyebab (antecedent) yang dapat memunculkan perilaku yang diinginkan
a.    Menghadirkan stimulus (SD) ataupun stimulus tambahan/signal (cues) yang memiliki stimulus control pada perilaku yang diinginkan. Mengatur kondisi yang tepat sehingga perilaku yang diinginkan bisa muncul.
Contoh (kasus Marriane):
stimulus (SD): meja di lokasi yang tenang, dengan buku ataupun catatan yang tersedia. Ia mengatur stimulus (SD) dengan cara pergi ke perpustakaan dan menyimpan buku bacaan di dalam tasnya.
stimulus tambahan/signal (cues): Menuliskan rencana belajar 2 jam dalam setiap hari dan menempelkan jadwalnya di kulas  (stimulus prompt). Belajar dengan teman (response prompt).

b.    Mengatur konsekuensi dari perilaku sehingga konsekuensi menjadi lebih menguatkan (reinforcing).

Contoh:
Matt, 13 tahun, ketidakmampuan intelegensi memiliki masalah ketika akan tidur jam 11 malam. Ia sulit untuk disuruh tidur sehingga sering terjadi pertengkaran mulut dengan orang tuanya. Ia selalu menonton tv sampai malam dan baru tidur pada pukul 1 dini hari. Karena ia tidur terlalu malam sehingga pagi hari sangat sulit untuk dibangunkan dan hasilnya ia selalu terlambat ke sekolah dan sesampainya dirumah dari pulang sekolah ia selalu merasa kelelahan dan tidur sehingga pada malam harinya ia tidak begitu mengantuk.

Lalu bagaimana cara orang tua Matt menciptakan situasi dimana konsekuensi akan lebih menguatkan (reinforcing)?

Orang tua Matt membuatnya tidak tidur di siang hari dengan beragam aktivitas lainnya, sehingga hal tersebut bisa membuatnya lelah ketika jam tidur. Hal tersebut membuat konsekuensi “tidur” nilainya lebih meningkat (reinforcing).

c.     Mengurangi response usaha untuk melakukan tindakan yang diinginkan.untuk mengatur penyebab (antecedent) sedemikian rupa sehingga usaha untuk melakukannya tidak begitu besar. Perilaku yang tidak membutuhkan usaha yang besar cenderung untuk muncul lebih sering daripada perilaku yang membutuhkan usaha yang besar untuk mengerjakannya.

Contoh (marrianne):
Dengan membawa buku di dalam tasnya, hal tersebut mempermudah akses untuk belajar. Jika ia meletakkan buku di lemari dirumahnya maka akan sangat sulit baginya untuk mengakses buku tersebut.

3.    Manipulasi penyebab (antecedent) yang dapat mengurangi/menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan
a.    Menghilangkan stimulus (SD) ataupun stimulus tambahan/signal (cues) pada perilaku tidak diinginkan
Contoh:
stimulus (SD): kehadiran teman sehingga bisa bercengkrama dan pesta, adanya tv di rumah. Ia menghilangkan stimulus (SD) dengan cara pergi ke perpustakaan dimana tidak ada tv dan teman-temannya.
stimulus tambahan/signal (cues) SDs: Menuliskan rencana belajar 2 jam dalam setiap hari dan menempelkan jadwalnya di kulas  (stimulus prompt). Dengan tujuan agar teman-temannya tidak mengganggunya pada jadwal tersebut, sehingga memungkinkannya untuk belajar.

b.    Melaksanakan prosedur penghapusan (Abolishing Operation) untuk outcome dari perilaku yang tidak diinginkan. Membuat outcome dari perilaku yang tidak diinginkan menjadi tidak memiliki efek penguat atau efek penguatnya berkurang, sehingga seseorang tidak akan melakukan tindakan tersebut.
Contoh:
Millea ketika istirahat siang ia menggunakan waktunya untuk melakukan olahraga lari sekitar 4-5 km. namun belakangan ini, ia sering tidur malam karena menonton tv. Sehingga di ketika waktu istirahat siang ia lebih memilih untuk tidur siang daripada melakukan olah raga.

Untuk membuat ia tidak tidur siang dan lebih memilih untuk lari, Millea dapat melakukan prosedur penghapusan (Abolishing operation) untuk tidur siangnya. Lalu bagaimana caranya?

Mengatur jam tidur sehingga “tidur siang” menjadi kurang menarik/less reinforcing. Atau mengeliminasi SD dengan atau pergi ke klub kesehatan dan mengganti pakaiannya menjadi pakaian olah raga dan kemudian mulai berlari sehingga sangat kecil kemungkinan untuknya tidur.
c.     Seseorang harus meningkatkan usahanya ketika akan melakukan sebuah tindakan yang tidak diinginkan atau ingin dihilangkan.
Contoh (Millea):
Dengan perginya Millea ke klub kesehatan, sehingga ia membutuhkan usaha yang besar jika ingin tidur, karena ia harus kembali mengendarai kendaraan ke rumahnya (membutuhkan usaha besar untuk melakukannya) jika dibandingkan dengan melakuakan latihan di klub kesehatan.

Contoh (Marianne):
Ketika belajar di perpustakaan, Marianne membuatnya membutuhkan usaha yang besar jika ingin menonton atau berbicara dengan teman-temanya. Sehingga kecil kemungkinan baginya untuk melakukannya karena membutuhkan usaha yang besar.

4.    Penelitian tentang Strategi Kontrol Penyebab (Antecedent Control Strategies)
·         Mengontrol perilaku membuang sampah dengan memodifikasi tong sampah yang berbentu seperti topi yang mirip fans football  dari universitas X. kemudian ketika seseorang membuang sampah ke dalamnya maka muncul kata “terima kasih” dari dalamnya (O’ Neill, Blank, dan Joyner, 1980).

·         Memberikan material rekreasi dan memberikan promptkepada  orang tua yang ada di pusat rumah lansia. Sehingga interaksi antar anggota pusat rumah lansia semakin meningkat (McClannahan dan Risley, 1975).
·         Stiker dan memo untuk mengingatkan orang yang mengendari mobil untuk memasang seatbelt nya (Rogers, Rogers, Bailey, Runkle, & Moore, 1988).

5.    Menggunakan Strategi Kontrol Penyebab (Antecedent Control Strategies)
Bagaimana kita bisa mengetahui Strategi Kontrol Penyebab (Antecedent Control Strategies) cocok untuk situasi tertentu? Caranya adalah dengna melakukan assessment three term contingency (ABC).

