Quantcast
Channel: Ilmu Psikologi
Viewing all 293 articles
Browse latest View live

Pengertian dan Teori Konflik Antar Kelompok dan Solusinya

$
0
0
Pengertian dan Teori Konflik Antar Kelompok dan Solusinya - Artikel ini membahas mengenai konflik antar kelompok, pengertian konflik antar-kelompok, teori konflik antar-kelompok, dan cara mengatasi konflik antar-kelompok. Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami sejarah dan sifat alamiah konflik memahami konflik antar kelompok, dan menjelaskan konflik antar kelompok berdasarkan teori konfli,serta mengatasi memahami cara resolusi konflik antar kelompok.

Konflik antar Kelompok

  1. Definisi
DeLamater (2011) memandang konflik antarkelompok dalam dua cara yang berbeda. Pertama, mengacu pada konflik antara kelompok-kelompok yang masing-masing kelompok terorganisir. Sebuah kelompok yang terdiri dari anggota yang berinteraksi satu sama lain, yang didefinisikan dengan baik dalam hubungan peran, dan yang memiliki tujuan atau sasaran yang saling tergantung satu sama lain.

Kedua, konflik antarkelompok juga mengacu pada apa yang mungkin lebih baik digambarkan sebagai konflik antara orang yang tergolong dalam kategori sosial yang berbeda. Meskipun tidak selalu menjadi anggota kelompok yang terorganisir, orang-orang tersebut menganggap diri mereka sebagai anggota dalam kategori sosial yang sama dan terlibat secara emosional. Misalnya, konflik antara anggota kategori etnis atau ras (seperti konflik antara suku Betawi dan suku Madura di Jakarta) dapat dianggap sebagai konflik antarkelompok, meskipun individu yang terlibat mungkin bukan anggota kelompok terorganisir.

Pengertian dan Teori Konflik Antar Kelompok dan Solusinya_
image source: estrategiagroup.com
baca juga: Pengambilan Keputusan dalam Kelompok Menurut Para Ahli

Konflik antar kelompok merupakan:
  • Sebuahkeadaandi manakelompok-kelompokmengambil tindakanbertentangan (antagonis)antara kelompok satu dengan kelompok lainuntuk mengontrol beberapahasil akhiryang penting untukmasing-masing kelompok.
  • Sebuah ekspresiyang jelasdariketeganganantara tujuanatau masalahdarisatu kelompokterhadapkelompoklain.

Teori konflik: Penjelasan tentang sifat, perkembangan, dan konsekuensi dari konflik sosial. Teori yang paling menonjol telah dikembangkan oleh Karl Marx, Georg Simmel, Lewis Coser, dan lain-lain. Marx berhipotesis bahwa konflik akhirnya akan mengarah pada penggulingan kelompok kekuasaan, mengarah pada tatanan tanpa kelas sosial, masyarakat bebas konflik. Simmel dan Coser berpendapat bahwa bahwa konflik tidak secara inheren buruk dan konflik dapat melayani fungsi penting seperti memperkuat kelompok dalam (in group), meningkatkan kohesivitas kelompok, dan memobilisasi energi dari anggota kelompok (Barker, 1987).

Historical Origins (Akar sejarah Konflik):

a. Kecenderungan konflik

Kecenderungan konflik pada masyarakat adalah unsur dasar dari sifat manusia (Machiavelli, 1531/1948, 1532/1948, dan Hobbes, 1651/1947).

b. Kompetisi
    Memperebutkan sumber daya: Konflik dan perjuangan mempromosikan keberadaan sosial manusia dengan memastikan bahwa terkuat dari spesies bertahan hidup (Darwin, 1859/1958, Malthus, 1789/1894).

    Herbert Spencer (1898) mengemukakan bahwa konflik adalah proses alami yang memberikan kontribusi untuk evolusi sosial.

    William Graham Sumner (1883) mengusulkan bahwa persaingan untuk bertahan hidup disebabkan kemajuan sosial yang positif.

    c. Teori Marxian
      Konflik adalah suatu kondisi struktural dasar masyarakat. Konflik merupakan bagian yang melekat dari hubungan manusia. Eksistensi manusia bertentangan satu sama lain. Pikiran dan tindakan manusia terjadi melalui proses dialektika: tesis, antitesis, dan sintesis.

      Kelas:
      Pandangan materi masyarakat: aktor manusia menghasilkan dirinya melalui kerja. Dua kelompok mendasar: pekerja dan pemilik. Pemilik mengeksploitasi pekerja. Kekuasaan politik adalah hasil dari kekuatan ekonomi. Tatanan politik: hukum, pendidikan, dan sistem keluarga yang dirancang untuk menguntungkan pemilik, yang mengakibatkan "determinisme ekonomi." Engels, dan Marx, memandang konflik sosial dalam keluarga, posisi pria dan wanita analog dengan posisi pemilik dan pekerja.

      d. Teori Psikoanalitik Freud dan Konflik
        Konflik merupakan kepentingan sifat dasar manusia, tetapi dikelola oleh nurani.
        Ada kekuatan bawah sadar yang agresif yang berusaha mencari ekspresi. Adanya dorongan tanatos, dorongan untuk melakukan destruksi, merusak diri sendiri, dan agresi.

        e. Pentingnya Kekuasaan:
          • Kekuasaan: kemampuan untuk melaksanakan kehendak sendiri meskipun bertentangan. Hal ini terkait dengan konflik sosial dan tatanan sosial.
          • Kekuasaan adalah elemen penting dari eksistensi sosial. Masyarakat, sebagai akibat dari posisi mereka, mengerahkan kekuasaan atas orang lain.
          • Kekuasaan dilembagakan dan disahkan: kekuasaan menghasilkan tatanan sosial.

          f. Konflik merupakan kekuatan sosial integratif

            Realitas sosial bersifat dualistis, termasuk angkatan bersenjata yang mempromosikan tatanan sosial dan konflik sosial (Simmel, 1904, 1908/1955).
            • Konflikdapat menyatukanorang untuk menentang dan menyerangmusuh bersama.
            • Konflikdapatmenjadi kekuatanyang memecah-belah.

            g. Konflik sebagai Skema Kognitif (Analisis Sosial Kognitif Konflik dan Pemutusan Konflik):
              Menurut perspektif ini, konflik dipandang sebagai konten yang spesifik pada pengetahuan, atau sebagai skema kognitif tertentu. Konten spesifik pengetahuan yang terkandung dalam skema konflik mengacu pada ketidakcocokan tujuan atau sasaran antar kelompok (intergroup). Sebuah situasi konflik dikatakan terjadi jika setidaknya salah satu pihak menganut skema konflik. Dengan demikian, retensi atau modifikasi dari skema konflik dapat menentukan apakah konflik dipertahankan atau diselesaikan.

              Menurut perspektif ini, konflik dipandang sebagai konten yang spesifik pada pengetahuan, atau sebagai skema kognitif tertentu. Konten spesifik pengetahuan yang terkandung dalam skema konflik mengacu pada ketidakcocokan tujuan atau sasaran antara para pihak. Sebuah situasi konflik dikatakan terjadi jika setidaknya salah satu pihak menganut skema konflik. Dengan demikian, retensi atau modifikasi dari skema konflik dapat menentukan apakah konflik dipertahankan atau diselesaikan.

              Tiga hal berikut berfungsi untuk mengkarakterisasi pendekatan skematik (Stroebe, Kruglanski, Bar-Tal, Hewstone, 1988):
              1. Sekali skemata terbentuk, maka skema kognisi memerintah untuk sebagian besar pengkodean informasi, organisasi, dan pengambilan informasi. Dengan demikian, setelah situasi didefinisikan sebagai konflik, bukti yang konsisten akan dikumpulkan untuk mendukung skema ini.
              2. Kedua, beberapa keyakinan berfungsi sebagai dasar untuk implikasi dan asosiasi yang berbeda yang bervariasi dari individu ke individu lainnya dan dari kelompok ke kelompok lain. Dalam kasus ini, ketidaksesuaian tujuan mungkin berarti hal yang berbeda untuk orang-orang yang berbeda.
              3. Ketiga, skematatergantung padavariasi yang besar dalamketersediaandan aksesibilitas. Ketersediaanmengacu padakeberadaandariskematertentu dalamsatukhasanahkognitif, sedangkan aksesibilitasmengacu padakesiapanskemayang ada untuk dapat dimanfaatkan.

              Teori konflik antar-kelompok

              Adanya hubungan yang berkonflik antar kelompok-kelompok sosial adalah fitur yang dimiliki masyarakat. Sedangkan beberapa bentuk persaingan antarkelompok (intergroup rivalry) secara sosial dibiarkan dan bahkan didorong atas dasar bahwa mereka mempromosikan loyalitas (kesetiaan) ingroup (misalnya kesebelasan sepak bola) dan melindungi proses demokrasi (partai politik), manifestasi lain konflik sosial dianggap sebagai sangat buruk (Condor dan Brown, 1988).
              Banyak teori yang dapat memahami mengapa konflik-konflik antar kelompok terjadi dan  menjadi bahasan tersendiri. Beberapa pandangan untuk mengetahui kenapa konflik sosial antar kelompok dapat terjadi.

              1. Teori dominansi sosial (Social Dominance Theory)
                Banyak teori yang dapat memahami konflik antar kelompok dan bagaimana melihat konflik itu muncul. Untuk awalnya disini mencoba melihat melalui Social Dominance Theory, di dalam Sosial Dominance Theory terdapat hubungan yang masing-masing kelompok memegang status yang berbeda, kelompok yang besar disebut kelompok dominan dan kelompok yang kecil disebut kelompok subordinat. Perbedaan antar kelompok tidak hanya terjadi karena batasan kognitif, justru lebih besar karena konteks sosial.

                Dijelaskan pula bahwa dalam Social Dominance Theory terdapat hirarki, maka konflik dan diskriminasi dalam masyarakat merupakan hal yang tidak terhindarkan sebagai konsekuensi dari struktur hirarkhi antar kelompok. Ada hirarkhi yang umum dibuat masyarakat yaitu usia, gender, empty set (ras, partai, agama), status ekonomi dan sosial. Sidanius dan Pratto (2004) mengatakan bahwa dalam Social Dominance Theory, ketidaksetaraan hirarki sosial berdasarkan kelompok merupakan hasil dari pendistribusian nilai sosial (social value) secara tidak adil kepada kelompok-kelompok masyarakat, baik nilai sosial positif maupun negatif. Ketidaksetaraan distribusi dari nilai sosial ini, pada akhirnya akan dimanfaatkan oleh ideologi sosial, keyakinan, mitos, dan doktrin religius tertentu sebagai alat pembenaran.

                Dalam jurnal Sidasinus dan Pratto (2004) dikatakan bahwa orang yang berstatus kelompok yang tinggi lebih mendukung ketidaksetaraan daripada orang-orang di kelompok berstatus yang rendah. Social Dominance Theory menjelaskan bahwa determinan awal dari segala bentuk dominasi adalah orientasi dominasi sosial. Orientasi dominasi sosial adalah “Derajat keinginan individu untuk mendukung hirarki sosial berdasarkan kelompok dan dominasi kelompok superior terhadap kelompok inferior”. Sidanius dan Pratto mengatakan bahwa orientasi dominasi sosial merupakan komponen yang paling psikologis dari Social Dominance Theory.

                2. Teori identitas Sosial (Social Identity Theory Henry Tajfel dan Turner)
                  Diluar kepentingan yang bertentangan faktor lain dalam konflik antarkelompok adalah seberapa kuat anggota mengidentifikasi dengan kelompok mereka sendiri. Ketika kepentingan berlawanan, identifikasi kelompok yang kuat dapat meningkatkan konflik antar kelompok. Meskipun ketika oposisi yang mendasari kepentingan tidak ada, identifikasi kelompok yang kuat dapat, dengan sendirinya menghasilkan perilaku bias terhadap out-kelompok lain (biased behavior toward out-groups) (DeLamater, 2011).

                  Teori ini dimulai dengan asumsi bahwa individu ingin memegang konsep diri yang positif. Menurut pandangan ini, konsep-diri memiliki dua komponen-identitas pribadi dan identitas sosial, meningkatkan evaluasi pada salah satu dari kedua identitas  tersebut dapat meningkatkan konsep diri seseorang. Komponen identitas sosial tergantung pada kelompok atau kategori sosial yang mana seseorang menjadi bagian dalam kelompok, dan evaluasi seseorang dalam kelompok sendiri (ingroup) ditentukan oleh perbandingan dengan kelompok lain. Dengan demikian, identitas sosial positif anggota tergantung pada apakah perbandingan yang dibuat kelompok sendiri dengan kelompok luar secara sesuai menguntungkan atau tidak menguntungkan.

                  Dikatakan bahwa konsep diri individu yang berasal dari pengetahuannya selama berada dalam kelompok sosial tertentu dengan disertai internalisasi nilai-nilai, emosi, partisipasi, rasa peduli dan bangga sebagai anggota kelompok tersebut (Reicher, 2004). Konsep diri mereka sebagai ingroup berasal dari nilai-nilai, kepercayaan yang mereka yakini dimana mereka menganggap bahwa menentukan jenis kelamin adalah hak setiap orang, para komunitas ini juga berpartisipasi secara emosi, peduli dan bangga, karena mereka merasa memiliki kesamaan dengan anggota kelompoknya.

                  Identifikasi kedalam kelompok (outgroup) dan Etnosentrisme.

                  Sumner (DeLamater, 2011) mengamati bahwa orang memiliki kecenderungan mendasar menyukai kelompok mereka sendiri (ingroup) dan menentang kelompok luar (outgroup).  Sumner berhipotesis bahwa anggota kelompok yang sangat mengidentifikasi (identifikasi kuat)  dirinya dengan kelompok (ingroup) sangat rentan untuk menahan sikap positif terhadap kelompoknya sendiri (ingroup) dan memegang sikap negatif terhadap kelompok lain (outgroup). Istilah Sumner untuk fenomena ini disebut sebagai etnosentrisme, yakni kecenderungan untuk menganggap kelompok sendiri sebagai pusat segala sesuatu dan lebih unggul dari kelompok luar (outgroup). Etnosentrisme melibatkan perbedaan yang besar  yang dimiliki dan bersifat kaku antara kelompok dalam  dengan kelompok luar (outgroup). Etnosentrisme memerlukan stereotip citra positif dan sikap yang disukai terkait kelompok dalam (ingroup) yang dikombinasikan dengan stereotip citra negatif dan sikap bermusuhan terkait  kelompok luar (outgroup).

                  Sikap etnosentris tidak hanya menyebabkan anggota dalam kelompok untuk mendevaluasi dan merendahkan anggota kelompok luar, mereka juga (ingroup) juga membuat dan  menimbulkan diskriminasi. Diskriminasi merujuk pada tindakan yang jelas memperlakukan anggota kelompok  luar dengan cara yang tidak adil dan merugikan. Dalam keadaan yang melibatkan kompetisi atau oposisi langsung terkait kepentingan antar kelompok, sikap etnosentris seringkali akan menghasilkan tanggapan diskriminatif terhadap kelompok luar(out-group).

                  3. TeoriKonflik Realistis kelompok (Realistic group-conflict theory)
                    Teori Realistis kelompok-konflik (Coser, Levine & Campbell, Sherif dalam Bornstein 2003) menyatakan bahwa konflik antarkelompok adalah rasional "dalam arti bahwa kelompok memiliki tujuan atau sasaran yang tidak sebanding dan berada dalam persaingan untuk sumber daya yang langka. Meskipun asumsi ini rasionalitas berkaitan dengan kelompok-kelompok yang bersaing, telah sering diperluas untuk mencakup anggota kelompok individu. Menyimpulkan bahwa jika rasional bagi kelompok untuk bersaing, harus rasional juga bagi individu anggota kelompok untuk melakukan konflik dengan kelompok lain. Gould (Bornstein, 2003) menyatakan bahwa semua anggota kelompok mendapatkan keuntungan jika kelompok bertindak secara kolektif dalam membela kepentingan bersama.

                    Ada beberapa proposisi dasar teori konflik kelompok yang realistis (DeLamater, 2011) :
                    • Ketika kelompok-kelompoksedangmengejar tujuandi manakeuntunganoleh satu kelompokselalumenghasilkankerugianoleh yang lain, mereka (ingroup) memilikiapa yang disebut sebagai kepentingan bertentangan.
                    • Oposisi (pertentangan) tersebut menyebabkananggota setiap kelompokmengalamifrustrasi danmengembangkansikapantagonistik (berlawanan) terhadapkelompok lain.
                    • Sebagai anggotakelompok (ingroup), tiap anggota mengembangkan sikapnegatif danpersepsikurang baik tentanganggota kelompoklainnya, identifikasi mereka pada kelompok menjadilebih kuatdan melekat kuat pada kelompok.
                    • Ketika solidaritasdan kohesidalamkelompokmeningkat, kemungkinankonflik antar kelompok terbukadanmeningkat, dan bahkan sedikit provokasidapat memicutindakan langsungoleh satu kelompokterhadap kelompok lain.

                    Resolusi konflik

                    Konflik antarkelompok adalah keadaan di mana kelompok-kelompok terlibat dalam tindakan antagonistik satu kelompok dengan kelompok lainnya untuk mengendalikan beberapa hasil akhir yang penting bagi kelompok. Konflik sering diawali perselisihan kecil dan kemudian tumbuh dalam lingkup dan intensitas, dan menarik pada partisipan baru. Karena konflik antarkelompok merupakan sesuatu yang berpotensi bahaya dan mahal, banyak ahli telah menyelidiki cara menghentikan konflik yang terjadi pada tahap awal, sebelum mereka lepas kendali. Masalah ini secara mengejutkan bersifat kompleks. Seseorang tidak dapat, misalnya, menyelesaikan konflik antarkelompok hanya dengan membalikkan  proses yang awalnya menjadi penyebab konflik.

                    Hal ini sering tidak mungkin untuk menghilangkan oposisi yang mendasari kepentingan, untuk mengurangi identifikasi etnosentris dengan kelompok dalam (in-group), atau untuk mencegah kejadian yang tidak menyenangkan. Namun demikian, peneliti dan praktisi telah mengembangkan berbagai teknik untuk mengurangi atau menyelesaikan konflik antarkelompok. Berikut terdapat empat resolusi konflik yang dapat dilakukan:

                    1. Superordinate Goals
                      Salah satu teknik yang paling efektif untuk menyelesaikan konflik antar kelompok adalah untuk dikembangkan adalah dengan apa yang disebut tujuan atau sasaran superordinate.  Tujuan superordinat adalah tujuan yang dilakukan bersama oleh semua kelompok dalam suatu konflik yang tidak dapat dicapai oleh satu kelompok tanpa upaya dukungan kelompok lainnya. Temuan penelitian mengindikasikan bahwa setelah diperkenalkan, tujuan atau sasaran superordinat dapat mengurangi bias kelompok dalam (in-group) terhadap kelompok luar dan dapat melerai konflik antarkelompok (Bettencourt, Brewer, Croak, & Miller, 1992; Gaertner et al., 1999; Sherif et al., 1961). Dengan memperkenalkan tujuan atau sasaran superordinate ke dalam konflik, tujuan atau sasaran dapat dicapai hanya melalui upaya bersama dari sisi yang berlawanan, mempromosikan perilaku kooperatif dan berfungsi sebagai dasar untukme restrukturisasi hubungan antar kelompok.