Analisa three term contingency (ABC) untuk perilaku yang diinginkan.
1.    Identifikasikan dan definisikan perilaku yang ingin kamu tingkatkan? Bisakah kamu mengurangi usaha sehingga tidak terlalu banyak energy yang dihabiskan untuk melakukan tindakan tersebut?
2.    Analisa penyebab (antecedent) dari perilaku yang diinginkan. Apakah yang menjadi SDs untuk perilaku yang ingin ditingkatkan?
3.    Identifikasikan reinforcer untuk perilaku yang diinginkan. Apakah reinforcementtersebut bisa membuat perilaku lebih bertahan lama? Bisakah dimodifikasi establishing operation untuk meningkatkan efektivitas dari reinforcement?

Analisa three term contingency (ABC) untuk perilaku yang tidak diinginkan.
1.    Mengidentifikasi perilaku yang tidak diinginkan.
2.    Menganalisa tentang penyebab (antecedent) dari perilaku yang tidak diinginkan.
3.    Mengidentifikasikan reinforcement yang memperkuat perilaku yang tidak diinginkan

Aplikasi Ekstingsi

Untuk menggunakan teknik ekstingsi, pertama sekali harus diidentifikasikan reinforcement yang membuat perilaku bertahan lama dan kemudian mengeliminasinya. Perilaku yang tidak mendapat penguatan maka lama kelamaan akan berkurang dan menghilang.
Dalam melakukan generalisasi setelah adanya perubahan pada perilaku atau munculnya perilaku baru adalah melakukan generalisasi dengan cara mengaplikasikannya di setiap kesempatan dan di segala situasi. Langkah-langkah dalam melakukan ekstingsi:
1.     Melakukan pengumpulan data tentang efek dari treatment yang diberikan. Kamu harus merecord semua data sbelum dan sesudah melakukan ekstingsi.
2.     Mengidentifikasikan reinforcement untuk perilaku bermasalah melalui assessment. Tahapan ini adalah proses yang paling penting karena terapis/ psikolog harus memetakan reinforcement  yang mana yang bisa menguatkan perilaku. Sehingga dalam proses ekstingsi bisa dilakukan eliminasi.
3.     Mengeliminasi reinforce setelah dari perilaku yang bermasalah.
·         Sudah kah kamu sudah mengidentifikasikan reinforcer? Gagal dalam memetakan stimulus atau kondisi yang berfungsi sebagai reinforce dari perilaku yang bermasalah maka akan gagal menggunakan prosedur secara tepat.
Contoh: Dalam penelitian Iwata dkk, ditemukan bahwa penyebab perilaku menyakiti diri sendiri- Self- Injurious Behavior (SIB), bagi anak A diperkuat oleh perhatian (positive reinforcement),  untuk anak B diperkuat oleh perilaku menghindari dari tugas sekolah (negative reinforcement),  untuk anak C SIB di reinforce oleh konsekuensi sensoris yang bersifat otomatis dari perilaku itu sendiri. Iwata menggunakan metode ekstingsi  yang berbeda.



·         Bisakah kamu mengeliminasi reinforce?
Ekstingsi pada reinforcement positif. Ketika perilaku mendapatkan reinforcement positif maka orang tersebut tidak mendapat penguatan positif setelah perilaku tersebut muncul.
Ekstingsi pada reinforcement negative. Ketika perilaku mendapatkan reinforcementnegative, sehingga ekstingsi pada peirlaku orang ini adalah orang tersebut tidak dapat lari dari stimulus yang tidak menyenangkan (aversive stimulus) teknik ini disebut juga escape extinction.
Contoh: Pada penelitian Iwata dkk dalam kasus anak SIB, maka untuk anak yang mendapatkan reinforcement positif maka yang dilakukan adalah tidak memberikan perhatian (anak A), untuk anak yang mendapatkan reinforcement  negative maka yang dilakukan adalah tidak membiarkan anak tersebut lari dari tugas sekolahnya (anak B), untuk anak yang mendapatkan reinforcement positif yang otomatis adalah maka yang dilakukan adalah dengan menggunakan helm sehingga sensasi sensorik yang ia rasakan saat membenturkan kepalanya tidak terjadi (anak C).
·         Apakah aman untuk menggunakan teknik ekstingsi? Sebelum diputuskan apakah ekstingsi adalah metode yang tepat atau tidak, maka harus dipastikan bahwa aman digunakan teknik ekstingsi ini. Jika tidak memungkinkan maka harus digunakan teknik lainnya.
·         Bisakah “peledakan ekstingsi” “extinction burst” ditoleransi? Sebelum dilakukan teknik ekstingsi harus diperkirakan apakah extinction burst bisa ditoleransi ataukah tidak? Jika tidak bisa maka gunakanlah teknik lainnya.
·         Bisakah ekstingsi dilakukan secara konsisten? Semua pihak yang terlibat dalam treatmentini harus secara konsisten melakukan teknik ekstingsi ini secara konsisten setiap kali perilaku yang ingin diubah tersebut muncul. Jika sesekali peirlaku tersebut diberikan reinforcementmaka sebaiknya digunakan prosedur intermittent reinforcement daripada ekstingsi.

4.     Pertimbangkan jadwal dari reinforcement untuk perilaku yang bermasalah. Penting untuk dipertimbangkan apakah perilaku yang ingin diubah tersebut diperkuat oleh continuous atau intermittent sehingga bisa memperhitungkan penurunan intensitas dari perilaku tersebut ketika ekstingsi diimplementasikan. 


Contoh:
Kazdin dan Polster (1973) melakukan penelitian untuk melihat perbedaaan efek ekstingsi pada continuousdan intermittent reinforcement.Penelitian pada 2 orang laki-laki yang mengalami gangguan intelektual ketika jam istirahat di tempat  kerja dengan menggunakan token. Sebelumnya subjek ini tidak aktif dalam berinteraksi sebelum diberikan token, dan setelah ada program token maka perilaku berinteraksi meningkat. Ketika peneliti menghentikan pemberian token  (prosedur ekstingsi) maka perilaku interaksi social menghilang. Setelah itu diadakan eksperimen yang kedua, seorang subyek mendapatkan token secara terus menerus (continuous) dan yang satu lagi pemberian token secara berselang (intermittent). Setelah prosedur tersebut maka dilanjutkan dengan teknik ekstingsi.  Hasil penelitian menemukan bahwa subyek yang mendapatkan continuous reinforcementberhenti untuk berinteraksi, dan subjek yang mendapat penguatan secara intermittent (berselang) perilaku untuk berinteraksi dengan orang sekitar menjadi konsisten dan berlanjut.

5.     Memberikan reinforce pada perilaku lainnya
Memberikan reinforce pada perilaku lainnya atau yang disebut sebagai Producing Alternative Behaviors adalah prosedur ekstingsi yang menurunkan perilaku yang bermasalah, dan memberikan reinforcementpaa perilaku alternative yang bisa menggantikan perilaku yang bermasalah tadi. Ketika perilaku alternative menghasilkan konsekuensi yang memberikan penguatan maka perilaku yang tidak diinginkan cenderung tidak muncul lagi setelah prosedur ekstingsi.
                                                                                                                       
6.     Mempromosikan generalisasi dan mempertahankannya.
Generalisasi dari perilaku setelah dilakukan prosedur ekstingsi bahwa perilaku bermasalah akan berhenti (dan perilaku alternative akan terjadi) di setiap keadaan dalam berbagai situasi. Maintananceartinya perilaku tersebut berubah untuk selamanya. Untuk mempromosikan generalisasi maka ekstingsi harus dilakukan secara konsisten oleh semua orang yang terlibat di semua tempat dan keadaan.

Evaluasi Riset dalam Menggunakan Ekstingsi

Penelitian Rekers dan Lovaas (1974) dalam mengurangi perilaku yang tidak tepat berdasarkan gender pada anak laki-laki usia 5 tahun. Craig terlibat dengan permainan yang sifatnya lebih feminim. Maka prosedur yang dilakukan adalah ketiak bermain dengan mainan yang sifatnya feminism, maka orangtuanya menggunakan prosedur ekstingsi. Karena perhatian dari orangtuanya memperkuat perilakunya tersebut, maka orangtuanya tidak memperlihatkan perhatiannya. Akan tetapi, ketika Craig bermain dengan mainan maskulin, maka orangtuanya memberikan perhatian. Hasil menunjukkan bahwa perilaku bermain kepada hal-hal yang bersifat maskulin.

Penelitian Rincover dkk dalam melakukan pengurangan  perilaku yang bermasalah yang diakibatkan oleh automatic reinforcement (dalam bentuk sensori), subjek penelitian “R” sering memutar piring atau objek lainnya di atas permukaan meja. Kemudian peneliti membuat hipotesa bahwa suara piring yang ditimbulkan dari gesekannya dengan meja menghasilkan sensory reinforce pada perilaku R. Sehingga ekstingsi yang dilakukan adalah merubah bunyi suara yang diproduksi oleh perilaku tersebut, dengan melapisi meja dengan karpet sehingga suara tersebut tidak terdengar lagi ketika R memutar piring di atas meja. Ketika perilaku tersebut tidak menghasilkan konsekuensi reinforcing auditory, maka perilaku tersebut menghilang.

Sekian artikel tentang Prosedur Meningkatkan Perilaku dan Menghilangkan Perilaku,

Daftar Pustaka

  • Miltenberger, G.R. (2012). Behavior modification: principles and procedures. 5th edition. USA: Wadsworth Cengage Learning.
  • Martin, G. (2007). Behavior Modification 8th edition: what it is and how to do it. USA: Pearson Prentice Hall
  • Sarafino. P. E. (2012). Applied behavior analysis , principles and procedures for modifying behavior. USA: John Wiley & Sons, inc.

Definisi dan Teori Komunikasi Multimedia Menurut Para Ahli

$
0
0
Definisi dan Teori Komunikasi Multimedia Menurut Para Ahli - Multimedia berasal dari kata ‘multi’ dan ‘media’. Multi berarti banyak, dan media berarti tempat, sarana atau alat yang digunakan untuk menyimpan informasi. Jadi berdasarkan kata, ‘multimedia’ dapat diasumsikan sebagai wadah atau penyatuan beberapa media yang kemudian didefinisikan sebagai elemen-elemen pembentukan multimedia. Elemen-elemen tersebut berupa : teks, gambar, suara, animasi, dan video. Multimedia merupakan suatu konsep dan teknologi baru bidang teknologi informasi, dimana informasi dalam bentuk teks, gambar, suara, animasi, dan video disatukan dalam komputer untuk disimpan, diproses, dan disajikan baik secara linier maupun interaktif. Itulah definisi atau pengertian multimedia.

Penyajian dengan menggabungkan seluruh elemen multimedia tersebut menjadikan informasi dalam bentuk multimedia yang dapat diterima oleh indera penglihatan dan pendengaran, lebih mendekati bentuk aslinya dalam dunia sebenarnya.

Multimedia interaktif adalah bila suatu aplikasi terdapat seluruh elemen multimedia yang ada dan pemakai (user) diberi kebebasan / kemampuan untuk mengontrol dan menghidupkan elemen-elemen tersebut.

Definisi dan Teori Komunikasi Multimedia Menurut Para Ahli_
image source: www.ciee.org
baca juga: Hambatan dan Gangguan dalam Komunikasi Menurut Para Ahli

Tujuan Multimedia

Tujuan multimedia yaitu untuk membuat komunikasi semakin baik. Komunikasi antara pemakai dan komputer yaitu :

  • Manusia dan manusia (lewat komputer)
  • Manusia dan komputer
  • Komputer dan manusia
  • Komputer dan komputer


Kelebihan Multimedia

Menarik indra dan menarik minat, karena merupakan gabungan antara pandangan,suara dan gerakan. Lembaa riset dan penerbitan computer yaitu Computer Technology Research (CTR) menyaakan bahwa orang hanya mampu mengingat 20 % dari yang dilihat dan 30 % dari yang didengar. Tetapi orang mengingat 50 % dari yang dilihat dan didengar dan 80 % dari yang dilihat,didengar dan dilakukan sekaligus.

Sejarah Multimedia

Istilah multimedia berawal dari teater, bukan computer. Pertunjukan yang memanfaatkan lebih dari satu medium seringkali disebut pertunjukan multimedia.