                      Tujuan atau sasaran superordinate menciptakan ketergantungan kooperatif antara in-group dan out-group. Dengan mengubah situasi permusuhan menang-kalah menjadi salah satu pemecahan masalah kolaboratif, dengan kemungkinan hasil win-win (menang-menang), tujuan superordinat mengurangi gesekan antar kelompok-kelompok.

                      2. Intergroup Contact

                        Teknik lain adalah untuk meningkatkan kontak antar kelompok. Pendekatan ini lebih efektif dalam mengurangi bias dan konflik bila kontak dapat dipertahankan, dekat, berdasarkan status yang sama, dan didukung secara kelembagaan. Beberapa ahli teori telah mengusulkan bahwa peningkatan kontak dan komunikasi antar anggota  antar kelompok dapat mengurangi konflik antarkelompok. Peningkatan kontak dapat mengurangi stereotip dan mengurangi bias dan akibatnya mengurangi konflik atau perselisihan antar kelompok.

                        Beberapa ahli telah memusatkan perhatian mereka pada pengidentifikasikan kondisi
                        di mana kontak antarkelompok mengarah pada penurunan bias dan konflik, dan kondisi di mana tidak dapat menurunkan:

                        a. Sustained Close Contact
                          Kontak antar anggota kelompok yang berbeda lebih cenderung untuk membawa pengurangan dalam prasangka dan konflik jika kontak dipertahankan berkelanjutan serta bersifat lebih personal atau pribadi daripada hanya bersifat singkat dan dangkal. Studi laboratorium menunjukkan bahwa kontak yang melibatkan sesi yang berulang dengan anggota out-group lebih efektif dalam menurunkan Bias antarkelompok daripada kontak yang melibatkan hanya satu sesi (Wilder & Thompson, 1980).

                          Tingkat kedekatan atau personalisasi kontak antarkelompok juga akan mempengaruhi sejauh mana sikap akan berubah dan stereotip berkurang.  Rendahnya tingkat keintiman akan memiliki sedikit efek pada prasangka dan stereotip antarkelompok (Segal, 1965).

                          b. Equal-Status Contact

                            Kontak antar kelompok lebih mungkin untuk mengurangi prasangka ketika kelompok dalam dan kelompok luar menduduki posisi status yang sama dibandingkan dengan  ketika mereka menduduki posisi status yang tidak sama (Riordan, 1978; Robinson & Preston, 1976). Saat status antar kelompok tidak sama, anggota kelompok yang statusnya lebih tinggi dapat menolak untuk menerima pengaruh atau belajar dari kelompok-status yang lebih rendah. Mereka dapat membenarkan hal tersebut untuk diri mereka sendiri dengan alasan bahwa kelompok lain yang statusnya lebih rendah kurang memiliki keterampilan atau pengalaman.  Ketika kelompok yang lebih tinggi statusnya tidak mau menerima pengaruh, karena alasan kompetensi yang lebih rendah akan didukung, maka stereotip akan lebih sulit untuk diatasi.

                            c. Institutionally Supported Contact
                              Kontak antar kelompok lebih mungkin dapat mengurangi stereotip dan menciptakan sikap yang disukai jika didukung oleh norma-norma sosial yang mempromosikan kesetaraan antar kelompok-kelompok (Adlerfer, 1982; Cohen, 1980; Williams, 1977). Jika norma-norma mendukung keterbukaan, keramahan, dan saling menghormati, kontak antar kelompok memiliki kesempatan yang lebih besar jika yang didukung oleh kelembagaan (institusi) yang mengatur kontak antarkelompok. Kontak antar kelompok diberi sanksi oleh otoritas luar atau dengan membentuk aturan lebih menghasilkan perubahan positif daripada kontak antar kelompok yang tidak didukung pihak lain (institusi).

                              4. Mediation and Third-Party
                                Perselisihan antar buruh yang terorganisir dengan pihak  manajemen atau konflik antara kelompok masyarakat kadang-kadang mudah diselesaikan melalui intervensi (Intervention) dari pihak ketiga, seperti mediator atau arbiter (wasit). Seorang mediator adalah pihak ketiga yang berfungsi sebagai perantara dan yang membantu kelompok-kelompok yang berkonflik untuk mengidentifikasi isu-isu dan membantu antar kelompok untuk sepakati dengan beberapa resolusi. Umumnya mediator merupakan pihak ketiga yang independen.

                                Mediator umumnya berfungsi sebagai penasihat dan bukan sebagai pengambil keputusan dalam sengketa. Berbeda dengan mediator, arbitrator adalah pihak ketiga yang netral yang memiliki kekuasaan untuk memutuskan bagaimana konflik akan diselesaikan. Arbitrator mendengarkan argumen dari pihak yang bertikai dan kemudian membuat keputusan yang mengikat pada kelompok yang saling bertentangan. hal Ini berbeda dari mediasi, di mana resolusi mungkin atau mungkin tidak tercapai dan, bahkan jika tercapai, bersifattidak mengikat. Mediator atau arbiter (wasit) dapat ditemukan dalam kasus perceraian dan klaim kecil pengadilan, negosiasi antara buruh dengan pihak manajemen, masyarakat dengan kawasan lingkungan yang terjadi perselisihan (lingkungan pabrik dan lingkungan masyarakat), dan situasi lain termasuk sengketa internasional. Semakin besar magnitud atau goncangan konflik dan buruknya hubungan dari kedua pihak, meredupkan prospek bahwa mediasi akan terbukti sukses (Carnevale & Pegnetter, 1985; Kressel & Pruitt, 1985).

                                Konflik yang telah dialami dalam waktu yang lama, yang mencakup berbagai isu yang disengketakan, atau yang membawa pada taktik yang merusak atau kekerasan akan sulit untuk ditengahi (mediasi). Mediasi memiliki kesempatan yang lebih baik sukses ketika masing-masing kelompok yang saling bertentangan mempercayai mediator. Tanpa kepercayaan, mediator akan kesulitan untuk mendapatkan akses kedalam kelompok dan kesulitan untuk melakukan diskusi secara jujur dan terang dengan anggota mereka. Tentu saja, dalam beberapa konflik, orang yang dapat dipercaya oleh semua pihak mungkin sulit untuk ditemukan.

                                Sekian artikel Ilmu Psikologi tentang Pengertian dan Teori Konflik Antar Kelompok dan Solusinya.

                                Daftar Pustaka

                                • Christie, D. J., Wagner, R. V., & Winter, D. A. (2001). Peace, Conflict, and Violence: Peace Psychology for the 21st Century. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall
                                • Sidanius, Jim., Pratto, Felicia., & Laar, Collete Van. (2004). Social Dominance Theory: Its Agenda and Method. International Society of Political Psychology, Vol. 25, No. 6
                                • Reicher, Stephen. (2004). The Context of Social Identity: Dominance, Resistance, and Change. Political Psychology, Vol. 25, No. 6
                                • Simmel, G. (1904). The sociology of conflict. I. The American Journal of Sociology, 9(4), 490-525.
                                • Machiavelli, N. 1531 [1970]. The Discourses.
                                • Condor, Susan, and Rupert Brown. "Psychological processes in intergroup conflict."The social psychology of intergroup conflict. Springer Berlin Heidelberg, 1988. 3-26.
                                • Stroebe, W., Arie W. Kruglanski, W. A., Bar-Tal, D., & Hewstone, M. (1988). The Social Psychology of Intergroup Conflict. Theory, Research and Applications. Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
                                • Bornstein, G. (2003). Intergroup Conflict: Individual, Group, and Collective Interests. Personality and Social Psychology Review. Vol. 7, No. 2, 129–145.
                                • DeLamater, D. J., & Myers, J, D. 2011. Social Psychology:seventh edition. Cengage Learning, Inc.

                                Resolusi Konflik dan Negosiasi Konflik Antar Kelompok

                                $
                                0
                                0
                                Resolusi Konflik dan Negosiasi Konflik Antar Kelompok - Artikel ini membahas mengenai resolusi konflik dan negosiasi, berbagai pendekatan penyelesaian konflik, dan negosiasi (teknik, proses negosisasi). Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami cara menyelesaikan konflik dan teknik bernegosiasi, mengetahui berbagai penyelesaian konflik, dan mengetahui teknik dan proses bernegosiasi

                                Resolusi Konflik dan Negosiasi

                                Definsi Konflik :
                                • Sebuahkeadaandi manakelompok-kelompokmengambil tindakanbertentangan (antagonis)antara kelompok satu dengan kelompok lainuntuk mengontrol beberapahasil akhiryang penting untukmasing-masing kelompok.
                                • Sebuah ekspresiyang jelasdariketeganganantara tujuanatau masalahdarisatu kelompokterhadapkelompoklain.
                                • Konflikadalah prosesdimana masyarakattidak setujuatas isu-isuyang penting, sehingga menciptakanfriksi atau gesekan.
                                Terdapat beberapa deskripsiyang harus ada terkait  terjadinya konflik:
                                1. Orangharus memilikikepentingan, pikiran, persepsi, dan perasaanyang bertentangan dengan yang lain
                                2. Mereka yang terlibat konflikharusmengakui keberadaansudut pandang yang berbeda
                                3. Adanya Ketidaksepakatan dan ketidaksesuaian yangberlangsung
                                4. Orang denganpandangan yang berlawananharus mencobauntuk mencegahsatu sama laindarimencapai tujuan.

                                Konflik dapat menjadi kekuatan destruktif. Namun konflik juga dapat bermanfaat bila digunakan sebagai sumber pembaruan dan kreativitas dalam kelompok. Umumnya kita sering menggunakan konflik dan kompetisi  dalam terminologi secara bergantian, meskipun keduanya berbeda. Kompetisi adalah persaingan antara individu atau kelompok atas hasil yang dicapai dan selalu terdapat pihak yang menang dan pihak yang kalah. Sementara kompetisi dapat dipahami sebagai  salah satu sumber konflik. Dalam konflik tidak selalu melibatkan pemenang dan yang kalah. Masyarakat dapat mengalami isu-isu penyebab konflik, tetapi dapat bekerja sama satu sama lain sehingga tidak ada pihak yang kalah atau menang.

                                Resolusi Konflik dan Negosiasi Konflik Antar Kelompok_
                                image source: entreprisenk.com
                                baca juga: Pengertian dan Teori Konflik Antar Kelompok dan Solusinya

                                Proses terjadinya konflik

                                Memandang Konflik
                                Ada dua cara dalam memandangan konflik. Pertama, konflik dapat dianggap sebagai kekuatan negatif dan disfungsional, bahwa konflik membuat orang merasa tidak nyaman dan akibatnya membuat mereka yang berkonflik menjadi kurang produktif. Kedua, konflik dapat dilihat sebagai bagian alami dari kehidupan organisasi masyarakat maupun kelompok dan bermanfaat bagi lingkungan (Sagepub)

                                Konsekuensi Konflik
                                Konflik mempunyai dampak terhadap sisi positif dan negatif. Sisi positifnya, anggota kelompok mengalami kegembiraan dan timbulnya energi yang berasal dari kompetisi. Persaingan dan konflik dapat memotivasi orang dan menginspirasi mereka untuk berfokus pada tugas. Keterlibatan dalam kompetisi membawa anggota kelompok menjadi lebih dekat bersama-sama dan mengarah  pada peningkatan diskusi berbagai isu dan alternatif yang dapat diambil. Saat berada di luar konflik atau persaingan terjadi, kelompok anggota bersatu dan bertukar pikiran untuk mencari solusi kreatif. Proses ini akan meningkatkan kohesi dan efektivitas kelompok.

                                Perusahaan atau organisasi  dapat menggunakan persaingan dengan perusahaan lain sebagai cara untuk mengurangi konflik internal dan memfokuskan energi karyawan pada persaingan pada organisasi luar. Meskipun konflik tidak bisa dihindari dan diinginkan dalam organisasi, konflik tingkat tinggi yang tidak terselesaikan dapat merusak dan bersifat negatif. Individu, tim, atau kelompok yang terlibat dalam konflik tinggi dapat melupakan tujuan bersama dan fokus pada kemenangan yang memerlukan biaya tinggi. Mereka bisa menahan informasi penting dari orang lain, atau bahkan secara aktif menyabotase pekerjaan orang lain. Ketika konflik mengarah ke pemenang dan pecundang, pecundang bisa demoralisasi dan menjadi kehilangan motivasi.

                                Mengurangi Konflik Melalui Teknik GRIT
                                Sebuah strategi perdamaian yang dikembangkan oleh Charles Osgood (1962) menawarkan beberapa harapan untuk memecahkan konflik antar kelompok. Dalam strategi ini, dilakukan secara bertahap dan inisiatif yang saling berbalas dalam mereduksi reduksi ketegangan (GRIT : Graduated and Reciprocated Initiatives in Tension-reduction), satu kelompok mengambil langkah pertama menuju kerjasama dengan membuat konsesi awal. Dalam GRIT, agresivitas ditanggapi dengan agresivitas dengan cara kerjasama yang lebih kooperatif. Penelitian tentang GRIT memberi jalan keluar, bahkan orang-orang dengan Orientasi kompetitif cenderung merespon secara kooperatif untuk strategi ini, dan efek positif dari GRIT dapat bertahan lama dalam penyelesaian konflik (Lindskold & Han, 1988; Yamagishi et al, 2005.).

                                Perundingan atau Negosiasi
                                Negosiasi merupakan bagian penting dari proses resolusi konflik. Negosiasi dapat dilihat sebagai suatu proses di mana dua pihak atau lebih berusaha untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima dalam situasi yang ditandai dengan beberapa tingkat ketidaksepakatan (POPESCU, 2009).
                                Konsesi secara sepihak berguna untuk memulai proses perdamaian, namun negosiasi yang diperpanjang biasanya diperlukan untuk mencapai kesepakatan akhir. Negosiasi tentang isu-isu kompleks seperti pengawasan senjata nuklir, perlindungan lingkungan internasional, dan upaya untuk membuat perdamaian di kawasan yang mudah menguap atau bersengketa seperti Timur Tengah, negosiasi sering berjalan selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun.  Negosiasi tidak terbatas pada kancah internasional. Serikat pekerja dan manajemen terlibat dalam perundingan bersama untuk membangun kontrak karyawan. Pasangan yang bercerai menegosiasikan persyaratan perceraian mereka, oleh mereka sendiri atau melalui pengacara mereka (Kassin, Fein, dan Markus, 2011).
                                Memang, negosiasi terjadi setiap kali ada konflik yang ingin diselesaikan pihak pihak yang terkait tanpa harus masuk ke sebuah persiteruan terbuka atau mengandalkan pada penyelesaian hukum.

                                Dua Pendekatan Umum dalam Negosiasi (Robbins, 2009):

                                1. Perundingan distributif
                                Negosiasi yang berusaha untuk membagi sejumlah tetap sumber daya; situasi menang-kalah.
                                2. Perundingan integratif
                                Negosiasi yang mencari satu atau lebih penyelesaian yang dapat membuat solusi win-win.

                                Perundingan Distributif versus Perundingan Integratif
                                Karakteristik perundinganDistributive BargainingIntegrative Bargaining
                                Goal / tujuanGet all the pie you can / dapatkan semua kue yang kamu bisaExpand the pie
                                / perluasan kue
                                MotivasiKalah - menangMenang-menang
                                Fokus Posisi-posisiInteres
                                Information Sharing Rendah Tinggi
                                Jangka waktu hubunganShort-Term Long-Term

                                Kunci Sukses Negosiasi (Kassin, Fein, dan Markus, 2011)
                                Konflik dapat dikurangi melalui negosiasi yang sukses. Tapi apa yang merupakan keberhasilan dalam konteks ini? Mungkin hasil yang paling sukses secara umum adalah pencapaian kompromi 50-50. Di sini, para perunding (negosiator) berada pada posisi ekstrem dan secara bertahap bekerja menuju titik tengah yang dapat diterima secara bersama. Beberapa negosiator mencapai tingkat yang lebih tinggi untuk sukses. Kebanyakan negosiasi tidak sesederhana pada situasi pencapaian jumlah tetap (fixed-sum situation) di mana masing-masing pihak harus merelakan sesuatu sampai titik tengah tercapai. namun kadang sebaliknya sering terjadi bahwa kedua belah pihak bisa mendapatkan keuntungan (Bazerman & Neale, 1992). Ketika kesepakatan integratif (integrative agreement) tercapai, kedua belah pihak memperoleh hasil yang lebih unggul yakni kesepakatan 50-50.

                                Kesepakatanintegratif  adalah sebuah resolusi yang dinegosiasikan terhadap sebuah konflik di mana semua pihak memperoleh hasil yang unggul terhadap apa yang akan mereka peroleh dari pembagian yang sama pada pada sumber daya yang selama ini diperebutkan.

                                Konflik dapat bersifat konstruktif atau destruktif
                                Mengurangi konflik yang berlebihan dengan menggunakan dua dimensi penting yakni ketegasan (assertiveness) dan kooperatif (cooperativeness):
                                1. Kompetisi
                                2. Kolaborasi
                                3. Menghindari (Avoidance)
                                4. Akomodasi
                                5. Kompromi

                                Negosiasi integratif adalah metode jangka panjang yang lebih baik

                                BATNA
                                The Best Alternative To A Negotiated Agreement (alternatif terbaik pada persetujuan / kesepakatan yang dinegosiasikan); nilai terendah yang dapat diterima (hasil) pada seseorang untuk perjanjian yang dinegosiasikan.

                                PedomanPenyelesaianKonflikNegotiation
                                                        Isu-isu yang mempengaruhi efektifitas dalam negosiasi:
                                1. Peran mood dan Kepribadian Sifat dalam Negosiasi
                                Suasana hati yang positif mempengaruhi negosiasi. Ranah sifat seseorang tampaknya tidak memiliki efek signifikan langsung terhadap hasil baik perundingan atau negosiasi proses (kecuali sifat extraversion, cenderung buruk untuk negosiasi yang efektif).
                                1. Perbedaan gender dalam Negosiasi
                                2. Perempuan bernegosiasi tidak berbeda dari laki-laki, meskipun laki-laki tampaknya bernegosiasi hasil sedikit lebih baik.
                                3. Pria dan wanita dengan dukungan dari basis kekuasaan yang sama menggunakan gaya negosiasi yang sama.
                                4. Sikap perempuan terhadap negosiasi dan keberhasilan mereka sebagai negosiator kurang baik dibanding laki-laki.
                                5. Budaya
                                6. Penelitian lintas-budaya beberapapada gayanegosiasi, misalnya:
                                  Negosiator Amerika lebih disukai dibandingkan bargainer dari Jepang untuk melakukan perundingan untuk pertama
                                7. Amerika Utaramenggunakanfakta-faktauntuk membujuk, Arabmenggunakanemosi, danRusiamenggunakancita-cita (idealisme)menegaskan.
                                8. Brasildikatakan "tidak" lebih baik dariorang Amerikaatau Jepang sebagai negosiator.