Sistem multimedia dimulai pada akhir 1980-an dengan diperkenalkannya Hypercard oleh Apple pada tahun 1987 dan pengumuman oleh IBM pada tahun 1989 mengenai perangkat lunak audio visual connection(AVC) dan video adhapter card ps/2

Pada tahun 1994 diperkerkirakan ada lebih dari 700 produk dan system multimedia dipasaran

Multimedia memungkinkan pemakai computer untuk mendapatkan output dalam bentuk yang jauh lebih kaya dari pada media table dan grafik konvensional.pemakai dapat melihat gambar tiga dimensi,foto,video bergerak atau animasi dan mendengar suara streo,perekaman suara atau alat musik.

Beberapa system multimedia bersifat intraktif,memungkinkan pemakai memilih output dengan mouse atau kemampuan layer sentuh mendaptkan dan menjalankan aplikasi itu.

  • 1984 : Macromind (Jamie Fenton, Marc Carter, Marc Pierce).
  • 1985 : Video Works for “Guide Tour” to Apple Machintosh OS.
  • 1987 : Video Works II (colour).
  • 1988 : Video Works interactive, dinamakan Director
    - John Thompson, Eric Neuman : Object-Oriented Scripting Language ‘LINGO’.
    - Digunakan untuk membuat tampilan “Star Trek TNG”.
  • 1997 : terutama digunakan untuk multimedia CD_ROMS (games, infotainment).
  • 1998 : Director sebagai bagian dari “Shockwave Internet Studio”.
  • 2000 : Macromedia memberikan ‘dorongan’ yang kuat pada platform Flash.
  • 2004 : Director MX 2004 mendukung sintaks Java Script sebagai alternatif LINGO.
  • 2006 : Adobe masih menjual Director MX 2004.


Elemen-elemen Multimedia

1. Objek-objek

- Media Diskrit : elemen tunggal

  • Icon : gambar semantik (seperti simbol STOP). Pemakai harus terlebih dahulu mempunyai pengetahuan mengenai icon.
  • Grafik : menjadi tujuan.
  • Citra : yang dihasilkan dari komputer, bisa berupa grafik 2D/3D tergantung sumbernya (seperti foto).
  • Teks : ukuran, tipe huruf, warna.


- Media Kontinu : elemen tunggal yang disusun berdasarkan waktu

  • Gambar bergerak (audio + video).


2. Layout Spasial

- Absolut

  • Koordinat relatif dengan aslinya / umumnya (pojok kiri atas), ex : aplikasi Windows.
  • Relasi berarah
  • Menentukan susunan dalam ruang, ex : peta subway (petunjuk arah).


- Relasi topologi

  • Posisi elemen terhadap elemen lain, ex : contains, inside of, equals, cover, overlap, disjoint, covered by.


- Alur teks

  • Alur berdimensi satu, ditunjukkan dengan area berdimensi dua.


3. Dimensi Temporer

- Model temporer :

  • Terbatas : mis. 6 detik.
  • Tidak terbatas : mis. pemakai mengklik button.
  • Relasi paralel dan sekuensial, mis. 2 video dimulai bersamaan atau 1 video dimulai setelah yang pertama selesai.


- Animasi

  • Gabungan dimensi temporer dan layout spasial (posisi suatu objek berubah sesuai dengan waktunya).


4. Interaksi Pemakai

- Level Interaksi Pemakai :

  • Pasif : hanya visualisasi.
  • Reaktif : interaksi terbatas, ex : fs. Scroll panel.
  • Proaktif : memilih jalur atau penyeleksian, ex : button.
  • Reciprocal : berhubungan dengan informasi pembuatan pada pemakai.


- Model Interaksi :

  • Navigasi : memilih jalur yang diinginkan.
  • Perancangan : pemakai memodifikasi gaya visual dari presentasi, ex : warna, volume audio.
  • Bioskop : pemakai dapat mengontrol waktu keseluruhan (pada VCR, ex : play, stop).


5. Logika Aplikasi

- Presentasi multimedia tradisional, tidak perlu logika :

  • Kunjungan virtual ke museum, menu DVD.


- Sistem interaktif real-time :

  • Dunia virtual reality, permainan.


- Logika aplikasi membutuhkan bahasa pemrograman (if case, goto ...)

  • Bahasa terkompilasi : C, C++.
  • Virtual machine : Java.
  • World Wide Web, MPEG-4, Director : scripting.


Penggunaan Multimedia

Area Bisnis

  • Menggunakan voice mail dan video conferencing pada jaringan LAN dan WAN.
  • Pada presentasi ditambahkan audio dan klip video.
  • Pada training : melalui simulasi, seorang mekanik belajar perbaiki mesin, mengetahui pembuatan baja.
  • Pada database : penangkapan gambar oleh kamera video dapat dibuat ID pegawai dan database.
  • Termasuk juga : pemasaran, periklanan, demo produk, dll.
  • Area Pendidikan
  • Multimedia pendidikan mengenai ilmu alam / sosial pada laserdisk.
  • Multimedia belajar membaca pada anak-anak 3-8 tahun (berhitung, bahasa Inggris).
  • Multimedia pada kedokteran mengenai anatomi tubuh manusia dan mendiagnosa penyakit mata, dll.


Di Rumah Tangga

  • Permainan sega / atari dimana mesinnya dapat dihubungkan ke TV.
  • Kumpulan resep masakan untuk ibu-ibu.
  • Foto-foto keluarga dan aktifitas yang dilakukan keluarga direkam pada CD.


Di Tempat Umum

  • Kios / terminal stand-alone yang dapat memberi informasi, contoh : kios di hotel menyediakan daftar restoran, peta kota, jadwal pesawat, dll.
  • Kios di museum untuk memandu pengunjung dalam suatu pameran, informasi detail mengenai setiap pameran.


Pada Virtual Reality

  • Presentasi suatu proyek tata kota yang dilaksanakan misalkan, dapat dilakukan dengan pembuatan model sehingga seolah-olah orang menelusuri jalan, bangunan, taman, dll.
  • Digunakan juga pada aplikasi pariwisata, pelestarian budaya dan sejarah. Misalkan, suatu bangunan yang sudah hancur / tak ada, museum dan yang lain dapat dibuat dengan pemodelan 3D berdasarkan dokumentasi sejarah dari perpustakaan.


Pada Teknologi Internet

  • Berbagai macam aplikasi multimedia dalam internet yang biasa disebut MoIP (Multimedia over Internet Protocol) seperti chatting, e-learning, videoconference, game, dll.
  • Bila aplikasi di internet menggunakan database, diperlukan script yang dapat mengakses database di server seperti ASP (Active Serves Pages), CGI / Perl, PHP dan JSP (Java Serves Pages).