                                Negosiasi Pihak Ketiga (Third-Party Negotiations)

                                Empat Peran Dasar Pihak Ketiga

                                1. Penengah (Mediator)
                                Pihak ketiga yang netral yang memfasilitasi solusi yang dirundingkan dengan menggunakan penalaran, persuasi, dan saran untuk alternatif.
                                2. Wasit (Arbitrator)
                                Sebuah pihak ketiga untuk negosiasi yang memiliki wewenang untuk menentukan kesepakatan.
                                3. Pendamai (Konsiliator)
                                Seorang pihak ketiga yang dipercaya dapat  menyediakan jaringan komunikasi informal antara perunding dan lawan
                                4. Konsultan
                                Pihak ketiga yang netral, terampil dalam manajemen konflik, yang mencoba untuk memfasilitasi pemecahan masalah secara kreatif melalui komunikasi dan analisis

                                Sekian artikel Ilmu Psikologi tentang Resolusi Konflik dan Negosiasi Konflik Antar Kelompok

                                Daftar Pustaka
                                • SAGEPUB.  Managing Conflict and Negotiation
                                • Taylor, E. S., Peplau, A. L., & Sears, O. D. 2009. Psikologi Sosial. Prenada Media Group. Jakarta.
                                • Lunenburg, C. F. 2011. Leadership versus Management: A Key Distinction—At Least in Theory.  INTERNATIONAL JOURNAL OF MANAGEMENT, BUSINESS, AND ADMINISTRATION VOLUME 14, NUMBER 1.
                                • Kassin, S., Fein, S., Markus, R. H.  (2011). Social Psychology:Eighth Edition.  Wadsworth Publishing Company.
                                • POPESCU, D. I. (2009). Intergroups Conflict Patterns. REVISTA DE MANAGEMENT COMPARAT INTERNATIONAL/REVIEW OF INTERNATIONAL COMPARATIVE MANAGEMENT, 10(5), 1011-1020.
                                • Robbins, P. S. (2009). Managing Organizational Conflict: A Nontraditional Approach (Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 1974), pp. 59–89.

                                Memahami Resolusi Konflik dan Negosiasi Menurut Para Ahli

                                $
                                0
                                0
                                Artikel ini membahas tentang Memahami Resolusi Konflik dan Negosiasi Menurut Para Ahli. Melalui artikel ini digarapkan mampu memahami konsep resolusi konflik dan teknik negosiasi, memahami akar konflik yang terjadi di Indonesia dan mengerti penyelesaian berbagai konflik di Indonesia.
                                BEBERAPA ASUMSI DASAR (Galtung and Tschudi dalam Christie, Wagner, & Winter, 2001):

                                Konflik terjadi di berbagai tempat di belahan bumi, sedangkan kekerasan tidak selalu terjadi tidak. Oleh karena itu Pertanyaan besarnya adalah: Bagaimana kita bisa mendekati konflik dengan cara non-kekerasan?

                                Berikut adalah salah satu tren pemikiran, jejak ide, yang dapat menunjukkan sebuah jawaban:
                                1. Akar konflik adalah pencapaian tujuan yang tidak kompatibel (tidak sesuai) diantara pelaku yang berselisih.
                                2. Konflik muncul pada pihak terkait sebagaib lok (penghalang): Sesuatu yang berdiri di jalan yang merintangi pihak-pihak dalam mencapai tujuan.
                                3. Pencapaian tujuan yang terblokir dikenal sebagai frustrasi, sehingga berbagai reaksi dapat menyebabkan agresi., termasuk didalamnya:
                                A: sikap,kognitifdanemosi; mulaidarikebencianririyang menyalaatauadanyapenolakan, daripemanasan dalamhati hinggapembekuankedalam hati.

                                B: perilaku,fisik dan verbal; mulai dariupaya yang disengajauntuk menyakitidanmerugikandiri,  penarikan diri,batin mulai(keadaan) darimendidih keluar, hingga mengalami pembekuankeluar.
                                1. Reaksi dalam dan luar belum tentu terjadi pada suhu yang sama (pembunuh berdarah dingin, "mendidih di dalam hati").
                                2. Kemudian ada satu tambahan kondisi, sebagai C: kontradiksi, akar ketidakcocokan tujuan, dan mendapatkan segitiga konflik, tiga sudut A untuk sikap, B untuk perilaku, dan C sebagai kontradiksi. Arus kausal dapat mulai di mana saja, namun umumnya terjadi pada titik C kontradiksi.
                                3. Kontradiksi A yang belum terselesaikan mengarah pada akumulasi energi negatif di sudut-sudut A dan B: kekerasan ("perang" untuk aktor kolektif) ditopangolehkebencianasli;untuksalingisolasiditopangolehsikapapatis; dengankebenciandiri terhadapnegara yang telahmengalamitrauma berat, termasukkeadaan dikalahkan pihak lawan, sepertiorang-orang Yahudi, Jerman, JepangsetelahPerangDuniaII.
                                4. Dariakarkonflik, sekarangtelahmenyebar, menjalarkesudut-sudutAdanBsebagaiorang yang bereaksiterhadapkebutuhanyang mereka mereka miliki, dihinaolehkebenciandankekerasan.Konfliksenantiasadiawaliolehkecenderunganatausikapterhadapfihak lain yang menjadilawan saningnya. Ketika ruangkontradiksisemakinmenganga, semakinbesarkonflik yang akanterjadi, demikian pula wujuddarisikapakan bermanifestasi menjadiperilaku. Semakinruangkontradiksimelebar atau sudut C, maka dapat dipastikan perilakukonflikakanmuncul.

                                Ada beberapa definisikonflik, termasuk perbedaan dipersepsikan dalam kepentingan, pandangan, atau tujuan (Deutsch, 1973); preferensi menentang atau berlawanan (Carnevale & Pruitt, 1992); keyakinan bahwa aspirasi yang sedang berjalan tidak dapat dicapai secara bersamaan (Rubin, Pruitt, & Kim, 1994); dan proses yang dimulai ketika satu pihak merasakan bahwa yang lain telah mengalami frustrasi, atau terhalangi, bentuk keprihatinan.

                                Memahami Resolusi Konflik dan Negosiasi Menurut Para Ahli_
                                image source: psychology20.wikispaces.com
                                baca juga: Resolusi Konflik dan Negosiasi Konflik Antar Kelompok

                                PRINSIP RESOLUSI KONFLIK

                                PRINSIPRESOLUSI KONFLIK
                                Empatprinsipdasarmendasarisebagianbesarpendekatandalamresolusikonflik:
                                • Resolusikonflikadalahsuatuusahakoperasi
                                • Solusidiupayakanbersifatintegratif
                                • Pondasinyaadalahpemahamankepentingansemuapihak, dan
                                • Baikprosesdanhasilnyaadalahnon-kekerasan.

                                FITUR-FITUR RESOLUSI KONFLIK:

                                Cooperation (kerjasama)
                                Fitur utama dari resolusi konflik adalah fokus pada kerjasama bukan kompetisi. Para pihak terkait melihat masalah yang mereka hadapi sebagai kesatuan di mana mereka dapat berkolaborasi untuk menemukan solusi yang sesuai. Dalam skenario kami, jelas bahwa untuk membuat mereka bekerja pengaturan hidup harus berjalan, semua orang perlu bekerja sama.

                                Solusi integratif
                                Follett (1940) pertama mengacu upaya pencarian solusi integratif, yaitu, solusi yang memenuhi kepentingan dan kebutuhan semua pihak, dengan menawarkan kebutuhan pribadi.
                                Contoh kasus, dua orang wanita lain saling berbeda pendapat terkait jendela ruangan, apakah akan membuka atau menutup jendela. Solusi kompromi, yaitu, jendela setengah terbuka akan memuaskan keduanya. Akhirnya mereka menemukan bahwa salah satu ingin jendela terbuka untuk meningkatkan udara segar, sementara yang lain ingin itu ditutup untuk mencegah angin masuk. Usaha tersebut menyebabkan koperasi, solusi integratif atau "win-win" membuka jendela di ruang yang bersebelahan.

                                Gagasan ini kemudian diuraikan sebagai perundingan integratif oleh Walton dan McKersie (1965) proses dimana pihak terkait konflik mencoba untuk mengeksplorasi pilihan-pilhan untuk meningkatkan ukuran dari keuntungan bersama tanpa berkaitan dengan pembagian imbalan.
                                Perundingan integratif sering dilakukan baik sebagai negosiasi langsung antara pihak-pihak dalam konflik, atau melalui mediasi di mana pihak ketiga yang netral dilibatkan untuk memfasilitasi proses mediasi maupun negosiasi. Tentu saja negosiator sering termotivasi untuk mencapai solusi di mana satu pihak"menang" danpihak lain"kalah" (menang-kalah, zero sum, ataunegosiasidistributif), masa penyelesaian konflik biasanya hanya mencakup negosiasi di mana tujuannya adalah solusi integratif (atauwin-win). Sementara itu dimungkinkan untuk memikirkan strategi lain dalam resolusi konflik, yakni melalui mediasi dan negosiasi integratif.

                                Untuk membantu memperjelas dari apa yang menjadi karakteristik unik pada kooperasi (kerjasama), proses integratif pemecahan masalah yang menjadi ciri resolusi konflik, mungkin berguna untuk membedakan dengan dua pendekatan lainnya (Uryetal, 1989;. Wertheimetal., 1998):
                                1. Pendekatanberbasishak(a rights-based approach)
                                Dalam pendekatan berbasis hak, keputusan dibuat dengan mengacu pada aturan hukum. Metode tersebut termasuk secara resmi membawa konflik kepengadilan untuk diadili, atau merujuk ke sebuah arbiter (wasit atau penengah) yang memilikikekuatanuntukmemaksakankeputusan.Secara informal, suatupendekatanberbasishak dapatberupaperdebatanuntukposisiyang diinginkanikarenaberbasis dari "ituadalahhaksaya."Dalamsetiapkasus, konfliksudahdiatursehinggabaikpihak yang menangatauyang kalahtelah menyadari dan membangun sebuahsituasimenang-kalah.
                                1. Pendekatanberbasiskekuasaan (a power-based approach)
                                Dalampendekatanberbasiskekuasaanpadakonflik,pihak yang berkonflikmencobauntukmenyelesaikankonflikyang menguntungkansendirimelaluipenegasanberkuasaataspihak lain.Sumberdaridaya,danbagaimanakekuasaandigunakan, bervariasidarisatukontekskekontekslainnya.
                                Sebagaicontoh,kekuatanmiliteratauekonomidalamkonteksinternasional, kuasauntuk"mempekerjakandanmemecat" dalamsebuah pengelolaanorganisasi, ataukekuatanfisikataupemaksaanemosionaldalamkonflikinterpersonal.Kekerasan, dominasi, penindasan, daneksploitasi, pelanggaranyang disebutkandalamdefinisipsikologiperdamaian, dapat dipandangsebagaipenyalahgunaankekuasaanatas orang lain.Resolusikonfliktidakhanyaberpendapatterhadappelanggarankasus terhadap orang laintetapilebihfundamentalmenolakpenggunaankekuasaansebagaipendekatanuntukkonflik.

                                Penyelesaian konflik di Indonesia

                                Tinjauan Psikologi Perdamaian

                                KONFLIK LAHAN DI OGAN ILIR SEBAGAI BENTUK KEKERASAN STRUKTURAL NEGARA TERHADAP RAKYATNYA
                                SEBUAH TINJAUAN KONFLIK ANTARA RAKYAT DENGAN PEMERINTAH
                                Firman Alamsyah AB
                                UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

                                Berdasarkan kabar berita Tempo mengenai konflik versi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), konflik lahan antara masyarakat Ogan Ilir, Sumatra Selatan (Sumsel) dengan PTPN VII Unit Cinta Manis berawal sejak 1982. Dengan alasan pembangunan, PTPN VII Unit Cinta Manis memaksa masyarakat petani di 20 desa dari enam kecamatan Ogan Ilir untuk menyerahkan lahannya dan kemudian dijadikan perkebunan tebu. PTPN VII Cinta Manis selama ini menguasai lahan hingga mencapai 20.000 hektar, sementara izin hak guna usaha (HGU) PTPN VII Cinta Manis hanya mencakup 6.500 ha.  Ini jelas-jelas menyalahi aturan dan melebihi izin yang dimilikinya. Masyarakat setempat di 17 desa yang selama ini berkonflik, yang telah tercerabut aksesnya terhadap tanah dan tengah memperjuangkan haknya atas tanah, menuntut agar hal ini segera ditertibkan.

                                Konflik pun terus berlanjut hingga 4 Desember 2009 yang terjadi pembongkaran paksa terhadap pondok-pondok petani. Aparat kepolisian melakukan penambakan warga Desa Rengas oleh anggota Brimob. Karena konflik belum juga terselesaikan, sebanyak 600 orang petani dari 20 desa itu melakukan unjuk rasa di berbagai kementerian, salah satunya Kementerian BUMN pada 1-6 Juli 2012. Namun aksi ini tidak mendapatkan tanggapan.

                                Puncaknya terjadi pada 27 Juli 2012, pasukan Brimob yang membawa senjata lengkap dengan mengendarai sedikitnya tujuh unit mobil truk mendatangi Desa Limbang Jaya. Desa itu adalah  salah satu dari 20 desa di sana. Pasukan itu datang untuk melakukan penangkapan.

                                Masyarakat desa tersebut dan dibantu desa lainnya berusaha untuk menghalangi dan terjadilah aksi penembakan yang dilakukan pasukan Brimob. Angga Prima bin Darmawan, bocah 12 tahun, harus melepaskan nyawanya setelah kepalanya diterjang peluru senjata aparat Brimob Polda Sumsel yang tengah melakukan operasi penyisiran ke desa-desadi wilayah konflik di Desa Limbang Jaya, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Tindakan represif anggota Brimob yang menembaki massa juga menyebabkan korban lainnya, satu orang dikabarkan masih kritis dan empat orang terluka parah.

                                Peristiwa berdarah pada 27 Juli 2012 ini terkait dengan semakin memanasnya konflik antara masyarakat Ogan Ilir yang tergabung dalam Gerakan Petani Penesak Bersatu (GPPB) dengan PTPN VII Cinta Manis, yang kemudian lebih diperparah lagi oleh keterlibatan aparat kepolisian dalam penanganan konflik tersebut.

                                Dalam kerangka ini, masyarakat Ogan Ilir telah melakukan berbagai langkah dan upaya advokasi untuk menyelesaian konflik yang ada. Serangkaian proses audiensi, mediasi hingga aksi massa, dari tingkat lokal hingga nasional telah ditempuh. Sebelum kejadian itu, pada 2 – 4 Juli 2012, sekitar 600 orang perwakilan petani Ogan Ilir dari 17 desa telah datang ke Jakarta, untuk menyampaikan aspirasi dan melakukan aksi bersama ke beberapa kantor lembaga negara, mulai dari Kantor BPN RI, Kementrian BUMN, DPR RI dan Mabes Polri. Aksi di Mabes Polri dimaksudkan untuk menolak keterlibatan polisi yang semakin menguat di wilayah konflik, sekaligus menyatakan sikap menentang atas kekerasan, intimidasi, dan penangkapan yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap petani Ogan Ilir. Paska aksi massa ini, situasi di lapangan bukannya semakin aman, akan tetapi semakin memanas oleh tindakan intimidasi dan ancaman penangkapan apara kepolisian.

                                Sementara itu, situasi di lapangan di 17 desa semakin memanas. Para pimpinan petani dan pendamping mulai dicari dan ditangkapi. Situasi mencekam ini ditandai dengan terjadinya penangkapan 12 orang petani Ogan Ilir pada 19 Juli 2012. Operasi pengamanan dan pencarian aparat Brimob pun terus gencar dilakukan untuk menyisir desa-desa. Operasi ini akhirnya berakhir dengan aksi kekerasan aparat dengan cara meluncurkan serangkaian tembakan, yang pada akhirnya memakan korban nyawa bocah malang Angga serta korban luka-luka di kalangan masyarakat sipil lainnya.

                                Represitas aparat Brimob di Ogan Ilir merupakan sikap menantang aparat penegak hukum terhadap hukum itu sendiri. Seharusnya aparat bersikap netral, bahkan menjadi pelindung rakyat, bukan mengambil posisi berhadapan dengan rakyat dengan menjadi penjaga pihak PTPN. Alasan kepolisian dalam rangka patroli keamanan dengan alasan pencurian pupuk milik PTPN melalui tindakan penyisiran (sweeping) ke desa-desa wilayah konflik. Pemerintah dan aparatnya seharusnya menjadi kekuatan utama masyarakat untuk memproleh perlindungan dan dukungan dalam mewujudkan keadilan sosial bagi petani miskin, rakyat tak bertanah di pedesaan dan wilayah-wilayah pedalaman.

                                Menurut Galtung dalam Christie dan Wagner (2001) kekerasan struktural berarti setiap  kendala pada potensi manusia yang disebabkan oleh struktur ekonomi dan politik. Perbedaan akses ke sumber daya, kekuatan politik, pendidikan, perawatan kesehatan, atau penegakan hukum adalah bentuk kekerasan struktural. Ketika rakyat kesulitan untuk menyalurkan aspirasinya, ketika rakyat mengalami suatu diskriminasi persamaan di depan hukum, ketika para petani atau buruh berada dalam kondisi tidak manusiawi seperti yang terjadi pada kasus diatas, maka kekerasan structural ada dan terjadi.

                                Kekerasan struktural bermasalah dalam dan dari dirinya sendiri, tetapi juga berbahaya karena kekerasan struktural  sering mengarah pada kekerasan langsung. Kekerasan yang terjadi di Ogan Ilir menurut perspektif ini dapat dipandang karena akumulasi kekerasan struktural. Intensitas yang tinggi pada kekerasan structural, mengakibatkan 600 orang petani dari 20 desa itu melakukan unjuk rasa di berbagai kementerian, salah satunya Kementerian BUMN. Keterlibatan Aparat kepolisian melakukan penambakan warga Desa Rengas oleh anggota Brimob merupakan bentuk dari kekerasan langsung sebagai upaya untuk menekan rakyat dalam masalah lahan.

                                Christie dan Wagner (2001) berpendapat bahwa Kekerasan struktural, merupakan bentuk kekerasan yang tidak nampak jelas dibanding dengan  kekerasan langsung,  bertahap, tak terlihat, kekerasan structural menentukan secara sistemik suara yang didengar atau diabaikan, pihak yang mendapat sumber daya tertentu dan pihak yang  tanpa mendapat sumber daya. Dalam kekerasan struktural, fungsi pihak yang bertanggungjawab dalam hal ini aparat kepolisianfungsinya menjadi kabur dan tanggung jawab aparat polisi tidak jelas. Kekerasan struktural menormalkan  perbedaan  akses ke sumber-sumber baik akses ke dalam aspek sosial, ekonomi, pendidikan, kekayaan, kualitas perumahan, layanan sipil, dan kekuasaan politik. Ini semua merupakan ketidakadilan sosial (social injustice) yang terjadi yang merupakan bentuk dari kekerasan struktural. Pemerintah berdiam diri dan bersikap diam terhadap tuntutan warga untuk mengembalikan aset tanah milik warga. Dan dibiarkan berlarut-larut dengan tetap menekan warga untuk tetap patuh dan taat terhadap pemerintah.

                                Menurut teori keadilan sosial  Opotowdalam Christie dan Wagner (2001)bahwa proses persepsi atau kognitif normal menyebabkan kita peduli tentang orang-orang di dalam lingkup keadilan kelompok sendiri (in group), tapi jarang peduli tentang orang-orang luar (outgroup). Ketidakadilan yang seketika dihadapkan jika hal itu terjadi kepada seseorang kita cinta dan berbeda jika itu terjadi kepada orang asing atau mereka yang tidak terlihat atau tidak relevan bagi kita. Pemerintah sebagai kelompok tersendiri (ingroup) yang menguasai segalanya dalam negara dengan outgroupyang disni adalah rakyat jelata yang memerlukan kepastian sosial, ekonomi, hukum, pendidikan, dan semua yang dibutuhkan rakyat. Yang mestinya adalah kata “kita” .

                                Kita tampaknya tidak akan dapat membuka pikiran kita dan hati kita kepada semua orang,  pengecualian moral adalah produk proses kognitif yang normal. Kita dapat mengurangi efek jahat dengan menjadi sadar dari persepsi kita yang terdistorsi mengenai keadilan. Keberpihakan yang timpang aparat polisi terhadap perlindungan hukum, keamanan, kepastian hukum, dan keadilan mestinya diutamakan aparat polisi dalam menjalankan fungsinya sebagai aparat yang mengayomi masyarakat secara luas. Aparat harus bersikap netral dan tidak berat sebelah. Tidak berpihak pada kelompok yang secara ekonomi menguntungkan, bahkan negara sekalipun.

                                PENYELESAIAN KONFLIK PERBATASAN MELALUI TEKNIK HYBRID ADR DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

                                Pengembangan Model Hybrid Arbitrase-MediasidenganUjiCoba di KabupatenMuaraEnimdenganOganIlirdanKabupatenMusiRawasdanLubukLinggau

                                MERIA UTAMA
                                A.ROMSAN
                                ZULHIDAYAT

                                FakultasHukumUniversitasSriwijaya

                                Sengketa perbatasan di beberapa wilayah di sumatera selatan apabila dibiarkan berlarut-larut akan mempengaruhi pembangunan di wilayah tersebut, dan bukan itu saja, masyarakat bahkan dapat menjadi korban karena adanya pembangunan yang terhambat dan akibat terburuknya bermuara pada sengketa antar masyarakat itu sendiri. Usaha yang dilakukan selama ini adalah penyelesaiaan yang dilakukan dengan jalur pengadilan. Namun hal ini belum berhasil dikarenakan proses pengadilan yang lama danberbelit-belit. Oleh karena itu diperlukan suatu mekanisme penyelesaian sengketa alternatif yang digunakan dalam penyelesaian masalah ini.

                                Tujuan khusus dari penelitian ini adalahmengembangkanmetodepenyelesaiansengketakonflik yang terbaikdenganmenggunakanmetode hybrid ADR, menguji effektifitas penggunaan metoda ini dalam masyarakat yang bersengketa dan mengembangkan model mekanisme alternatif yang terbaik yang akan digunakan sebagai sebuah model penyelesaian sengketa dalam masyarakat yang difokuskan pada kabupaten/kota di provinsi sumatera selatan yang mengalami konflik perbatasan di wilayahnya.

                                Model yang dihasilkan tadi akan diusulkan kepada pemerintah setempat untuk menjadi masukan bagi penyelesaian sengketa khususnya sengketa perbatasan di wilayah mereka.

                                Berkaitandengan proposal ini, untukkawasanwilayah yang ada di KabupatenOganIlirdanMuaraEnim, ataupunkabupatenMusiRawasdan Kota LubukLinggau, ataukabupaten-kabupatenlainyapeluanguntukterjadikonflik, baikkonflikperbatasan, ataupunkonflikperebutansumberdayaalam, ataupunkonflikantaramasyarakatdenganpemerintahakanselaluada. Untukitusebagaiantisifasiterjaditindakananarkisdarimasing-masingpihak, pengetahuantentangpenataankonflikdenganmenggunakanteknik ADR (Alternative Dispute Resolution) perluuntukdiperkenalkan. ADR merupakansebuahteknikpenyelesaiansengketa yang bersifat“Non-violence” melibatkanstake holders yang terlibatdalamsengketa.

                                PSSI VERSUS KPSI
                                KASUS

                                Konflik Sepakbola Indonesia, Sepakbola Indonesia makin runyam! Konflik yang terjadi di tubuh PSSI tak juga berakhir. Malah, kini Indonesia kembali terancam mendapat sanksi dari otoritas tertinggi sepakbola dunia, FIFA. Kecemasan publik sepakbola Indonesia akhirnya terjadi juga, di mana kini Indonesia memiliki dua induk organisasi sepakbola. Pertama adalah PSSI pimpinan Djohar Arifin Husin yang terpilih lewat jalur Kongres Luar Biasa di Solo, Juli lalu.

                                Satunya lagi adalah La Nyalla Mahmud Mattalitti. Nyalla terpilih sebagai Ketua Umum PSSI versi Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) yang baru menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) di Mercure Hotel, Ancol, Minggu (18/3/2012), sebagai bentuk kekecewaan mereka terhadap kinerja PSSI yang dinilainya banyak melanggar statuta.

                                Kondisi ini praktis membuat publik pecinta sepakbola Indonesia bingung. Mana yang sah di antara mereka? Jawabannya pun absurd. Pasalnya, masing-masing kubu mengklaim diri atau kubunya sah.
                                Di kubu PSSI pimpinan Djohar, mereka menyatakan bahwa satu-satunya organisasi yang diakui FIFA dan konfederasi sepakbola Asia, AFC adalah PSSI yang dia pimpin.

                                Sementara itu, kubu KPSI juga menyatakan keyakinannya bahwa hasil KLB yang mereka gelar kemarin akan diakui federasi yang dipimpin Sepp Blatter tersebut. Nyalla selaku ketua umum mengaku akan segera mengirimkan hasil KLB mereka ke FIFA, bahkan ke badan arbitrase dunia CAS dan arbitrase KONI. Padahal, sebelumnya gugatan KPSI ke CAS sudah dijawab dan berujung pada penolakan digelarnya KLB.

                                Dualisme Kompetisi
                                Sebenarnya, jika boleh jujur, permasalahan terbesar yang terjadi di sepakbola Indonesia adalah terpecahnya kompetisi menjadi dua, yakni Indonesian Premier League (IPL) yang digagas PSSI dan Indonesia Super League (ISL) yang bernaung di bawah KPSI dan PT. Liga Indonesia.
                                Untuk permasalahan ini, Djohar menyatakan bila PSSI siap mengakui ISL sebagai kompetisi legal, namun harus berjalan di bawah kontrol PSSI. Djohar menyatakan kedua kompetisi tersebut akan berjalan hingga akhir musim untuk kemudian dicarikan jalan keluarnya.

                                Dualisme kompetisi ini jugalah yang membuat Indonesia tidak bisa berbuat banyak di kancah dunia. Hasil minor ini tak lepas dari adanya dualisme kompetisi di mana PSSI tidak bisa memilih pemain-pemain terbaik, karena mayoritas pemain yang biasanya membela ‘Merah-Putih’ berlaga di ISL, kompetisi yang dilarang oleh FIFA.

                                Dalamkondisisepertikasusdiatassangatdiperlukanadanyakerendahanhatiuntukmenyingkirkan ego masing – masingpihaksertakeluasanberpikiruntukkepentingan yang lebihluas. Agar konflikiniselesaitentunyasyaratutamaadalahadanyasebuahsaranauntukmempertemukankepentinganantarkeduabelahpihak, yakni PSSI dan KPSI. Alportmenyatakanbahwaterdapatkondisikunci agar intergroup contact akanberdampakpositif, yakni: (Pettigrew ,1998)
                                1. Masing – masingkelompokmemandangsalingsetara (equal status)
                                Allportmenekankan Status grup yang samadalamsituasiini. Sebagianbesarpenelitianmendukungpendapatini, meskipun status yang sama, sulitdidefinisikan (Cagle 1973, Riordan 1978). Adalah penting bahwa kedua kelompok saling memandang status yang setara dalam sebuah situasi (Cohen & Lotan 1995, Cohen 1982, Riordan & Ruggiero 1980, Robinson & Preston 1976).
                                1. Common goals
                                Dalam usaha untuk saling bekerja sama masing - masing pihak perlu untuk saling tidak berprasangka. Mengikatkan komitmen pada Tujuan bersama yang disepakati terbukti mampu mengurangi prasangka dan rasa curiga antar kelompok.
                                Riset yang dilakukan oleh Sherif (dalam Tafjel,1981)  tentang tujuan bersama pada dua kelompok anak laki-laki yang sebelumnya bersaing hasilnya keduanya menyadari  tidak bisa dicapai secara terpisah, konflik kompetitif mereka sudah berakhir dan tidak ada alasan lain yang tersisa untuk mengabadikan divisi mereka menjadi dua kelompok. Dengan kata lain, tidak ada alasan untuk menganggap bahwa mereka datang bukan untuk merasa sebagai satu kelompok . (Tajfel 1981, Chap.14)
                                1. Kerjasama antar kelompok
                                Pencapaian tujuan bersama harus menjadi upaya saling tergantung tanpa disertai adanya kompetisi antarkelompok (Bettencourt et al 1992).
                                1. Dukungan otoritas serta hukum
                                Dengan adanya otoritas pengawasan dan sanksi yang tegas pada interaksi kedua belah pihak akan lebih berdampak positif 

                                Resolusi Konflik kawasan hutan

                                Ketegangan dan pertarungan klaim atas teritori dengan Negara

                                Akar dari persoalan konflik di kawasan hutan dapat dipadatkan dalam kalimat “tidak adanya kepastian penguasaan (tenurial security) tanah-tanah/SDA/wilayah kelola masyarakat”. Tumpang tindih klaim atas kawasan hutan terjadi di antaranya akibat legislasi dan kebijakan yang tidak terformulasi jelas, pemberian izin yang tidak terkoordinasi tidak adanya pelayanan Pemerintah/Pemda atas pengakuan terhadap hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal pengguna hutan lainnya. Ini memicu kemunculan konflik-konflik tenurial di kawasan hutan. Konflik yang sebagian bermuasal dari kebijakan kehutanan kolonial, dan sebagian lain muncul dan bereskalasi di masa kini. Hal ini berakibat pada pengurangan dan penutupan akses terhadap tanah, wilayah, dan SDA yang diperebutkan muncul dan meluas sebagai penghilangan hak ekonomi, sosial, budaya, dan hak sipil dan politik masyarakat, yang secara langsung berupa hilangnya wilayah hidup, mata pencaharian, harta benda hingga jatuhnya korban jiwa. Menyempitnya ruang hidup.

                                Menurut Sirait (2011) proses penyelesaian konflik yang telah dilakukan selama ini setidaknya dapat dikategorikandalam tiga kategori besar: Model Pertama, penyelesaiannya dilakukan langsung dengan pemegang ijin atau pengelola setempat, dengan pembayaran fee atas hasil hutan kayu kepada masyarakat sekitar. Model ini banyak dipraktekkan oleh HPH dimasa lalu dan juga difasilitasi Asosiasi untuk mendorong kebijakan daerah yang mengaturnya. Bahkan penyerahan sejumlah uang dan fasilitas umum (sepertirumah ibadah, fasilititas air dsb) dibuatkan acara khusus dengan menggunakan simbol adat budaya setempat. Terdapat pula model kesepakatan kesepakatan tertulis maupun tidak tertulis antara pengelola kawasan lindung maupun kawasan konservasi dengan membuka akses bagian tertentu oleh masyarakat. Model model ini sama sekali tidak melihat status tanah yang dipersengketakan dan sangat rentan atas perilaku koruptif dan represi.

                                Model kedua adalah menegosiasikan akses atas kawasan hutan berdasarkan fungsi kawasan hutan. Model-model ini dicoba dengan kebijakan kebijakan yang membuka akses bagi masyarakat untuk dapat melakukan pola pola tertetentu pada wilayah tersebut. Misal Kebijakan KDTI SK Menhut No. 47/1998 beberapa bulan sebelum reformasi 1998, dengan memberikan akses pada masyarakat adat Krui untuk tetap mengelola Repong Damarnya tanpa batas waktu, pada wilayah HL dan HP di Kelompok Hutan Pesisir, Lampung Barat. Kebijakan ini dibuat, merespons tuntutan masyarakat adat dan petani repong damar untuk mengembalikan tanahnya yang diambil oleh Dephut di tahun 1982.

                                Model ketiga adalah menegosiasikan status tanahnya, dengan menegosiasikan wilayah tertentu dikeluarkan dari kawasan hutan. Ada contoh model ini, yaitu pengalaman petani Sagara di Garut yang menuntut kembali status tanahnya yang diakui sebagai kawasan hutan produksi oleh Kehutanan dan dikelola oleh Perum Perhutani. Melalui proses yang panjang di meja pengadilan di tahun 1995 yang berakhir ditahun 1999, dimana dibuktikan melalui pengadilan bahwa kelompok hutan Pasir Salam, tidak memiliki data pengukuhan yang lengkap dan diakui sebagi tanah Negara bukan kawasan Hutan.

                                Resolusi Konflik Pasca MoU Helsinki :
                                Studi Kasus Langsa Provinsi Aceh
                                Bambang Wahyudi
                                FISIPOL UI

                                Berbagai literatur mengenai resolusi konflik menunjukkan bahwa persoalan konflik tidak hanya mengenai bagaimana mengakhiri konflik bersenjata (perang), namun juga mengenai hal bagaimana membangun perdamaian pasca penyelesaian perang. Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan gambaran bagaimana konflik di Aceh mentransformasikan dirinya, kemudian memberikan kerangka kerja yang memungkinkan pihak-pihak yang bermusuhan melakukan rekonsiliasi dan mentransformasikan pertentangan mereka ke dalam kegiatan tanpa kekerasan yang diikuti dengan tindakan pemeliharaan perdamaian yang lebih luas, yang meliputi usaha-usaha untuk mentransformasikan ketidakadilan dan menjembatani posisi yang berseberangan.

                                Data di lapangan menunjukkan bahwa cakupan resolusi konflik adalah lebih luas ketimbang upaya pengakhiran konflik, dan dengan cara pandang demikian, kesepakatan damai antara Pemerintah RI dan GAM adalah sebatas sebuah pengakhiran konflik bersenjata antara kedua belah pihak namun belum tentu pengakhiran konflik antara pihak-pihak yang bertikai di Aceh. Telah terjadi pergeseran konflik di Aceh, dari konflik yang bersifat vertikal antara “Aceh” dengan “Jakarta”, ke konflik horizontal antar masyarakat Aceh sendiri (Aceh GAM dengan Aceh RI). Pergeseran ini menunjukkan bahwa MoU Helsinki masih menyisakan permasalahan integrasi sosial yang potensial untuk menjadi bahan bakar konflik berikutnya dan mengancam integrasi nasional. Pergeseran konflik juga bisa dilihat dari cara pandang masing-masing pihak yang bertikai. Dari sisi GAM, perjuangan GAM belumlah dianggap selesai dengan konsensi-konsensi dalam MoU Helsinki. Kesejahteraan rakyat Aceh (GAM menyebutnya “bangsa Aceh”) dan hak-hak politik masih perlu diperjuangkan. Sedangkan dari pihak Jakarta dan masyarakat Aceh RI melihat perjuangan GAM ini sebagai pemberontakan dan pemberontakan ini telah mengalami transformasi, dari pemberontakan bersenjata ke pemberontakan simbolik.

                                Data menunjukkan bahwa penyelesaian konflik yang komprehensif masih perlu waktu karena hambatan-hambatan sebagai berikut : sentimen etnis dan kedalaman konflik (dikotomi Aceh dan Jawa), perbedaan kepentingan dan harapan warga Aceh terhadap perdamaian dan perubahan struktur aktor konflik serta potensi konflik laten (situasi anomi). Hambatan-hambatan ini menujukkan bahwa penyelesaian konflik membutuhkan peran serta warga Aceh secara luas termasuk unsur-unsur diluar GAM karena aktor-aktor konflik juga telah berubah, bukan antar “siapa” namun bisa meluas menjadi antar “situasi”. Langkah-langkah yang disarankan untuk menuju penyelesaian konflik yang komprehensif menuju perdamaian positif adalah fokus ke rekonsiliasi (fluiditas) dan transformasi konflik, dalam hal ini adalah transformasi konteks, transformasi struktural, transformasi aktor, transformasi persoalan, transformasi kelompok dan personal.

                                Resolusi konflik secara sosiologis adalah bagaimana mencapai keadilan dan kesejahteraan sosial. Perubahan kemasyarakatan dan pembangunan sosial-ekonomi serta politik merupakan katalisator dan lingkungan pemampu (enabling environment) untuk rekonsiliasi dan transformasi konflik. Oleh karena itu, peneliti menyarankan perlunya integrasi antara pembangunan perdamaian (kesejahteraan) di Aceh melalui upaya rekonsiliasi dan transformasi konflik (peace and development). Langkah-langkah integrasi itu antara lain transformasi ekonomi, pendidikan, sosial budaya, akses politik dan kepastian hukum.

                                Daftar Pustaka
                                • Christie, D. J., Wagner, R. V., & Winter, D. A. (Eds.). (2001). Peace, Conflict, and Violence:Peace Psychology for the 21st Century. Englewood Cliffs, New Jersey:Prentice-Hall.
                                • Taylor, E. S., Peplau, A. L., & Sears, O. D. 2009. Psikologi Sosial. Prenada Media Group. Jakarta.
                                • Lunenburg, C. F. 2011. Leadership versus Management: A Key Distinction—At Least in Theory.  INTERNATIONAL JOURNAL OF MANAGEMENT, BUSINESS, AND ADMINISTRATION VOLUME 14, NUMBER 1.
                                • (Diakses pada tanggal 28 Oktober 2012)
                                • . (Diakses pada tanggal 28 Oktober 2012)
                                • Christie, D. J., Wagner, R. V., & Winter, D. A. (Eds.). (2001). Peace, Conflict, and Violence: Peace Psychology for the 21st Century. STRUCTURAL VIOLENCEEnglewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall.

                                Tingkah Laku Sosial dalam Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial

                                $
                                0
                                0
                                Tingkah Laku Sosial dalam Lingkungan Fisik dan  Lingkungan Sosial - Mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan? Apakah perilaku dan kepribadian disebabkan terutama oleh genetik seseorang dan diberikan oleh alam? Atau karena lingkungan dan perlakuan seseorang dalam lingkungan tersebut?