Tipe Media yang Di-Support

1. Audio
Penyajian audio merupakan cara lain untuk memperjelas pengertian suatu informasi. Contohnya, narasi merupakan kelengkapan dari penjelasan yang dilihat melalui video. Suara dapat lebih menjelaskan karakteristik suatu gambar, misalnya musik dan suara efek (sound effect), maupun suara asli (real sound). Authoring software yang digunakan harus mempunyai kemampuan untuk mengontrol recording dan playback.

Perekaman musik yang baik memerlukan sampling size dan sampling rate yang tinggi. Beberapa macam authoring software dapat menkonversi suara seperti format .WAV, .MID (MIDI), .VOC ATAU .INS dan dapat dihubungkan dengan sekuens dari animasi.

2. Video
Terdiri dari full-motion dan life-video. Full-motion video berhubungan dengan penyimpanan sebagai video clip, sedangkan live-video merupakan hasil pemrosesan yang diperoleh dari kamera.

Beberapa authoring tool dapat menggunakan full-motion video, seperti hasil rekaman menggunakan VCR, yang dapat menyajikan gambar bergerak dengan kualitas tinggi. File animasi memerlukan penyimpanan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan file gambar.

3. Teks
Teks merupakan dasar dari pengolahan kata dan informasi berbasis multimedia. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan hypertext, auto-hypertext, text style, import text dan export text.

4. Grafik
Secara umum, image atau grafik berarti still image seperti foto dan gambar. Manusia sangat berorientasi pada visual (visual-oriented), dan gambar merupakan sarana yang sangat baik untuk menyajikan informasi. Semua objek yang disajikan dalam bentuk grafik adalah bentuk setelah encoding dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan waktu.

5. Animasi
Animasi berarti gerakan image atau video seperti gerakan orang yang sedang melakukan sutau kegiatan, dll. Konsep dari animasi adalah menggambarkan sulitnya menyajikan informasi dengan satu gambar atau sekumpulan gambar. Demikian juga tidak dapat menggunakan teks untuk menerangkan informasi.

Animasi seperti halnya film, dapat berupa frame-based atau cast-based. Frame-based animation (animasi berbasis frame) dibuat dengan merancang setiap frame tersendiri sehingga mendapatkan tampilan akhir. Cast-based animation (animasi berbasis cast) mencakup pembuatan kontrol dari masing-masing objek (kadang disebut cast member atau actor) yang bergerak melintasi background. Hal ini merupakan bentuk umum animasi yang digunakan dalam game dan object-oriented software untuk lingkungan Window.

Dalam authoring software, biasanya animasi mencakup kemampuan ‘recording’ dan ‘playback’. Fasilitas yang dimiliki oleh software animasi mencakup integrated animation tool, animation clip, import animation, recording, playback dan transition effect.

Pembuatan aplikasi multimedia tidak lepas dari penyusunan struktur aplikasi multimedia, karena struktur aplikasi tersebut merupakan titik terpenting untuk membuat hasil aplikasi yang sempurna. Struktur ini berguna untuk memvisulkan seluruh struktur relasional dari aplikasi yang sedang dibangun serta menjelaskan organisasi file dari macromedia sebagai software utama, grafik dan sumber daya yang lain, sehingga tidak hanya memudahkan untuk melakukan revisi pada tiap komponen dalam aplikasi multimedia yang dibutuhkan. Menurut M. Suyanto pada bukunya yang berjudul “ Analisis & Desain Aplikasi Multimedia untuk Pemasaran “ (2004,103) menyebutkan ada lima macam struktur struktur desain untuk membuat aplikasi multimedia, diantranya adalah :

1. Struktur Linear

Struktur linear merupakan struktur yang paling sederhana dalam mendisdain aplikasi multimedia. Masing-masing objek dalam aplikasi multimedia dapat berupa teks, grafik, audio, video dan animasi atau kombinasi antara objek-objek tersebut.


2. Struktur Menu

Struktur kedua untuk merancang aliran aplikasi multimedia adalah dengan struktur menu. Objek dalam struktur menu dapat diujudkan dalam garis-garis hypertext, grafik, audio, video dan animasi atau kombinasi dari kelima objek tersebut.


3. Struktur Hierarki

Struktur Hirarki merupakan struktur seperti tanga atau pohon seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.3. Masing- masing objek menyediakan sebuah menu pilihan yang menonjolkan lebih banyak menu dengan lebih banyak pilihan.


4. Struktur Jaringan

Struktur jaringan merupakan struktur yang paling kompeks. Dengan objek dapat terhubung dengan banyak objek dalam setiap arah pada setiap objek dalam aplikasi. Khusus aplikasi multimdia yang besar, desain struktur jaringan memungkinkan kita melakukan navigasi ke setiap layar dengan mengklik mouse yang minimum.


Sekian artikel tentang Definisi dan Teori Komunikasi Multimedia Menurut Para Ahli.

Daftar Pustaka

  • Binanto, Iwan, Multimedia Digital Dasar Teori + Pengembangannya, Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta, 2010.

Definisi dan Karakteristik Retardasi Mental Menurut Para Ahli

$
0
0
Definisi dan Karakteristik Retardasi Mental Menurut Para Ahli  - Retardasi Mental  (RM) adalah kondisi didiagnosis sebelum usia 18, biasanya pada masa bayi atau sebelum kelahiran, yang mencakup bawah rata-rata fungsi intelektual umum, dan kurangnya keterampilan yang diperlukan untuk hidup sehari-hari. Ketika onset terjadi pada usia 18 atau setelah, itu disebut demensia, yang dapat hidup berdampingan dengan diagnosis RM.

The American Association on Mental Retardation (AAMR) memberikan definisi sebagai berikut: Mental retardation is a disability characterized by significant limitation both in intellectual functioning and in adaptive behavior as expressed in conceptual, social, and practical adaptive skills. This ability originates before the age of 18. A complete and accurate under standing of mental retardation involves realizing that mental retardation refers to particular state of functioning that begins in childhood, has many dimensions, and is affected positively by individualized supports (AAMR Ad Hoc Commite on Terminology and Calassification, 2002).