                                Eksistensi manusia sebagai individu yang terkait dengan kehidupan individu lainnyaberarti bahwa manusia merupakan makhluk yang unikyang terdiri atas dua aspek penting yaitu antara aspek sebagai individudan aspek makhluk sosial bagian dari anggota masyarakat. Perilaku sosial individu berkembang melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Lingkungan dapat mempengaruhi dan membentuk perilaku individu. Kurt Lewin mengemukakan teori terbentuknya perilakudengan rumus B=f  (E - O), B = behavior, F = function, E = environment,dan O = organism, f perilaku (behavior)merupakan tergantung pada aspek lingkungan (environment) dan individu (organism)yang berinteraksi.

                                Perubahan lingkungan, polusi danteknologimembawakonsekuensi berbahayadantahan lamabagi manusia danalam.Bagaimana masyarakat melihat resiko tersebut adalah pertanyaan penting; persepsi resiko dapat mendorong atau menentang tindakan untuk mengatasi resiko tertentu. Perilaku manusia dan dinamikanya sangat kompleks.

                                Tingkah Laku Sosial dalam Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial_
                                image source: myktis.com
                                baca juga: Memahami Resolusi Konflik dan Negosiasi Menurut Para Ahli

                                Teori-teori Hubungan manusia dan lingkungan

                                Studi tentang hubungan antaramanusia dan lingkungan memiliki sejarah panjang namun telah tumbuh baik dari segi asumsi filosofis dana plikasi praktis. Sebuah tema yang berulang dalam studi Palaeo environmental telah membangun kepentingan relatif dari faktor manusia dan alam dan menyulut perubahan lingkungan tertentu. Sebelum tahun 1950-an, arus intelektual utama (mainstream) terkonsentrasi pada teori individu dan lingkungan yang menekankan efek menentukan (deterministik) alam pada masyarakat manusia dan budaya, dengan alam dianggap sebagai faktor penghambat untuk peluang perkembangan manusia.

                                Pandangan Determinisme Lingkungan (Environmental Determinism)

                                Determinisme lingkungan dikembangkan pada pertengahan abad XIX abad untuk menjelaskan perbedaan dalam standar hidup antara penjajah Eropa dan koloni mereka. Determinis lingkungan dipengaruhi olehteori sosial Darwinisme, dan paling menarik dikemukakan oleh Lamarck daripada versi evolusi Darwin (Livingstone 1992). Para pendukung teori, termasuk Friedrich Ratzel, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington, mengemukakan bahwa iklim dan topografi menentukan pengembangan relatif masyarakat, dan prospek untuk pengembangan di masa mendatang. Daerah beriklim sedang dipandang sebagai menyegarkan sedangkan iklim tropis dan kutub dianggap menghambat pembangunan atau perkembangan manusia. Para ahli geografi juga mendalilkan bahwa lembah sungai menghasilkan masyarakat yang bersemangat sementara lingkungan pegunungan menghambat perkembangan masyarakat.

                                Pengaruhlingkunganterhadap masyarakatdan budaya (determinisme lingkungan)


                                Tingkah Laku Sosial dalam Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial 1_
                                Gambar 1. Model konseptual untuk mengilustrasikan kaitan antara lingkungan dan masyarakat dalam sebuah kerangka kerja Determinisme Lingkungan

                                Sebuah model sederhana pada hubungan antara alam dan masyarakat, atau lingkungan dan masyarakat, adalah bahwa determinisme lingkungan(Gambar 2.1a), yang memberikan fokus untuk studi geografis dengan memperkenalkan tugas dan metode yang menyatukan manusia dan fisik untuk pertama waktu. Determinisme sebagai istilah luas yang mengacu pada penjelasan yang menetapkan faktor pengaruh lingkungan yang mendominasi seluruh sistem. Determinisme lingkungan secara khusus, menegaskan bahwa lingkungan alam menentukan jalannya budaya. Dalam model ini, masyarakat manusia terbatas pada berbagai hasil atau bahkan hasil tunggal dengan satu set tertentu dalam parameter lingkungan (gambar 1).

                                Tingkah Laku Sosial dalam Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial 2_
                                Gambar 2. Model konseptual untuk mengilustrasikan kaitan antara lingkungan dan masyarakat dalam kerangka kerja possibilisme (teori bahwa lingkungan menetapkan hambatan atau keterbatasan tertentu, tetapi budaya ditentukan secara berbeda oleh kondisi sosial yang ada).

                                Meskipun terdapat kelemahan pada konsep determinisme lingkungan, timbulnya konsep menyebabkan pertanyaan lebih lanjut mengenai bagaimana lingkungan mempengaruhi budaya danperkembangannya. Menanggapi tuntutan yang kuat pada konsep determinisme lingkungan, Franz Boas (1858-1942) menyajikan pandangan alternatif terkait keterbatasan lingkungan, yang disebut sebagai possibilism sejarah, yang mengklaim bahwa meskipun alam dapat membatasi peluang manusia, dan faktor budaya menjelaskan peluang atau kemungkinanapa yang sebenarnya dipilih. Boas menolak lingkungan sebagai penentu budaya dan sebaliknya mencari penjelasan untuk perbedaan budaya dalam sejarah budaya tertentu dari suatu masyarakat. Dia menyarankan bahwa ketersediaan sumber daya tidak mempengaruhi populasi untuk menggunakan sumber daya dengan cara tertentu dan menyimpulkan bahwa keputusan budaya menentukan arah perubahan budayanya sendiri (Gambar diatas). Dengan kata lain, Boas dkk. mentafsirkan budaya selektif terhadap lingkungan (Bennett 1976) (gambar 1).

                                Tingkah Laku Sosial dalam Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial 3_
                                Gambar 3. Inti budaya mengacu pad aciri-ciri subsistensi

                                Bagian lain daribudaya terhadap nonsubsisten terkait sifat-sifat
                                Model konseptual untuk mengilustrasikan kaitan antara lingkungan dan masyarakat dalam sebuah kerangka kerja ekologi budaya (cultural ecology) (After Milton, 1996).

                                Pada tahun-tahun pasca-perang dunia, ahli geografi meninggalkan setiap upaya terpadu pada penjelasan sifat masyarakat dan ahli geografi menyesuaikan dengan baik pada studi tentang sistem alamiah atau sistem manusia. Pada saat ini, antropolog yang tidak puas dengan teori-teori yang kaku pada perubahan budaya yang diwujudkan oleh determinisme lingkungan, namun diakui bahwa lingkungan lokal mempengaruhi fitur budaya, sehingga dikembangkan metodologi baru. Ekologi budaya didefinisikan antropolog Amerika Julian Steward, sebagai studi tentang proses dimana masyarakat menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana masyarakat berada (Steward 1968).
                                Perkembangan ekologi budaya merupakan inovasi yang signifikan dalam cara hubungan antara budaya dan lingkungan yang telah dikonseptualisasikan dengan baik; sementara determinisme lingkungan dan sejarah possibilismememperlakukan lingkungan dan budaya sebagai entitas terpisah yang saling mempengaruhi secara eksternal, ekologi budaya memperkenalkan konsep sistem yang terintegrasi dalam faktor budaya dan lingkungan yang saling berinteraksi (Milton 1996) (Gambar 3).

                                Pandangan Teori Transaksionalisme
                                Asumsi dasarnya adalah bahwa orang dalam sistem lingkungan merupakan unit analisis yang melibatkan transaksi (pengalaman dan tindakan) dari orang dengan lingkungan. Pendekatan transaksional selalu membahas sifat dan kualitas informasi dan umpan balik yang diberikan selama terjadi transaksi dengan lingkungan (Altman,Reser&Scherl dalam Gifford, R., Steg dan Reser, 2011). Transaksi antara individu dan setting fisik lingkungan (Gifford, 2007a), dalam transaksi tersebut orang mengubah lingkungan mereka, dan sebaliknya perilaku dan pengalaman mereka juga diubah oleh lingkungan dimana mereka tinggal. Dalam pandangan Ini termasuk teori, penelitian, dan praktek yang bertujuan untuk membuat lingkungan menjadi lebih bersifat manusiawi dan dapat meningkatkan hubungan manusia dengan lingkungan alam.

                                Karakteristik utama daripendekatan transaksionalismedapat disintesis sebagai berikut (SaegertdanWinkel dalam Bechtel dan Churchman, 2002):
                                1. Masyarakat dalam lingkungan menyediakanunitanalisis.
                                2. Individudan lingkunganyang dinamis mendefinisikandan mengubahsatu sama laindari waktu ke waktusebagaiaspekkeseluruhankesatuan.
                                3. Stabilitasdan perubahanhidup berdampingansecara terus menerus.
                                4. Arahperubahanmuncul.
                                5. Perubahan-perubahan yangterjadi padasatu tingkatmempengaruhitingkat lain.

                                3 Dimensi hubungan perilaku manusia dengan lingkungan
                                Menurut Wohwill (dalam Fisher, 1984) terdapat 3 dimensi hubungan perilaku manusia dengan lingkungan:
                                1. Intensitas, terkait dengan kesesakan atau justru kelenggangan yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis individu.
                                2. Keanekaragaman, berkaitan dengan banyaknya informasi yang masuk atau justru sedkitnya informasi yang masuk dan tak sebanding dengan kapasitas pemrosesan informasi. Jika informasi yang diterima berlebih maka dapat terjadi overload dan jika informasi yang diterima terlalu sedikit maka dapat terjadi informasi yang monoton.
                                3. Keterpolaan, terkait dengan keteraturan suatu pola,semakin teratur suatu pola semakin mudah dikenali oleh individudan sebaliknya.

                                Sekian artikel ilmu psikologi tentang Tingkah Laku Sosial dalam Lingkungan Fisik dan  Lingkungan Sosial. Semoga bermanfaat.

                                Daftar Pustaka
                                • Anne Mairs. (2007). Islands and human impact. University of Edinburgh, Unpublished PhD Thesis. 398 pp. 
                                • Altman, I. (1975). The environment and social behavior: Privacy, personal space, territoriality,and crowding. Monterey, CA: Brooks/Cole. 
                                • Baker, M. A., & Holding, D. H. (1993). The effects of noise and speech on cognitive task performance. Journal of General Psychology, 120, 339–355. 
                                • Bechtel, B, R., & Churchman, A. (2002). Handbook of environmental psychology. John Wiley & Sons, Inc. 
                                • Evans, G. W., & Saegert S. (2000). Residential crowding in the context of inner city poverty. In S. Wapner, J. Demick, C. T. Yamamoto, & H. Minami (Eds.), Theoretical perspectives in environment-behavior research: Underlying assumptions, research problems , and methodologies (pp. 247–267). New York: Kluwer Academic/Plenum Publishers. 

                                Pengaruh Suhu, Kebisingan, Penerangan, dan Polusi Terhadap Hasil Kerja

                                $
                                0
                                0
                                Pengaruh Suhu, Kebisingan, Penerangan, dan Polusi Terhadap Hasil Kerja - Dalam suatu organisasi sering terjadi perubahan tuntutan terhadap hasil kerja serta perubahan dalam peraturan kerja yang menyebabkan tekanan-tekanan yang harus dihadapi individu dalam lingkungan kerja. Tekanan-tekanan itu disebut dengan stressor lingkungan kerja. Stressor lingkungan kerja yang sering dialami karyawan yaitu stressor lingkungan kerjafisik dan psikis. (Suharto, 2014).

                                Kerja dapat memberikan beberapa hal yang terbaik dan beberapa pengalaman terburuk dalam hidup individu. Banyak faktor yang menentukan produktivitas seseorang, stres, dan kepuasan di tempat kerja seseorang, psikolog telah menyadari bahwa lingkungan fisik memberikan pengaruh penting pada produktivitas dan kepuasan karyawan. Psikolog lingkungan melakukan penelitian tentang kaitan antara lingkungan fisik dengan:
                                1. Datang ke tempat kerja,
                                2. Kinerja, perasaan, perilaku sosial, kesehatan, dan Stres di tempat kerja,
                                3. Mencoba untuk menikmati hidup setelah bekerja (dengan bepergian).

                                Pengaruh Suhu, Kebisingan, Penerangan, dan Polusi Terhadap Hasil Kerja_
                                image source: www.40cg.com
                                baca juga: Tingkah Laku Sosial dalam Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial

                                Pengaruh Suhu, Kebisingan, Penerangan, dan Polusi Terhadap Hasil Kerja 2_
                                Gambar Model Pengaruh setting fisik kerja pada kinerja karyawan

                                Temperatur
                                Iklim dalam ruangan diukur dengan suhu efektif, yang meliputi kelembaban dan gerakan udarasertasuhu. Suhu ekstrim lingkungan yang efektif tidak mempengaruhi banyak perilaku kerja kecuali jikaterdapat perubahan pada suhu inti tubuh manusia. Pengaruh suhu juga biasanya teredam oleh akses kepakaian yang lebih berat dan tebal atau sebaliknya lebih ringan dan tipis. Berbagai efek suhu dilaporkan dari sebagian hasil pengukuran terkait faktor pakaian, serta banyak orang lain termasuk tingkat aklimatisasi (temperatur atau suhu), pengetahuan tentang strategi coping, motivasi, dan jenis pekerjaan (Gifford, 2007a, p.385). Para psikolog lingkungan telah menguraikan penjelasan tentang pakaian yang berhubungan dengan tingkat kenyamanan, psikolog lingkungan telah menemukan bahwa kenyamanan tergantung pada persepsi serta suhu efektif dan kinerja yang optimal dapat ditemukan di luar pakaian yang nyaman untuk dipakai (Nelson, Nilsson, &Hopkins, 1987).

                                Stres suhu atau temperatur terjadi ketika individu pada awalnya mengalami suhu lingkungan  di luar zona kenyamanan fisik individu, tetapi banyak orang bisa beradaptasi dengan suhu yang lebih ekstrim setelah berada cukup lama dalam lingkungan dengan suhu ekstrim misalnya lingkungan yang sangat dingin dan panas.

                                Kebisingan (noise)
                                Kebisingan memiliki banyak efek pada aktivitas kerja dan perasaan. Dalam pengaturan industri, dapat menyebabkan gangguan pendengaran serius. Suara keras sangat berbahaya ketika karyawan tidak menyadari bahwa ketulian datang perlahan-lahan danhampir tak kentara. Meskipun anggapan umum bahwa kebisingan mempengaruhi kinerja, penelitian dalam lingkungan alami menunjukkan (a) bagaimana kompleksnya masalah ini dan (b) bahwa penurunan kinerja tergantung pada tugas, orang, dan jenis suara (Baker& Holding, 1993). Kebisingan merugikan kinerja seseorang ketika bekerja dengan kombinasi kebisingan tertentu seperti kebisingan antar karyawan, tugas, dan jenis suara yang muncul, tetapi tidak dalam kondisi tertentu lainnya, untuk tugas-tugas tertentu, kebisingan bahkan mungkin membangkitkan kinerja seorang karyawan dengan baik (Miller, 1974). Kebisingan merupakan masalah serius dikantor terbuka yang modern.

                                Karyawan menemukan kebisingan (noise) datang dan pergi, suara bising memasuki ruang kerja yang mengganggu, dan ketika suara kata-kata mereka sendiri terkalahkan dengan kebisingan dapat mengganggu privasi mereka (Hedge, 1982). Kebisingan kantor bahkan dapat mempengaruhi perilaku interpersonal yang penting, dari penampilan sebagian orang dalam menilai teman sekantor (Sauser, Arauz, &Chambers, 1978). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan jangka panjang dalam ruang suara yang  keras memiliki efek fisiologis yang serius di luargangguan pendengaran, seperti peningkatan masalah kardiovaskular (Welch, 1979).

                                Illumination (pencahayaan)
                                Cahayamempengaruhiperilaku kerjaterutamaketikacahaya kurang memadai(yang mengarah ke produktivitas rendah dankecelakaan) atau tidak ditempatkan dengan benar(yang mengarah pada cahayasilaudankelelahan mata).Sebuahpenelitian meta-analisis menunjukkan bahwadalam kisaran normal, peningkatanpenerangancahaya dapat meningkatkan kinerja(Gifford, Hine, &Veitch, 1997).Banyak karyawantidak sukacahaya pendar (lampu neon) danbentuk-bentukbarulainnyapencahayaan, beberapa di antaranyamendistorsiwarna(Megaw &Bellamy,1983).Penempatan lampu penerangan lokalyang ditempatkan secara hati-hati dapat  menyelesaikanbeberapa masalah terkait pencahayaan.

                                Akses pada pencahayaan alamidanpemandangan alamisecara psikologispenting. pengaturantata ruang alamiah (efek sinar matahari) efekny penelitian efek pencahayaan alamiahsedikit terdokumentasikanterkait  kinerja, tetapikaryawan sangatsensitif terhadapruang,dan tidak merasa senangdengan banyakpengaturanyang ada(Ng &Gifford, 1984).Akses menujucahaya alamidanpemandangansecara psikologispenting.

                                Banyak pengaturan terbuka dapat mengurangi komunikasi yang diinginkan dan meningkatkan komunikasi yang tidak diinginkan (Zalesny &Farace, 1987). Pengaturan pencahayaan kantor mengarahkan pengunjung untuk membentuk kesan karakter pemilik kantor dan status  sosial pemiliknya (Morrow &McElroy, 1981). Banyak organisasi membatasi tingkat di mana karyawan dapat mengatur atau menyesuaikan kantor mereka. Psikolog lingkungan telah terlibat dalam setting desain tata ruang perkantoran dari masalah kebisingandan cahaya. Desain kantor yang lebih baik tidak hanya hak dasar karyawan, tetapi desain kantor terkait  juga terkait dengan masalah keuangan, semakin efektif tata ruang semakin tinggi kinerja karyawan. Sebuah studi komprehensif menemukan fakta bahwa perbaikan tata ruangdan pintu kantor akan menyebabkan peningkatan produktivitas15% untuk manajer dan karyawan profesional-teknis, dan17,5% untuk pekerja administrasi (Brill, Margulis, &Konar, 1984). Penelitian serupa melaporkan 10 sampai 50% produktivitas meningkat dengan kondisi desain tempat kerja dengan lebih baik (Gifford, 1992).

                                Polusi
                                Beberapa komponen udara termasuk karbon monoksida, ion udara, dan bau busuk dapat mempengaruhi kinerja, tetapi efeknya tidak terlalu mencolok dalam kondisi normal (ketika udara bersih) (National Academyof Sciences, 1977). Ketika udara membawa kotoran bahan kimia atau organisme penyebab penyakit, secara serius dapat mengganggu kesehatan. Kurangnya kontrol atas udara yang burukdapat mempengaruhi ketekunan di tempat kerja dan, dalam beberapa keadaan, mendorong perasaan negatif antara karyawan.

                                Sekian artikel ilmu psikologi tentang Pengaruh Suhu, Kebisingan, Penerangan, dan Polusi Terhadap Hasil Kerja. Semoga bermanfaat.

                                Daftar Pustaka
                                • National Academy of Sciences. (1977). Medical and biological effects of environmental pollutants. Washington, DC: National Academy of Sciences. 
                                • Sauser, W. I., Jr., Arauz, C. G., & Chambers, R. M. (1978). Exploring the relationship between level of office noise and salary recommendations: A preliminary research note. Journal of Management, 4, 57–63.
                                • Scannell, L.&Gifford, R. (2010). Defining place attachment: A tripartite organizing framework. Journal of Environmental Psychology 30. P. 1–10. 
                                • Suharto, A. (2014). PENGARUH STRESSOR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI JOB STRESS. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 2(2). 
                                • Welch, B. L. (1979). Extra-auditory health effects of industrial noise: Survey of foreign literature. Aerospace Medical Research Laboratory, Aerospace Medical Division, Air Force Systems Command, Wright-Patterson AFB, June 1979.