Definisi dari AAMR menurut Turnbull et al (dalam Eggen & Kauchack, 2004) menekankan dua karakteristik: batasan di dalam fungsi intelektual dan batasan di dalam keterampilan penyesuaian diri, seperti komunikasi, perhatian diri, dan keterampilan sosial. Kedua fungsi ini dapat diperbaiki ketika pelajar dengan retardasi mental mendapatkan dukungan yang didisain sesuai dengan kebutuhan mereka.

Definisi dan Karakteristik Retardasi Mental Menurut Para Ahli_
image source: www.conceiveeasy.com
baca juga: Pengertian dan Teori Transfer dalam Belajar Menurut Ahli

Siswa dengan retardasai mental dimungkinkan memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
  • Kurang memahami lingkungan
  • Kesulitan dengan ide yang abstrak
  • Lemah di dalam keterampilan membaca dan bahasa
  • Kurang baik di dalam perkembangan belajar dan strategi memorinya 
  • Sulit mentransfer ide ke dalam situasi baru
  • Keterampilan motoriknya kurang berkembang
  • Keterampilan interpersonalnya tidak matang (Beirne-Smith, Ittenbach, & Putton, dalam Eggen & Kauchack, 2004).

Beberapa karakteristik ini mempengaruhi belajar secara langsung; efek bagi yang lainnya, seperti keterampilan interpersonal tidak matang, adalah kurang langsung tetapi juga sangat penting.

Keadaan retardasi ini bukan disebabkan kecelakaan atau penyakit atau cedera. Melainkan faktor genetik dan kerusakan otak.

Tingkatan Retardasi Mental

Pendidik menggambarkan retardasi mental memiliki empat tingkatan yang berkaitan dengan dukungan yang dibutuhkan (Turnbull et al, dalaam Eggen & Kauchack):
  • Intermittent: Dukungan saat dibutuhkan
  • Limited : Dukungan secara konsisten dibutuhkan dari waktu ke waktu
  • Extensive : Dukungan dibutuhkan secara reguler (ex, setiap hari) 
  • Pervasive : Dukungan diberikan dengan intensitas yang tinggi, secara potensial menjadi dukungan seumur hidup. 

Program bagi Pelajar dengan Retardasi Mental

Program untuk pelajar yang memiliki retardasi mental intermitten (mild) fokusnya pada penciptaan sistem dukungan untuk menambah pengajaran. Pelajar seringkali ditempatkan di kelas reguler. Di mana guru menyesuaikan dengan kebutuhan khususnya, dan berusaha membantu anak baik secara sosial dan akademik secara tepat. Penelitian mengindikasikan bahwa pelajar ini seringkali gagal untuk menerima strategi dasar belajar ---ex, mempertahankan perhatian, menyusun mengorganisasikan materi yang baru dan belajar untuk test—yang secara konseptual merupakan perkembangan alami (Choate; Heward dalam Egegn & Kauchack, 2004).


Daftar Pustaka
  • Eggen, P & Kauchak, D.P. 2004. Educational Psychology; Windows on Classrooms. 6-th ed. USA: Pearson Merril Prentice Hall 
  • Golver, A. J. Roger, H. Bruning. 1999. Educational Psychology. Boston Toronto: Little Brown Company. 
  • Santrock. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pengertian dan Jenis Gangguan Belajar Menurut Para Ahli

$
0
0
Pengertian dan Jenis Gangguan Belajar Menurut Para Ahli - Ketidakmampuan atau gangguan belajar (learning disabilities), kesulitan di dalam memperoleh dan menggunakan kemampuan membaca, menulis, berfikir, mendengar atau kemampuan matematika (National Joint Comitte on Learning Disabilities, dalam Eggen & Kauchack, 2004). Masalah di dalam konsentrasi, dan keterampilan sosial (Kauffman dalam Santrock, 2007).

Berdasarkan definisinya, pelajar yang menderita gangguan belajar: (1) punya kecerdasan normal atau di atas normal; (3) kesulitan dalam setidaknya satu mata pelajaran atau biasanya beberapa mata pelajaran; dan (3) tidak memiliki problem atau gangguan lain, seperti retardasi mental, yang menyebabkan kesulitan itu.

Menurut Boos & Vaughan (dalam Santrock, 2007) ketidakmampuan belajar sulit didiagnosis. Anak yang memiliki masalah ketidakmampuan belajar berbeda-beda. Ketidakmampuan belajar mungkin berhubungan dengan kondisi medis seperti fetal alcohol syndrom (American Psychiatric Association dalam Santrock, 2007). Kemudian permasalahan sikap emosi dan perilaku sering bercampur dalam ketidakmampuan belajar.

Pengertian dan Jenis Gangguan Belajar Menurut Para Ahli_
image source: www.wisegeek.com
baca juga: Definisi dan Karakteristik Retardasi Mental Menurut Para Ahli

Pelajar yang demikian sering pula mengalami ketidakstabilan emosi, perilaku yang impulsif atau perilaku yang tidak baik lainnya. Anak laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan yang mengalami ketidakmampuan belajar (Glover dkk, 1999; Eggen & Kauchack, 2004; Santrock, 2007). Pada tahun 1984, sebanyak 4.4% dari semua murid laki-laki SD dan sekolah lanjutan didiagnosa mengalami ketidakmampuan belajar, dibandingkan dengan anak perempuan yang hanya sebesar 1,8 % (Pusat Statistik untuk Pendidikan, 1985 dalam Glover dkk, 1999). Data ini diperjelas oleh Eggen & Kauchack (2004) bahwa rata-rata 51 % dari ketidakmampuan belajar dan sebanyak 4,5 % adalah anak usia sekolah dasar. (U.S. Departemen Pendidikan, 2002 dalam Eggen & Kauchack, 2007).

Karakteristik Pelajar-Pelajar dengan Gangguan Belajar

Beberapa karakteristik masalah umum belajar atau ketidakmatangan. Tidak seperti keterlambatan perkembangan, bagaimanapun masalah diasosiasikan dengan gangguan belajar seringkali meningkat dari waktu ke waktu. Prestasi menurun, manajemen masalah meningkat, dan harga diri menurun. Prestasi dan harga diri yang menurun membuat lebih buruk yang lainnya dan hasil di dalam masalah belajar.