                                Memahami Privacy & Crowding dan Ruang & Interaksi Sosial

                                $
                                0
                                0
                                Memahami Privacy & Crowding dan Ruang & Interaksi Sosial - Crowding atau kepadatan adalah keadaan psikologis yang terjadi ketika kebutuhan ruang melebihi pasokan yang tersedia (Stokols, 1972). Tingkat kepadatan yang sama mungkin dialami sebagai lebih atau kurang padat karena perbedaan individu (misalnya budaya, kepribadian, jenis kelamin, usia) atau faktor situasional (misalnya durasi temporal, aktivitas, privasi lawan ruang publik,Stokols, 1972).

                                Kepadatan (density): parameter ruangfisik, jumlah orang atau unit ruang (kepadatan sosial) atau kaki persegi per orang (kepadatan spasial).

                                Memahami Privacy & Crowding dan Ruang & Interaksi Sosial_

                                Crowding: pengalaman ketidaknyamanan psikologis yang timbul dari persepsi jumlah ruang yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan penghuni(Stokols, 1972).



                                Karena ruang yang tersedia berkurang, crowding (kerumunan atau kepadatan)membuat individu sulit untuk mengatur interaksi sosial, membatasi pilihan perilaku dan mengarah ke invasi ruang pribadi. Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa crowding meninggikan stres fisiologis, orang-orang yang ebih lama mengalami kerumunan, semakin besarderajat stres fisiologisnya.(Evans, 2006). Sebagai contoh, crowding meninggikan konduktansi kulit, tekanan darah dan hormonstres (Evans, 2001).

                                Terlalu lama berada dalam kepadatan populasi dalam ruangan yang tinggi dapat melemahkan mental dan kesehatan fisik, kinerja tugas, perkembangan anak, dan interaksi sosial (Evans&Saegert, 2000).Individu dalam beberapa budaya tampak mengatasi kepadatan tinggi dengan lebih baik, tapi ketika beban stimulus sistem sensori tubuh overload dan kurangnya kontrolpribadi mengarah padabanyak dampak negatif.

                                Kepadatan tinggi jangka pendek dapat memiliki hasil positif ketika kondisi sosial dan fisik yang positif. Kepadatan ruangan luar yang tinggi, seperti dikota-kota besar, tentu dapat memberikan berbagai pengalaman sosial dan budaya yang menyenangkan. Secara umum, kepadatan tinggi cenderung memperbesar kondisi sosial yang sudah ada sebelumnya (Freedman, 1975). Untuk mengurangi efek negatif kepadatan tinggi melalui desain lingkungan, lebih banyak ruang tidak selalu diperlukan. Desain lingkungan seperti partisi dan tata ruang dapat meringankan crowding dalam ruangyang terbatas.

                                Gender dapat memoderasi efek stressor crowding. Secara umum, pria menunjukkan reaksi fisiologis yang lebih kuat ketika berada dalam kerumunan (crowding) daripada wanita, seperti tekanan darah tinggi (Evans, Lepore, Shejwal, &Palzane, 1998). Secara hipotesis, perbedaan gender dalam reaksi terhadap crowding bisa berasal dari orang-orang yang memiliki zona ruang pribadi lebih besar daripada wanita, atau perbedaan-perbedaan ini bisa disebabkan karena laki-laki memiliki kecenderungan kurang bersahabat, dan dengan demikian kurang toleransi untuk crowding dibandingkan pada wanita.

                                Ketikaorang merasa sesak atau berada (crowd) mereka juga mengalami stres psikologis: mereka menunjukkan emosi negatif, ketegangan, kecemasan dan tanda-tanda nonverbal gugup seperti gelisah atau bermain dengan benda berulang (Evans &Cohen, 1987). Crowding secara konsisten terkait dengan penarikan sosial (social withdrawal), mekanisme koping ditandai dengan kontak mata berkurang, menjaga jarak interpersonal yanglebih besar dan penghambatan lebih jelas dalam memulai percakapan. Penarikan sosial pada gilirannya dapat menghambat faktor pelindung seperti pengembangan kesehatan mentaldan pemeliharaan hubungan yang mendukung secara sosial.

                                Bukti pada crowding, penarikan sosial dan dukungan sosial menekankan pada karakteristik yang menarik pada reaksi individu terhadap kondisi lingkungan suboptimal. Manusia beradaptasi tetapi mereka membayar harga mahal demi adaptasi ini (McEwen, 2002). Misalnya, ketika mereka menghadapi crowding dengan cara penarikan diri, mereka secara tidak sengaja merusak dukungan sosial, sehingga mengurangi sumber daya untuk menangani stres lainnya yang pada akhirnya dapat diterjemahkan sebagai peningkatan risiko untuk kesehatan mental (Evans & Cohen, 2004).

                                Ruang dan Interaksi Sosial

                                Mengelola Ruang Sosial
                                Orang menggunakan ruang fisikdi antara mereka sesuai dengan aturan yang kompleks dan dengan preferensi  yang sangat kuat. Meskipun aturan dan preferensi ini tidak selalu disadari, kepentingan mereka penting tiba-tiba menjadi jelas ketika mereka terganggu. Ruang pribadi, teritorial, dan crowding adalah dimensi utama ruang sosial.

                                Privasi

                                Privasi adalahpusat-privasi menyediakanperekatyang mengikatempat konsepyang saling terkait (privasi yang diinginkan, mekanisme kontrol interpersonal, privasi yang tercapai, dan optimum atau privasi yang dicapai=privasi yang diinginkan). Privasi adalah proses regulasi di mana seseorang atau kelompok membuat diri mereka sendiri lebih atau kurang dapat diaksesdan terbuka untukorang lain. Konsepruang pribadidanteritorialadalah mekanismeyang digerakkanuntuk mencapaitingkat privasi yang diinginkan. Crowdingadalah kondisisosial di mana mekanisme privasi belum berfungsi secara efektif, sehingga mengalami kelebihankontak sosialyang tidak diinginkan. Perilakuprivasiterkait sifat-sifatberoperasi sebagaisistem yang koheren. (Altman, 1975).

                                Isolasisosial
                                Privasiyang sebenarnya>privasi yang diinginkan

                                Crowding
                                Privasiyang sebenarnya<privasi yang diinginkan

                                Gambar 4 dimensi privasi yang saling mengikat

                                Ruang pribadi atau personal
                                Sebuah areadenganbatastak terlihatyang mengelilingitubuh seseorangdi manapengganggutidak bisa datang"(Sommer, 1969). Ruang pribadiadalah jarakdan komponen orientasidinamishubungan interpersonal(Gifford, 2007a). Gambar Dimensirata-rataruang pribadi bagi mahasiswa Amerika Utara, jarak ini akan berbeda berdasarkan budaya dan situasi (dariGifford, 2007a).


                                Inferensi atau gambaran tentang orang lain sering diambil berdasarkan jarak antar personal yang dipilih seseorang (Patterson&Sechrest). Banyak pengaruh personal dan situasional yang berinteraksi dengan preferensi tertentu untuk jarak antar pribadi. Misalnya, laki-laki memiliki ruang pribadi yang lebih besar. Daya tarik dan kerjasama umumnya menyebabkan jarakinterpersonal yanglebih dekat, sedangkankonteksyang kurangpositif sepertistigmadan statusyang tidak samamenyebabkanjarakyang lebih besar. Ketikapengaturanfisikkurangluas, jarakinterpersonal yangyang lebih besarakan dipilih oleh seseoang.Dalam hal ini, terdapat perbedaan budayaterkait jarakinterpersonal (Hall).



                                Antropolog EdwardT. Balai menjelaskan empat level jarak sosial yang terjadi dalam situasi yang berbeda:

                                1. Jarak intim -6 sampai 18 inci
                                Tingkatjarak fisik inisering menunjukkanhubungan yang lebih dekatataukenyamanan yang lebih besarantar individu. Hal ini seringterjadi selamahubungan intimsepertimemeluk, berbisik, ataumenyentuh.

                                2. Jarak pribadi -1,5 -4 kaki
                                Jarak fisikpada tingkat inibiasanya terjadi antaraorang-orangyang menjadi anggotakeluarga atauteman dekat. Semakin dekatorang-orangdapatdengan nyamanberdirisaat berinteraksidapatmenjadi indikatorkeintimanhubungan.

                                3. Jarak sosial -4 sampai 12 kaki
                                Tingkatjarak fisik inisering digunakandenganindividu yangbaru kenal.
                                Denganseseorang yang Anda kenalcukup baik, sepertirekan kerja,melihat orang yang ketemubeberapa kali dalam eminggu, seseorangmerasa lebihnyamanberinteraksipada jarakyang lebih dekat.Dalamkasus di manaAnda tidak tahuorang lainjuga, sepertisopir pengirimanpos, seseorang hanya melihatsekali dalam sebulan, jarak 10sampai 12 kakiakan dirasalebih nyaman.
                                Dalamkasus di manaAnda tidak tahuorang lainjuga, sepertisopir pengirimanposAnda hanya melihatsekali sebulan, jarak 10sampai 12 kakimungkin merasalebih nyaman.

                                4. Jarakpublik-12 sampai 25 kaki
                                Jarak fisikpada tingkat inisering digunakandalam situasiberbicara di depan umum. Berbicaradi depankelaspenuhmahasiswa ataumemberikan presentasidi tempat kerjaadalah contohdari jarak publik.



                                Attachment to places (kelekatan pada tempat)

                                Perlekatan pada tempat adalah ikatan yang terjadi antara individu dan lingkungan yang berarti. Perlekatan pada tempat telah diteliti cukup luas, dantelah didefinisikan dalam berbagai cara. Berbagai definisi konsep ditinjau dan disintesis menjadi tiga dimensi, orang, proses, dan tempat sebagai kerangka kerja. Dimensiorang padaperlekatan tempatmengacu padamaknayangberartisecara individual maupun kolektif. Dimensipsikologismeliputiafektif, kognitif, dan komponen perilaku perlekatan pada tempat. Dimensiperlekatan tempat menekankan karakteristik perlekatan pada tempat, termasuktingkatspasial, spesifisitas, dan menonjolnya elemen sosial atau fisik. Selain itu,fungsipotensialdariperlekatan tempatjuga menjadi dimensi yang penting dalam perlekatan tempat (Scannell dan Gifford, 2010).

                                Terdapat tiga kerangka kerja perlekatan tempatyang berarti, yaitu:
                                1. Dimensi pertamaadalahaktor: siapa yangmelekat? Sampai sejauh mana maknaperlekatan pada tempat terjadiberdasarkanindividualdankolektif. perlekatan pada tempatterjadibaik padaindividu dan kelompok
                                  tingkat, dan meskipundefinisiistilahcenderung menekankan
                                  salah satu dari yanglain, keduamungkin tumpang tindih.Padatingkat individumelibatkanhubungan pribadiseseorangke suatu tempat. Misalnya, perlekatan tempatperlekatan pada tempatkuatuntuksettingyangmembangkitkan kenanganpribadi, danjenis tempatperlekatan pada tempatdidugaberkontribusi terhadaprasastabildiri(
                                2. Dimensi keduaadalah prosespsikologis: bagaimanaemosi, kognisi, dan perilakuseseorang diwujudkandalam perlekatan tempat?
                                3. Dimensiketiga adalahobyekperlekatan, termasukkarakteristikperlekatan tempat, sifat tempat perlekatan.

                                Sekian artikel tentang Memahami Privacy & Crowding dan Ruang & Interaksi Sosial. Semoga bermanfaat.

                                Daftar Pustaka

                                • Anne Mairs. (2007). Islands and human impact. University of Edinburgh, Unpublished PhD Thesis. 398 pp.
                                • Altman, I. (1975). The environment and social behavior: Privacy, personal space, territoriality,and crowding. Monterey, CA: Brooks/Cole.
                                • Baker, M. A., & Holding, D. H. (1993). The effects of noise and speech on cognitive task performance. Journal of General Psychology, 120, 339–355.
                                • Bechtel, B, R.,  & Churchman, A. (2002). Handbook of environmental psychology. John Wiley & Sons, Inc.
                                • Evans, G. W., & Saegert S. (2000). Residential crowding in the context of inner city poverty. In S. Wapner, J. Demick, C. T. Yamamoto, & H. Minami (Eds.), Theoretical perspectives in environment-behavior research: Underlying assumptions, research problems , and methodologies (pp. 247–267). New York: Kluwer Academic/Plenum Publishers.
                                • Freedman, J. L. (1975). Crowding and behavior. San Francisco: Freeman.

                                Aplikasi Psikologi Sosial dalam Bidang Hukum dan Contoh Kasus

                                $
                                0
                                0
                                Aplikasi Psikologi Sosial dalam Bidang Hukum dan Contoh Kasus - Psikologi sosial mempelajari banyak topik yang berkaitan dengan pemikiran dan perilaku sosial. Karenanya tidak mengejutkan bahwa riset psikologi sosial juga dilakukan pada sejumlah topik hukum. Pada bahasan berikut akan diulas mengenai identifikasi saksi mata (eye witness) dan kesaksian, saksi palsu, deteksi kebohongan, keputusan juri, kesaksian ahli, sikap terhadap hukuman mati, dan diskriminasi dalam sistem hukum.

                                Identifikasi saksi mata dan kesaksian

                                Kesalahan identifikasi oleh saksi mata seperti kisah nyata Steven Avery mungkin bukan kejadian langka. Beberapa ahli percaya bahwa kekeliruan saksi mata adalah penyebab utama dari hukuman yang salah, yang menyebabkan ribuan orang tak bersalah dimasukkan dalam penjara (Scheck, Neufeld, & Dwyer).  Banyak penelitian juga menunjukkan bahwa identifikasi saksi mata sering tidak akurat (Wels dan Olson).

                                Dalam sebuah studi dua asisten periset berpura-pura sebagai  konsumen yang mengunjungi 63 toko. Agar pelayan toko memperhatikan mereka, asisten itu sengaja berperilaku aneh. Misalnya, seorang asisten membayar sebungkus rokok dengan dengan menggunakan uang recehan logam semua dan meminta petunjuk ke lokasi yang jauh dari toko. Dua jam kemudian, sepasang lelaki dengan mengenakan setelan datang ke toko, memperkenalkan diri sebagai pengacara yang sedang magang dan meminta pelayan toko mengidentifikasi si asisten dari enam foto. Pelayan yang mengidentifikasi dengan tepat hanya 34 persen. Dengan kata lain, hanya 2 jam setelah berinteraksi dengan orang yang aneh, 65 persen pelayan salah dalam mengidentifikasi.

                                Aplikasi Psikologi Sosial dalam Bidang Hukum dan Contoh Kasus_
                                image source: www.clarowny.com
                                baca juga: Memahami Privacy & Crowding dan Ruang & Interaksi Sosial

                                Mengapa identifikasi saksi mata terkadang tidak dapat diandalkan? Para psikolog sosial membedakan dua faktor yang mempengaruhi identifikasi saksi mata.

                                1. Estimator variables
                                  Variabel estimator adalah faktor yang terkait dengan saksi mata atau situasi dimana suatu kejadian itu disaksikan. Jarak saksi mata dengan situasi atau kejadian yang dilihatnya, besarnya rasa takut yang dirasakan saksi, dan ras dari saksi serta pelaku kejahatan adalah contoh dari variabel estimator.

                                  2. System variables
                                    Variabel sistem adalah faktor yang berada dibawah kontrol sistem pengadilan atau hukum. Bias dalam urutan barisan tersangka dan pertanyaan sugestif yang diajukan polisi atau jaksa adalah contoh dari variabel sistem.

                                    Sebelum mendiskusikan sistem individual dan variabel estimator, perlu untuk mengulas tiga proses psikologis yang terlibat dalam identifikasi saksi mata;

                                    1. Akuisisi
                                      Akuisisi adalah proses memahami dan mengiterpretasikan informasi. Untuk memberikan kesaksian yang reliabel, saksi mata harus memperhatikan aspek penting dari kejadian, seperti karakteristik fisik dari pelaku dan urutan perilakunya. Saksi juga harus bisa menginterpretasikan informasi kejadian secara akurat.

                                      2. Penyimpanan
                                        Storage atau penyimpanan adalah proses menyimpan informasi yang diterima ke dalam memori. Kasus hukum sering berjalan terlambat, ada banyak jeda waktu antara menyaksikan kejadian, pertanyaan polisi, dan kesaksian di pengadilan. Maka dari itu penting bahwa saksi mata dapat menyimpan informasi yang diperolehnya.

                                        3. Pengambilan informasi (retrieval)
                                          Adalah proses mengingat kembali atau pengambilan kembali informasi yang tersimpan dalam memori. Saksi mungkin harus mengingat-ingat beberapa informasi yang mereka tahu, termasuk pertanyaan polisi, identifikasi barisan tersangka, dan kesaksian di pengadilan.

                                          Variabel estimator

                                          Variabel estimator merupakan faktor yang mempengaruhi identifikasi saksi mata yang terkait dengan saksi atau situasi di mana kejadian itu disaksikan. Terdapat beberapa aspek dalam variabel estimator:

                                          1. Kesempatan melihat
                                            Agar saksi mata bisa mendapat informasi dengan lengkap dan akurat tentang suatu kejadian, saksi perlu mampu melihat dan mendengar secara jelas. Orang yang menyaksikan suatu kejadian dari jarak 20 meter pada siang hari yang cerah akan mampu memberikan informasi yang lebih baik daripada orang yang menyaksikan kejadian dari jarak 100 meter pada saat gerimis. Karenanya tidaklah mengejutkan bahwa Mahkamah Agung AS berpendapat bahwa kesempatan saksi untuk melihat suatu kejadian dan tingkat perhatian saksi terhadap kejadian adalah faktor-faktor yang harus dipertimbangkan saat mengevaluasi kesaksian saksi mata. Saksi lebih mungkin mengidentifikasi wajah dengan benar apabila mereka bisa melihat lebih lama dan bila mereka mampu mencurahkan banyak perhatian pada wajah pada fase akuisisi. Sayangnya saksi sering tidak menyadari efek dari kondisi penglihatan yang kurang jelas.

                                            2. Stres dan arousal
                                              Individu yang menyaksikan kejahatan seringkali mengalami stres emosi negatif lainnya. Saksi bisa jadi marah saat kejadian terjadi, mencemaskan korban atau takut. Emosi negatif ini mempengaruhi kinerja memori saksi mata. Individu yang menyaksikan kejadian emosional negatif, cenderung memiliki memori yang akurattentang peristiwa itu, namun kurang akurat dalam mengingat apa yang terjadi sebelum dan sesudah kejadian.