General Pattern

General Pattern
Attention deficits
Disorganization and tendency toward distraction
Lack of follow-through and completion of assignments
Uneven performance (ex, capable in one area, extremly weak in others)
Lack of coordination and balance

Academic Performance
ReadingLacks reading fluency
Reverses word (Ex, saw for was)
Frequently loses place
WritingMakes jerky and poorly formed letters
Has difficulty staying on line
Is slow in completing from chalkboard
MathHas difficulty remembering math facts
Mixes columns (ex, tens and ones) in computing
Has trouble with story problems

Identifikasi dan Bekerja dengan Pelajar yang Memiliki Gangguan Belajar

Penggunaan Kelas sebagai Dasar Informasi di dalam Pengidentifikasian. Guru memainkan peranan penting di dalam mengidentifikasi dan bekerja dengan pelajar yang memiliki gangguan belajar (Mamlin & Harris, dalam Eggen & Kauchack, 2004). Informasi diambil guru melalui tes dan guru langsung mengobservasi yang dikombinasi dengan standar skor tes sebagai sumber informasi. Seringkali, model ketidaksesuaian (discrepancy models) digunakan di dalam mendiagnosa masalah. Model nampak berbeda antara:
  1. Tes kemampuan di dalam intelegensi dan prestasi
  2. Skor tes intelegensi dan prestasi sekolah
  3. Beberapa tes intelegensi atau tes prestasi


Model ini mendapat kritik bahwa ketidaksesuaian model (discrepancy models) suatu gangguan hanya setelah masalah muncul, kadang-kadang setelah beberapa tahun adanya kegagalan dan frustasi. Seharusnya dibutuhkan pengukuran awal yang mencegah terjadinya kegagalan sebelum gangguan belajar terjadi.

Penyesuaian Pengajaran. Pelajar dengan gangguan belajar membutuhkan modifikasi pengajaran dan guru yang mendukung. Karena gangguan belajar memiliki perbedaan sebab, strategi disesuaikan terhadap masing-masing kebutuhan pelajar. Satu penelitian dari mahasiswa dengan gangguan belajar mengilustrasikan latihan dari modifikasi dapat meningkatkan kesuksesan (Ruzic dalam Eggen & Kauchack, 2004). Pelajar-pelajar ini diatur sesuai dengan waktu, menggunakan pelajar sebagai sumber, dan melihat feedback pengajaran dari modifikasi strategi belajar.

Untuk mengimbangi kelemahan membaca, mereka membaca di dalam lingkungan yang bebas, dengan suara keras, dan sebelumnya dibelikan buku. Di dalam menulis, mereka menggunakan kamus, seringkali diganti dengan kata-kata yang lebih mudah jika mereka memiliki masalah di dalam pengucapan, dan bertanya kepada orang lain untuk mengoreksi. Mereka merekam dosen untuk mengimbangi rendahnya mencatat dan meminta waktu ekstra di dalam tes. Pelajar dengan gangguan belajar dapat survive, dan dapat maju dengan pesat, jika mereka menggunakan strategi yang efektif.

Lebih lanjut Santrock (2007) menjelaskan bahwa komponen pengajaran yang paling efektif adalah kelompok interaktif kecil, teknologi, memperluas metode pengajaran guru (seperti memberikan pekerjaaan rumah), memberikan soal-soal khusus, dan memberi petunjuk.

Sekian artikel tentang Pengertian dan Jenis Gangguan Belajar Menurut Para Ahli.

Daftar Pustaka
  • Eggen, P & Kauchak, D.P. 2004. Educational Psychology; Windows on Classrooms. 6-th ed. USA: Pearson Merril Prentice Hall 
  • Golver, A. J. Roger, H. Bruning. 1999. Educational Psychology. Boston Toronto: Little Brown Company.
  • Santrock. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pengertian Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD)

$
0
0
Pengertian Attention Deficit / Hiperactivity Disorder (ADHD) - Attention Deficit / Hiperactivity Disorder (ADHD) adalah masalah belajar yang dikarakteristikkan dengan kesulitan di dalam mempertahankan perhatian karena keterbatasan kemampuan untuk konsentrasi. Perilaku hiperaktif dan impulsive seringkali dikaitkan dengan ADHD. Tingginya tingkat aktivitas dan ketidakseimbangan fokus perhatian adalah karakteristik kelambatan perkembangan, terutama bagi anak laki-laki, bagaimanapun guru harus berhati-hati di dalam menggambarkan kesimpulan sebagai dasar karakteristik.

Karekteristik ADHD meliputi:
  • Hyperactivity
  • Kurang perhatian (inattention), kemampuan terganggu, kesulitan di dalam konsentrasi, dan gagal menyelesaikan tugas-tugas
  • Impulsiveness (ex, bertindak sebelum berfikir, sering berteriak-teriak di luar kelas, dan sulit menunggu giliran)
  • Lalai dan banyak sekali membutuhkan pengawasan

Karakteristik di atas menunjukkan bahwa pelajar dengan ADHD memiliki kesulitan di dalam mengontrol fungsi mental yang dapat memonitor dan mengatur perilaku.

Pengertian Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD)
image source: www.youtube.com
baca juga: Pengertian dan Jenis Gangguan Belajar Menurut Para Ahli

ADHD biasanya nampak pada awal (usia 2 atau 3 tahun), dan sedikitnya 50% sampai 70% dari kasus, terus berlangsung hingga remaja (Purdie, Hattie, & Carroll, dalam Eggen & Kauchack, 2004). Estimasi dari The American Psychiatric Association (2000) 3 sampai 4 lebih banyak laki-laki daripada pada laki-laki daripada perempuan (Eggen & Kauchack, 2004).

Tanda-tanda ADHD dapat muncul sejak usia prasekolah. Orangtua dan guru prasekolah dan taman kanak-kanak mungkin mengetahui bahwa ada anak yang sangat aktif dan konsentrasinya kurang. Mereka mengatakan “Anak tidak bisa diam”, “tidak bisa duduk sedetik saja”, atau kelihatannya tak pernah mendengar orang lain berbicara”. Banyak anak-anak dengan ADHD sulit diatur, kurang toleransi terhadap frustasi, dan punya masalah dalam berhubungan dengan teman sebaya. Karakteristik umum lainnya adalah ketidakdewasaan dan dekil.

Meskipun tanda-tanda ADHD seringkali muncul pada usia prasekolah, namun baru ketahuan saat usia SD (Guyer, dalam Santrock, 2007). Meningkatnya tuntutan akademik dan sosial dalam sekolah formal, dan standar yang lebih ketat untuk kontrol perilaku, seringkali akan mengungkapkan adanya masalah ADHD dalam diri anak (Whalen dalam Snatrock, 2007). Guru sekolah biasanya melaporkan bahwa anak sulit bekerja secara independen, mengerjakan tugas, dan mengelola tugas. Mereka sering tampak selalu ribut dan tidak fokus. Masalah ini lebih mungkin terlihat ketika mereka diberi tugas yang berulang-ulang, atau tugas yang dianggap menjemukan (seperti mengisi daftar atau mengerjakan PR).

Diagnosis dan tratmen ADHD biasanya dilakukan di dalam konsultasi dengan ahli medis dan psikolog.


Daftar Pustaka
  • Eggen, P & Kauchak, D.P. 2004. Educational Psychology; Windows on Classrooms. 6-th ed. USA: Pearson Merril Prentice Hall
  • Golver, A. J. Roger, H. Bruning. 1999. Educational Psychology. Boston Toronto: Little Brown Company.
  • Santrock. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Memahami Gangguan Perilaku dan Emosi Pada Anak

$
0
0
Memahami Gangguan Perilaku dan Emosi Pada Anak - Gangguan perilaku dan emosional terdiri dari masalah serius dan terus menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi dan sekolah, dan juga berhubungan dengan karakteristik sosioemosional yang tidak tepat. Anak laki-laki tiga kali lebih besar kemungkinannya mengalami gangguan ini dibandingkan anak perempuan (U.S. Departement of Education, dalam Santrock, 2007).

Perilaku Agresif, di luar kontrol. Lebih banyak terjadi pada anak laki-laki ketimbang anak perempuan, dan kebanyakan dari keluarga kelas menegah ke bawah (Achenbach dalam Santrock, 2007). Anak yang mengalami gangguan emosional serius lebih mungkin diklasifikasikan sebagai punya masalah dalam berhubungan pada masa sekolah menengah. Akan tetapi mayoritas anak semacam ini mulai menunjukkan tanda-tanda masalah emosionalnya pada saat SD (Wagner, dalam Santrock, 2007).

Memahami Gangguan Perilaku dan Emosi Pada Anak_
image source: www.destinationhealth.me
baca juga: Pengertian Attention Deficit / Hiperactivity Disorder (ADHD)

Para pakar gangguan emosional dan perilaku mengatakan bahwa jika anak-anak ini dikembalikan ke sekolah, baik itu guru kelas reguler maupun guru pendidik khusus atau konsultan harus meluangkan banyak waktu untuk membantu mereka beradaptasi dan belajar secara efektif. Semakin parah masalahnya, semakin kecil kemungkinannya untuk dapat kembali ke sekolah (Wagner dalam Santrock, 2007).

Strategi management yang secara umum dilakukan untuk menguatkan tingkah laku positif dan mengeliminasi tingkah laku yang negatif (Alberto & Troutman, dalam Eggen & Kauchack, 2004) meliputi:
  1. Positive reinforcement: memperkuat tingkah laku positif (ex, memuji pelajar yang berkelakuan sopan)
  2. Replacement: mengajarkan perilaku yang tepat yang mengganti perilaku yang tidak tepat (ex, mengajarkan pelajar ungkapan perasaan yang tepat daripada harus berkelahi)
  3. Ignoring: tidak menerapkan perilaku yang mengganggu dan tidak memperkuatnya
  4. Time-out: mengisolasi seorang anak untuk waktu yang singkat
  5. Overcorrection: dibutuhkan pemulihan atas efek perilaku yang merusak dengan segera (ex, mengharuskan anak kembali ke makanannya sendiri daripada dia mengambil makanan dari teman lainnya).

Depresi, Kecemasan, dan Ketakutan. Depresi, kecemasan, dan ketakutan yang menjadi semakin hebat dan menetap akan menyebabkan kemampuan belajar menurun. Anak ini bisanya memendam masalah emosional dan mood negatif ini lebih serius dan bertahan lama. Depresi adalah jenis gangguan mood dimana pengidapnya merasa dirinya tidak berharga sama sekali, percaya bahwa keadaan tidak akan pernah membaik, dan tampak lesu dan tidak bersemangat dalam jangka waktu lama. Hal ini dapat mempengaruhi makan dan tidur mereka.

Depresi lebih mungkin muncul pada usia remaja ketimbang anak-anak dan lebih banyak terjadi dalam diri anak perempuan daripada anak laki-laki (Culberston, dalam Santrock, 2007). Para pakar depresi mengatakan bahwa perbedaan gender ini mungkin disebabkan oleh sejumlah faktor. Perempuan cenderung memperhatikan perasaannya yang tertekan dan membesar-besarkannya, sedangkan lelaki cenderung mengalihkan perhatian dari mood negatif; pada masa remaja, citra diri perempuan cenderung lebih negatif ketimbang lelaki; dan bias sosial terhadap prestasi wanita mungkin juga ikut berpengaruh (Nolen-Hoeksema dalam Santrock, 2007). Terapi kognitif dan terapi obat biasanya efektif dalam membantu orang agar tidak terlalu tertekan.

Kecemasan adalah perasaan yang tidak menentu sekaligus tidak menyenangkan. Anak pada umumnya pernah mengalami kecemasan saat menghadapi tantangan hidup, tetapi pada beberapa anak kecemasan itu berlebihan dan bertahan lama sehingga mengganggu prestasi sekolahnya. Beberapa anak juga memiliki ketakutan yang berkaitan dengan dirinya sendiri atau sekolah sehingga mengganggu belajarnya. Jika hal ini terjadi bawa anak ke guru BP. Beberapa terapi behavioral bisa efektif untuk mengurangi kecamasan dan ketakutan yang berlebihan (Davidson & Neala dalam Santrock, 2007).

Tags:
  • kepribadian dan emosi dalam perilaku organisasi
  • gangguan perilaku terkait belajar
  • gangguan perilaku pada anak
  • gangguan perilaku makan
  • makalah gangguan perilaku
  • gangguan perilaku adalah
  • pengertian gangguan perilaku
  • kecelaruan emosi dan tingkah laku

Daftar Pustaka
  • Eggen, P & Kauchak, D.P. 2004. Educational Psychology; Windows on Classrooms. 6-th ed. USA: Pearson Merril Prentice Hall 
  • Golver, A. J. Roger, H. Bruning. 1999. Educational Psychology. Boston Toronto: Little Brown Company.
  • Santrock. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Viewing all 293 articles
Browse latest View live