                                              3. Fokus senjata
                                                Bayangkan, anda akan menyimpan uang di bank saat tiba-tiba lelaki di belakang anda mengeluarkan pistol. Orang itu menodong anda dan mengancam akan menembak jika dia tidak segera diberi uang oleh teller bank. Anda sangat mungkin melihat pada psitol saat teller mengambil uang. Akibatnya anda mungkin hanya ingat tentang pistol daripada kejadian perampokan di bank itu. Fenomena ini disebut sebagai weapon focus effect (efek fokus senjata) telah ditunjukkan dalam beberapa studi (Steblay).

                                                4. Bias Ras sendiri
                                                  Saksi cenderung lebih akurat dalam mengidentifikasi individu yang merupakan anggota sesama ras ketimbang ras lain. (Meissner dan Brigham).

                                                  Own race Bias adalah contoh dari efek homogenitas out group. Orang mampu membedakan antara anggota ras mereka sendiri tetapi sering sulit membedakan ras orang lain yang dimatanya tampak sama semua. Efek ini cenderung lebih kuat pada individu kulit putih daripada kulit hitam. Individu kulit hitam cenderung lebih sering melihat dan berjumpa kulit putih daripada sebaliknya, akibatnya, individu kulit hitam mungkin lebih mampu untuk membedakan orang kulit putih.

                                                  5. Interval retensi
                                                    Lamanya waktu yang berlalu antara penyaksian suatu kejadian dengan melakukan identifikasi atau pemberian kesaksian dikenal sebagai interval retensi. Mungkin tidak mengejutkan lagibagi anda untuk mengetahui bahwa akurasi identifkasi saksi mata akan menurun seiring dengan berlalunya waktu. Semakin lama interval antara penyaksian kejadian dengan pemberian kesaksiansemakin kurang akurat kesaksiannya.

                                                    Variabel sistem

                                                    Variabel sistem merupakan faktor yang mempengaruhi identifikasi saksi mata yang berada dibawah kontrol langsung dari sistem pengadilan atau hukum.  Terdapat beberapa aspek penting dalam variabel sistem:

                                                    1. Pertanyaan sugestif
                                                      Beberapa pertanyaan bersifat sugestif meski tidak dimaksudkan secara sengaja untuk menyesatkan. Misalnya perubahan kecil dalam susunan kata pertanyaan dapat mempengaruhi cara orang menjawabnya. Terdapat tiga penjelasan utama tentang bagaimana informasi pasca kejadian bisa mempengaruhi memori. Yang pertama adalah :

                                                      a. Over writing hypothesis
                                                      Hipotesis yang berasumsi bahwa informasi yang diterima oleh saksi setelah melihat kejadian menggantikan ingatan tentang kejadian asli. Informasi pasca kejadian, menggantikan informasi yang disimpan seseorang tentang kejadian itu mengubahnya secara permanen.
                                                      b. Forgeting (hipotesis lupa)
                                                      Seiring dengan berlalunya waktu, orang melupakan detail kejadian yang disaksikannya. Ketika mereka ditanya tentang materi yang telah mereka lupakan, mereka menggunakan informasi lain yang tersedia. Termasuk informasi pasca kejadian, untuk menjawab pertanyaan itu. Jadi menurut hipotesis lupa, informasi pasca kejadian tidak menggantikan memori yang ada, ia hanya mengisi kekosongan yang disebabkan oleh lupa.
                                                      c. Teori monitoring
                                                      Teori ini berpendapat bahwa orang mempertahankan memori kejadian orisinil dan informasi pasca kejadian. Probelmnya adalah saksi sering kesulitan dalam hal source monitoring (monitoring sumber), sebuah proses yang dijalani seseorang dalam menentukan dimana mereka mendapatkan beragam kepingan informasi. Akibatnya, saksi mungkin secara kliru menyimpulkan bahwa kepingan informasi itu berasal dari observasi atas kejadian orisinil.
                                                      2. Bias lineup
                                                        Penyelidik kepolisian sering meminta saksi mengidentifikasi tersangka pelaku kejahatan. Saksi biasanya mengidentifikasi dari sekumpulan foto yang disebut photospread atau presentasi satu atau lebih tersangka. Prosedur identifkasi orang adalah showup dan lineup. Show up lebih dianggap lebih sugestif daripada line up, sebab menyajikan satu tersangka kepada saksi akan mengimplikasikan bahwa orang yang dimaksud adalah benar-benar pelaku kejahatan.
                                                        1. Show up adalah prosedur dimana seorang saksi diminta memberi tahu apakah seorang tersangka adalah pelaku.
                                                        2. Line upadalah kepada saksi ditunjukkan beberapa orang dalam satu urutan barisan untuk mengidentifikasi pelaku.

                                                        3. Menilai akurasi saksi mataSalah satu cara mengidentifikasi akurasi saksi mata adalah dengan mempertimbangkan tingkat keyakinan saksi dalam mengidentifikasi atau memberikan kesaksian. Cara lain untuk menentukan akurasi saksi mata adalah adalah dengan mengukur lamanya waktu yang dibutuhkan saksi untuk membuat identifikasi. Saksi yang mengidentifikasi tersangka dengan cepat, mungkin lebih akurat daripada saksi yang butuh waktu lebih lama. Pendekatan lain adalah meminta saksi mengidentifkasi wajah pelaku melalui foto, kemudian mengidentifkasi tubuhnya, dari deret foto kedua, dan akhirnya mengidentifikasi suara dan rekaman.

                                                        4. Tingkat pengaruh riset terhadap saksi mata
                                                          Riset psikologi sosial terhadap identifikasi dan kesaksian saksi mata telah diperhatikan dan dipakai oleh pembuat kebijakan. Misalnya terkait pedoman wawancara yang mensugestikan untuk menggunakan pertanyaan terbuka daripada menggunakan pertanyaan yang mengarahkan. Pedoman yang disugestikan riset psikologi sosial juga merekomendasikan agar petugas kepolisian secara eksplisit memberi tahu saksi mata bahwa pelaku mungkin ada atau mungkin tidak ada. Di deretan.

                                                          Pembelaan kriminal

                                                          Selain mempelajari saksi mata, psikolog sosial juga mempelajari pengalaman pembela kriminal. Dalam bagian ini, akan dibahas tentang pembelaan kriminal yaitu pengakuan palsu dan deteksi kebohongan.

                                                          1. Pengakuan palsu
                                                            Ketika polisi menanyai tersangka kejahatan, mereka pada umumnya berusaha agar tersangka mengakui kejahatan yang tidak dilakukannya, namun pengakuan palsu tak jarang dilakukan. Kassin dan Wrightsman mengidentifikasi tiga tipe pengakuan palsu.

                                                            a. Voluntary false confession
                                                            Terkadang orang membuat voluntary false confession (pengakuan palsu sukarela), misalnya seorang ayah mungkin mengaku melakukan kejahatan agar anaknya tidak masuk penjara
                                                            b. Coerced-compliant compliant falseconfession
                                                            Pengakuan kadang juga bisa dipaksakan (pengakuan palsu terpaksa) terjadi ketika seseorang ditekan agar mengaku bersalah, tetapi secara pribadi tetap tidak bersalah.
                                                            c. Coerced-internalized false confession
                                                            Pengakuan palsu yang dipaksa dari dalam terjadi ketika orang merasa melakukan tindak kejahatan yang sebenarnya tidak mereka lakukan.
                                                            2. Deteksi kebohongan
                                                              Orang berbohong acapkali memberi tanda emosional seperti banyak berkedip atau menggoyangkan kepala. Dengan informasi non verbal tersebut, kadang pengamat tidak mampu mendeteksi kebohongan. Kempampuan polisi dalam mendeteksi kebohongan dapat menjadi masalah tersendiri bagi, meskipun profesional dalam menyelidiki kasus kejahatan namun rendah kompetensinya dalam mendeteksi kebohongan.

                                                              Pemilihan juri dan pengambilan keputusan

                                                              Mengingat pentingnya pengadilan oleh juri dalam sistem hukum Amerika, tidak mengejutkan bahwa para psikolog sosial melakukan banyak riset  terhadap keputusan juri.

                                                              1. Pemilihan juri
                                                                Pada awal setiap pengadilan, sebuah proses yang disebut voir dire dilakukan untuk memilih para juri. Selama voir dire (pemilihan juri yang dilakukan pada awal setiap pengadilan) hakim atau jaksa mengkaji calon-calon juri untuk mengetahui opini atau bias yang mungkin mengganggu kemampuan mereka memberikan keputusan yang adil. Jika ada alasan bahwa seorang juri tidak bisa memutuskan dengan adil, ia tidak boleh menjadi juri. Selain itu, jaksa dapat menggunakan jumlah peremptory challenges terbatas untukmengeluarkan juri tanpa memberi tahu alasan. Peremptory challengesdapat digunakan untuk mengeliminasi juri karena sejumlah alasan seperti pekerjaan dan ciri personalitas, akan tetapi Peremptory  challenges tidak bisa dipakai untuk mengeliminasi juri berdasarkan gender atau ras. Alasan dibalik peremptory challenges adalah jaksa akan mampu mengeliminasi juri yang bereaksi secara berat sebelah.

                                                                2. Sikap terhadap hukuman mati dan death qualification
                                                                  Kasus hukuman mati menimbulkan isu yang sangat penting bagi pemilihan juri. Dalam kasus hukuman mati, voir diresering dipakai untuk mengeliminasi calon juri yang tidak mendukung hukuman mati. Pendukung protes death qualification mengklaim bahwa juri yang tidak mendukung hukuman mati sangat mungkin mendukung tersangka yang bersalah agar tidak mendapat hukuman mati. Akan tetapi, penentang hukuman mati menegaskan bahwa penyingkiran orang yang menentang dapat menyebabkan bias dalam menentukan keputusan yang diambil.
                                                                  Death qualification adalah individu yang tidak mendukung hukuman mati dikeluarkan dari kelompok juri dalam kasus hukuman mati.

                                                                  3. Model cerita dalam pengambilan keputusan juri
                                                                    Setelah juri dipilih, para juri harus mempertimbangkan bukti-bukti, memutuskan apakah tersangka bersalah atau tidak, dan dalam beberapa kasus, para juri dapat merekomendasikan hukuman  yang pantas. Untuk itu para juri harus memahami banyak bukti dan kesaksian yang saling bertentangan. Bagaimana juri mengintegrasikan semua informasi itu menjadi suatu keputusan. Terkait dengan hal tersebut, Penington dan Hastie mengusulkan model cerita (story model) sebagai cara untuk menjelaskan pembuatan keputusan juri.

                                                                    Menurut model ini, menggunakan bukti yang disajikan di pengadilan untuk menciptakan cerita tentang kejadian perkara. Misalnya juri menyusun cerita tentang perampokan di toko pakaian yang memuat informasi tentang motif dan tujuan tersangka (misalnya apakah pelaku butuh uang untuk biaya anaknya?) dan tindakannya terhadap pelayan toko (apakah menodongkan senjata?). Dalam cerita juga mencakup karakteristik situasi, misalnya apakah ada orang lain yang hadir?, terkait dari akibat kejadian tersebut, misalnya uang yang diambil.

                                                                    Aplikasi Psikologi Sosial
                                                                    Kajian-kajian psikologi sosial sangat berguna untuk memahami pertanyaan-pertanyaanpenting yang berhubungan dengan sistem hukum, sistem kesehatan, organisasi, kepemimpinan, karena basis dari kajian psikologi sosial berangkat dari asumsi interaksi sosial antara dua orang atau lebih. Myers mengemukakan bahwa dalam setting klinis, psikologi Sosial dapat diterapkan mengevaluasi dan mempromosikan kesehatan mental dan fisik.

                                                                    Tidak hanya itu saja di Pengadilan, Psikologi Sosial dapat membantu mengeksplorasi pemikiran sosial dan pengaruh sosial pada anggota juri dan dewan juri.

                                                                    Psikologi Sosial juga berpikir tentang Masa Depan yang berkelanjutan," mengeksplorasi bagaimana prinsip sosial-psikologis dapat membantu mencegah krisis ekologi yang mengancam masyarakat sebagai akibat dari meningkatnya jumlah penduduk, konsumsi, dan perubahan iklim.

                                                                    Kontribusi Psikolog Sosial pada Sistem Hukum

                                                                    Di Amerika, psikolog sosial berkolaborasi dengan Departemen Kehakiman untuk menyusun pedoman nasional bagi polisi yang dipakai saat wawancara dengan saksi ahli. Dibagian ini akan diulas sumbangan psikologi sosial pada dua area penting sistem hukum yakni:

                                                                    1. Kesaksian ahli (Expert testimony)
                                                                      Para psikolog sosial sering diminta untuk menjadi saksi ahli untuk menjelaskan temuan riset guna memberi kerangka pemahaman bagi juri dan hakim dan untuk mengevaluasi bukti dalam kasus tertentu (Monahan dan Walker). Dua isu utama dalam kesaksian ahli adalah kualitas testimoni dan efeknya pada juri. Kualitas kesaksian dari ahli adalah penting karena pengadilan tidak ingin juri mempertimbangkan bukti yang tidak reliabel atau tidak jelas. Jadi psikolog sosial bersaksi hanya tentang riset yang memenuhi standar hukum untuk diterima sebagai bukti.

                                                                      Kesaksian ahli sangat berpengaruh apabila saksi ahli bersaksi sebelum saksi lain dihadirkan, karena ia akan memberi kerangka untuk mengevaluasi kesaksian saksi-saksi lain. Jadi kesaksian dari pakar yang menghubungkan riset dengan kasus tertentu berpengaruh lebih besar daripada kesaksian pakar yang hanya menyajikan seperangkat temuan riset.

                                                                      2. Ringkasan Amicus Curiae (sahabat pengadilan)
                                                                        Amicus curiae adalah dokumen yang ditulis oleh psikolog dan jaksa yang berisi ringkasan literatur ilmiah yang diberikan pada pengadilan.

                                                                        Ringkasan amicus (sahabat pengadilan) berisi ringkasan ilmu psikologi yang relevan bagi hakim untuk memberi konteks ilmiah guna memutuskan kasus tertentu. Dengan menyusun ringkasan amicus tersebut, para psikolog sosial dapat memberi bukti ilmiah pada pengadilan yang dapat menghasilkan keputusan hukum yang lebih adil.

                                                                        Sekian artikel Ilmu Psikologi tentang Aplikasi Psikologi Sosial dalam Bidang Hukum dan Contoh Kasus. Semoga bermanfaat.

                                                                        Daftar Pustaka
                                                                        • Baron, A. R. & Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial. Penerbit Erlangga. Jakarta. Edisi kesepuluh.
                                                                        • Koentjoro. 2012. Kriminologi dalam perspektif psikologi sosial. Universitas Gadjah Mada.
                                                                        • Markum, E. 2009. Pengentasan kemiskinan dan psikologi sosial. Psikobuana. Vol. 1. No, 1, 1-12. 
                                                                        • Taylor, E. S., Peplau, A. L., & Sears, O. D. 2009. Psikologi Sosial. Prenada Media Group. Jakarta.

                                                                        Aplikasi Psikologi Bidang Kesehatan, Kemiskinan, dan Kriminalitas

                                                                        $
                                                                        0
                                                                        0
                                                                        Aplikasi Psikologi Bidang Kesehatan, Kemiskinan, dan Kriminalitas - Suatu kajian mengenai efek-efek psikologis dalam perkembangan, pencegahan, dan pengobatan penyakit-penyakit fisik. Topik penting dari psikologi kesehatan adalah kesehatan merupakan proses biopsikososial, yaitu keadaan kesehatan seseorang adalah hasil interaksi yang kompleks antara faktor biologis, psikologis, dan sosial.

                                                                        Studi psikologi terhadap kesehatan diarahkan pada empat kajian utama yaitu:

                                                                        1. Untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan
                                                                          Perilaku sehat
                                                                          Perilaku sehat adalah tindakan orang yang sehat untuk meningkatkan dan menjaga kesehatannya. Atau tindakan untuk menambah atau mempertahankan kesehatan yang prima. Perilaku ini antara lain mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, olahraga teratur, menghindari zat berbahaya seperti tembakau, alkohol dan narkoba, tidur yang cukup, menggunakan sabuk pengaman, menggunakan pelindung kulit, mengontrol berat badan dan menggunakan program pemantauan kesehatan.

                                                                          Sikap sehat
                                                                          Yaitu sikap yang menyebabkan orang melakukan perilaku sehat. Praktik perilaku sehat berpusat pada lima keyakinan:
                                                                          1. Nilai-nilai kesehatan umum, termasuk perhatian pada kesehatan
                                                                          2. Persepsi bahwa ada ancaman terhadap kesehatan yang datang dari gangguan atau penyakit.
                                                                          3. Keyakinan atau kerapuhan seseorang dalam menghadapi penyakit.
                                                                          4. Keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengurangi ancaman (self eficacy)
                                                                          5. Keyakinan bahwa respon akan efektif dalam mengatasi ancaman (kecakapan respon).

                                                                          Aplikasi Psikologi Bidang Kesehatan, Kemiskinan, dan Kriminalitas_
                                                                          image source: www.scclinpsych.com.au
                                                                          baca juga: Aplikasi Psikologi Sosial dalam Bidang Hukum dan Contoh Kasus

                                                                          2. Mencegah dan merawat orang sakit:
                                                                            Keyakinan Kesehatan (health beliefs)
                                                                            Yaitu keyakinan yang mempengaruhi kesediaan untuk menjalani perilaku sehat.

                                                                            Kultur dan perilaku sehat
                                                                            Banyak intervensi yang didesain untuk mengubah perilaku negatif orang ditujukan pada individu. Pendekatan ini bisa berhasil dalam kultur yang menekankan independensi. Namun kebiasaan sehat juga ada dalam dinamika relasi sosial dan karenanya unit keluarga semakin penting dalam mengubah kebiasaan buruk dan mendorong perilaku yang sehat. Salah satu pendekatan yang fokus pada jaringan sosial dan lingkungan sosial individual mungkin lebih sukses dalam kultur kolektif.

                                                                            3. Mengidentifikasi penyebab dan mengkorelasikan kesehatan dan penyakit dengan disfungsi lainnya.
                                                                              Stres dan penyakit fisik
                                                                              Stres adalah pengalaman emosi negatif yang diiringi dengan perubahan fisiologis, biokimia dan perilaku yang dirancang untuk mereduksi atau menyesuaikan diri terhadap stressor dengan cara memanipulasi situasi atau mengubah stresor atau dengan mengakomodasi efeknya. Fakta bahwa stres tergantung pada orangnya menunjukkan adanya proses psikologis, yaitu kejadian yang menekan akan menimbulkan stres jika dianggap sebagai kejadian yang menimbulkan stres, bukan sebagai yang lainnya (Lazarus dan Folkman dalam Taylor, Peplau dan Sears, 2009). Hubungan antara pengalaman stres dengan respon psikologis yang buruk, seperti stres, perubahan fisiologis dan bahkan penyakit mungkin berkaitan dengan problem atau kejadian yang menekan yang tidak bisa dipecahkan oleh individu (Holman dan Silver dalam Taylor, Peplau dan Sears, 2009).

                                                                              Stres dapat menyebabkan sakit
                                                                              Pengalaman stres dapat menjadi masalah bagi sebagian orang bukan hanya karena menimbulkan tekanan emosional dan ketegangan fisik tetapi juga kadang bisa memunculkan penyakit. Lebih jauh, efek dari stres bersifat lama, sering berlanjut bahkan setelah stresornya hilang.

                                                                              Kejadian hidup yang menimbulkan stres
                                                                              Riset awal yang menunjukkan relasi stres dengan kesehatan mengkaji peran dari peristiwa atau kejadian hidup yang menimbulkan stres sebelum terjadinya penyakit.

                                                                              Gangguan sehari-hari
                                                                              Para psikolog belakangan ini mulai menduga bahwa kejadian stres yang kecil atau gangguan atau kesulitan yang dialami setiap hari mungkin akan berakumulasi dan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Konflik interpersonal adalah gangguan sehari-hari yang paling membuat stres (Bulger, DeLongis, Kessler, dan Schilling dalam Taylor dkk, 2009). Meski riset ini belum final, adalah mungkin bahwa efek kumulatif dari gangguan kecil setiap hari akan menimbulkan stres psikologis dan penyakit (Kanner, Choine, Schaeffer, dan Lazarus).

                                                                              Stres kronis
                                                                              Para periset makin mengakui pentingnya stres kronis dalam kesehatan. Hubungan antara kelas sosial dan mortalitas telah dijelaskan dengan merujuk pada stres kronis.

                                                                              Coping stress

                                                                              Coping adalah proses untuk menata tuntutan yang dianggap membebani atau melebihi kemampuan sumber daya kita. Coping kejadian yang menekan adalah proses yang dinamis.ia dimulai dengan penilaian terhadap situasi yang harus diatasi. Pada umumnya, periset membedakan antara dua tipe upaya coping, yaitu:
                                                                              1. Usaha memecahkan masalahYaitu usahamelakukan upaya yang konstruktif guna mengubah situasi stres.
                                                                              2. Pengaturan emosiYaitu usaha untuk menata reaksi emosi terhadap kejadian stresor.


                                                                              Para psikolog juga mempelajari strategi coping yang lebih spesifik termasuk metode coping aktif dan metode coping emosi. Para psikolog juga mempelajari metode coping penghindaran.
                                                                              Usaha coping yang dianggap berhasil, jika bisa mereduksi kegelisahan psikologis dan indikatornya serta seberapa cepat orang dapat kembali pada aktifitas normalnya. Yang paling umum, periset menilai coping berdasarkan efektivitasnya dalam mengurangi tekanan psikologis. Keberhasilan coping tergantung pada sumberdaya coping, baik internal maupun eksternal.

                                                                              Gaya coping
                                                                              Gaya coping adalah sumberdaya coping internal, gaya coping ini terdiri dari tendensi seseorang untuk menghadapi kejadian yang menekan dengan cara tertentu. Diantara gaya coping sebagai berikut:

                                                                              Penghindaran vs konfrontasi
                                                                              Beberapa orang menghadapi dan mengatasi langsung kejadian yang menekan, sedangkan orang lain mungkin menghindarinya dengan meminimalkan signifikansinya atau melupakannya melalui penyalahgunaan obat terlarang atau alkohol. Secara umum, coping aktif akan lebih efektif daripada penghindaran, karena penghindaran hanya akan memperburuk situasi.

                                                                              Permusuhan
                                                                              Pola respon permusuhan terhadap situasi yang menekan tampaknya dapat memicu penyakit jantung koroner. Ada tipe permusuhan utama yang memicu hal tersebut yaitu permusuhan sinis, yang dicirikan oleh kecurigaan, prasangka buruk, sering marah, antagonisme, dan rasa tidak percaya pada orang lain. Individu yang memilki keyakinan negatif tentang orang lain sering sangat agresif secara verbal dan menunjukkan perilaku antagonistik pada orang lain. Permusuhan interpersonal dapat berperan memunculkan jantung koroner melalui tiga cara yaitu:
                                                                              1. Cenderung mempunyai level respon kardiovaskular tinggi terhadap kejadian yang menekan.
                                                                              2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih dari dampak fisiologis dari stres.
                                                                              3. Tidak mendapatkan dukungan sosial.

                                                                              4. Meningkatkan sistem perawatan kesehatan dan penyusunan kebijakan kesehatan.
                                                                                Sumber daya internal coping
                                                                                Psikolog telah mengidentifikasi beberapa sumber daya personal yang bisa membantu meningkatkan kemampuan penyesuaian psikologis terhadap kejadian yang menekan.

                                                                                Optimisme disposisional (dispotitional optimism)
                                                                                Merupakan keyakinan umum bahwa hasil yang baik akan terjadi dalam kehidupan. Optimisme ini  dapat memampukan orang untuk menilai kejadian yang menekan secara lebih positif dan membantu memobilisasi sumber dayanya untuk mengambil langkah guna menghadapi stressor. Orang yang optimis juga mudah merubah untuk menyesuaikan diri dengan stres, dan memiliki tekanan darah yang lebih rendah. Optimisme bisa membantu orang menahan penyakit.

                                                                                Hardiness (ketegaran)
                                                                                Merupakan sikap-sikap yang membuat orang tahan terhadap stres. Sikap ini meliputi perasaan berkomitmen, respon positif terhadap tantangan dan kontrol diri yang kuat. Keyakinan ini bisa membuat orang mampu menahan efek negatif dari stres. Orang dengan kontrol personal biasanya lebih sukses mengatasi kejadian yang menekan yang sulit dikontrol.

                                                                                Pennebaker dan rekannya menyatakan bahwa katarsis, proses pengungkapan trauma emosi, mungkin bermanfaat secara psikologis. Dalam sebuah studi, orang diminta untuk menulis atau membicarakan kejadian traumatis yang pernah mereka alami umumnya lebih mendapat manfaat psikologis, lebih tahan terhadap penyakit  dan lebih jarang periksa ke dokter.

                                                                                Disisi lain problem personalitas seperti neurotisme akan menyebabkan orang menilai kejadian sebagai sesuatu yang lebih menekan dan membuat stres, menjadi lebih tertekan oleh problem dan bereaksi lebih keras. Selain itu orang neurotik dilaporkan lebih banyak konflik sosial dan reaktif terhadap konflik.  Rentan terhadap penyakit fisik.

                                                                                Dukungan sosial
                                                                                Dukungan sosial penting sebagai kebutuhan personal individu. Kajian psikologi kesehatan menunjukkan bahwa hubungan yang suportif (saling mendukung) secara sosial, dapat meredam stres dan menambah kesehatan. Dukungan sosial dapat membantu individu orang tetap sehat fisik dan psikologis dan membantu orang yang sakit cepat pulih.

                                                                                Aplikasi Psikologi pada Kemiskinan dan Kriminalitas

                                                                                Aplikasi psikologi selanjutnya fokus pada masalah kemiskinan dan pengentasan kemiskinan. Dari masalah kemiskinan, psikolog sosial menggunakan pendekatan theory kebijakan publik dan strain theory dengan target utamanya adalah remaja kelas ekonomi bawah (Koentjoro, 2012).
                                                                                Selain itu fokus psikologi sosial juga fokus pada kemiskinan dan hubungannya dengan tindak kriminal yang dilakukan seseorang. Dalam perspektif psikologi, tindak kriminal dapat dicetuskan oleh faktor kemiskinan.

                                                                                Psikologi sosial melihat bahwa terdapat hubungan antara nutrisi dengan perilaku kriminal, rasa lapar mendorong seseorang berbuat jahat. Kemiskinan juga terkait dengan masalah personalitas seperti perilaku sosiopatik. Kepribadian sosiopatik terbentuk karena lingkungan sosial seperti kemiskinan, perumahan kumuh, keluarga tidak bahagia dan pendidikan yang terbatas. Terdapat sebuah cap kriminal yang dikenal sebagai penjahat karir, terminologi penjahat karir merujuk pada penjelasan tentang individu yang membuat kriminal sebagai sumber kehidupannya. Kriminal jenis ini sudah terbiasa keluar masuk penjara selama hidupnya. Dan kebanyakan pelaku hidup dalam garis kemiskinan, oleh karena itu mereka menjarah properti milik orang lain (Koentjoro, 2012).

                                                                                Beberapahasilpenelitianmenunjukkan bahwa orang miskin merasa kurang bahagia dan rentan terhadap gangguan mental yang serius, sepertidepresi, skizofrenia, dangangguankepribadian (Warheit, Holzer& Schwab, 1973 dalamMarkum, 2009). Di Indonesia, banyak terdapatkasusgila, bunuhdiri, ataukriminalitasakibatdari stress yang merekaalamikarenakemiskinan. Kemiskinan juga terkait erat dengangangguankesehatan mental dan lebih beresikoterjadipada orang miskin tuna wisma, pengangguran, danindividu dengan tingkat pendidikanrendah.

                                                                                Sekian artikel Ilmu Psikologi tentang Aplikasi Psikologi Bidang Kesehatan, Kemiskinan, dan Kriminalitas. Semoga bermanfaat.

                                                                                Daftar Pustaka
                                                                                • Baron, A. R. & Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial. Penerbit Erlangga. Jakarta. Edisi kesepuluh.
                                                                                • Koentjoro. 2012. Kriminologi dalam perspektif psikologi sosial. Universitas Gadjah Mada.
                                                                                • Markum, E. 2009. Pengentasan kemiskinan dan psikologi sosial. Psikobuana. Vol. 1. No, 1, 1-12. 
                                                                                • Taylor, E. S., Peplau, A. L., & Sears, O. D. 2009. Psikologi Sosial. Prenada Media Group. Jakarta.

                                                                                Memahami Konsep Reliabilitas dalam Pengukuran Psikologis

                                                                                $
                                                                                0
                                                                                0
                                                                                Memahami Konsep Reliabilitas dalam Pengukuran Psikologis - Artikel ini membahas mengenai sumber error pada uji reliabilitas, perhitungan uji reliabilitas manual dan dengan SPSS, interpretasi hasil uji reliabilitas dengan menggunakan nilai koefisien dan standard error measurement, dan aplikasi hasil uji reliabilitas. Melalui artikel ini diharapkan dapat Memahami dan mampu melakukan perhitungan uji reliabilias dengan SPSS, mengerti dan mampu melakukan interpretasi hasil uji reliabilitas dengan menggunakan nilai koefisien dan standard error measurement, serta memahami dan mampu melakukan aplikasi hasil uji reliabilitas pada pengukuran psikologis.
                                                                                • Reliabilitas menunjukkan seberapa besar perbedaan skor yang diperoleh bersumber pada perbedaan dalam atribut yang diukur, dan bukan berasal dari measurement error.
                                                                                • Reliabilitas mengacu pada konsistensi skor seseorang yang diperoleh ketika diukur dgn tes yang sama pada situasi berbeda, dgn serangkaian item yang setara, atau dalam variabel lain yang diteliti.
                                                                                • Reliabilitas merupakan konsistensi skor yang diperoleh seseorang, ketika dilakukan pengukuran kembali:
                                                                                • dengan tes yang sama di saat berbeda,
                                                                                • dengan tes berbeda tapi item-itemnya setara.
                                                                                • Reliabilitas merupakan salah satu syarat alat ukur yang baik adalah mendapatkan hasil ukur yang relatif sama pada subyek yang sama dalam kondisi sama.

                                                                                Memahami Konsep Reliabilitas dalam Pengukuran Psikologis_
                                                                                image source: bookenglishcourses.com
                                                                                baca juga: Aplikasi Psikologi Bidang Kesehatan, Kemiskinan, dan Kriminalitas

                                                                                Sumber Error pada Pengukuran Psikologis

                                                                                Diambil dari: Kaplan & Saccuzzo, 2008, hlm:121

                                                                                Pengujian Reliabilitas Pengukuran Psikologis

                                                                                • Salah satu syarat alat ukur yang baik adalah mendapatkan hasil ukur yang relatif sama pada subyek yang sama dalam kondisi sama.
                                                                                • Reliabilitas berkaitan dengan metode estimasi koefisien reliabilitas.
                                                                                • Reliabilitas adalah konsistensi skor yang diperoleh seseorang, ketika dilakukan pengukuran kembali:
                                                                                            - dengan tes yang sama di saat berbeda,
                                                                                            - dengan tes berbeda tapi item-itemnya setara.
                                                                                • Secara umum, ada metode estimasi reliabilitas dibedakan atas dua prosedur :
                                                                                • Prosedur yang membutuhkan dua kali administrasi tes
                                                                                          - Test-retest reliability method
                                                                                          - Alternate-form reliability method
                                                                                • Prosedur yang membutuhkan satu kali administrasi tes (single trial)
                                                                                Split half
                                                                                Kuder Richardson
                                                                                Coefficient Alpha

                                                                                Prosedur dua kali administrasi tes
                                                                                • Dilakukan dengan memberikan tes dalam dua kali pengambilan, pada subyek yang sama, dengan tes yang sama atau dua tes yang setara
                                                                                • Reliabilitas: konsistensi skor yang diperoleh dari dua kali pengambilan tes
                                                                                • Terdiri dari 2 metode:
                                                                                  - Test retest reliability method
                                                                                  - Alternate form reliability method

                                                                                Test retest reliability method
                                                                                • Uji reliabilitas yang memperkirakan error yang diakibatkan administrasi tes yang diakibatkan administrasi tes pada waktu yang berbeda
                                                                                • Uji reliabilitas dilakukan dengan melakukan administrasi tes yang sama dua kali pada kesempatan tertentu di waktu yang berbeda. Nilai reliabilitas didapat dengan melakukan teknik korelasi (statistika) terhadap dua kelompok skor yang berbeda tersebut

                                                                                Alternate form reliability method
                                                                                • Uji reliabilitas yang memperkirakan error yang diakibatkan content sampling error
                                                                                • Uji reliabilitas dilakukan dengan melakukan administrasi tes dengan mengadministrasikan dua (atau lebih) format alat tes yang sama. Nilai reliabilitas didapat dengan melakukan teknik korelasi (statistika) terhadap dua (atau lebih) kelompok skor yang berbeda tersebut 

                                                                                Prosedur satu kali administrasi tes
                                                                                • Ada kondisi dimana pengukuran hanya dapat dilakukan satu kali saja, misal: tidak memungkinkan untuk melakukan tes retes, tidak ada tes yg paralel, waktu yang diberikan sangat terbatas, dsb.
                                                                                • Disebut juga single trial/ single test administration
                                                                                • Reliabilitas: konsistensi respon subyek pada item atau sekelompok item pada satu kali pengambilan tes
                                                                                • Metode yg dapat digunakan:
                                                                                  - Split-half
                                                                                  - KR & Koefisien Alpha
                                                                                  - Scorer reliability

                                                                                Split-half Reliability Method
                                                                                Metode ini dipergunakan jika:
                                                                                • Terdapat perbedaan yang sistematik pada item-tem tes karena berbagai macam alasan
                                                                                • Ketika performa tes ditentukan oleh kecepatan, dimana item-item tes dibuat dengan kesulitan rendah dan dapat dikerjakan oleh mayoritas peserta, namun batas waktu yang diberikan membuat sebagian besar peserta tidak dapat mengerjakan keseluruhan item.

                                                                                Tahapan uji reliabilitas split-half yaitu:
                                                                                • Step 1. Bagi item-item menjdai dua kelompok yang sama besar
                                                                                • Step 2. Uji korelasi antar kelompok item dengan korelasi Pearson

                                                                                atau


                                                                                 atau


                                                                                • Step 3. Uji kembali dengan Spearman-Brown formula

                                                                                atau


                                                                                Kruder-Richardson (KR20)

                                                                                Uji Reliabilitas ini dikembangkan oleh G. Frederic Kuder dan M. W. Richardson (1937) untuk digunakan menguji alat tes yang memiliki item-item homogeny. Uji ini menghitung nilai reliabilitas tes dengan menggunakan rumus:


                                                                                 atau


                                                                                k atau n    =    jumlah item dalam alat tes
                                                                                p               =    jumlah partisipan yang mampu menjawab item dengan benar dibagi dengan                     jumlah total partisipan
                                                                                q                =   jumlah partisipan yang tidak mampu menjawab item dengan benar dibagi                                     dengan jumlah total partisipan
                                                                                σ2 atau s2t  =   varians dari total (keseluruhan) skor hasil pengukuran

                                                                                CONTOH:


                                                                                Diambil dari Kaplan & Saccuzzo, 2008, hlm: 130




                                                                                Koefisien Alpha

                                                                                Uji reliabilitas ini digunakan untuk menguji internal consistency, dimana tes tidak diukur dengan menggunakan dual response (Benar – Salah).


                                                                                Diambil dari Kaplan & Saccuzzo, 2008, hlm: 130

                                                                                Interpretasi Hasil Uji Reliabilitas
                                                                                • Koefiesien Reliabilitas yang paling baik è mendekati nilai 1
                                                                                • Nilai Cronbach’s Alpha:
                                                                                Reliabilitas Minimum: 0,60 (bisa diterima)
                                                                                Reliabilitas Sedang: 0,61 – 0,8
                                                                                Reliabilitas Baik: > 0,8

                                                                                Sekian artikel Ilmu Psikologi tentang Memahami Konsep Reliabilitas dalam Pengukuran Psikologis. Semoga bermanfaat.

                                                                                Daftar Pustaka
                                                                                • Cohen, R. J., & Swerdlik, M. E. (2010). Psychological testing and assessment: An introduction to test and measurement. (7th ed.). Boston: McGraw Hill.
                                                                                • Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS. (3rd ed.). New York: SAGE Publications, Ltd.
                                                                                • Kaplan, R.M. & Saccuzzp, D.P. (2009). Psychological testing: Principles, applications, and issues. California: Wadsworth Cengage Learning
                                                                                • Urbina, S. (2004). Essentials of psychological testing. New York: John Wiley &  Sons, Inc.

                                                                                Pengertian Konsep Validitas dan Jenis Pengujian Validitas

                                                                                $
                                                                                0
                                                                                0
                                                                                Pengertian Konsep Validitas dan Jenis Pengujian Validitas - Artikel kali ini akan membahas tentang pengertian konsep validitas, jenis-jenis pengujian validitas, pengujian validitas dengan teknik face validity, pengujian validitas dengan teknik content validity, memahami pengertian konsep dan jenis-jenis validitas. Melalui artikel ini diharapkan dapat memahami dan mampu melakukan pengujian validitas dengan teknik face validity dan content validity.

                                                                                Pengertian Konsep Validitas
                                                                                • Berkaitan dengan apa yang diukur oleh tes dan seberapa tepat tes mengukur apa yang hendak diukur
                                                                                • Kesesuaian antara skor tes dengan kualitas dari yang diukur

                                                                                Dengan kata lain:
                                                                                • Sebuah test dapat dikatakan valid hanya apabila interpretasi yang dibuat berdasarkan hasil tes tersebut sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
                                                                                • Validitas adalah informasi yang menunjukkan sejauh mana sebuah alat ukur dapat dipertanggungjawabkan (sah, valid) untuk tujuan pengukuran tertentu.
                                                                                • Beberapa referensi yang membahas Validitas:
                                                                                  - Cronbach, L. J., & Meehl, P. E. (1955). Construct validity in psychological tests. Psychological Bulletin, 52, 281–302.
                                                                                  - Loevinger, J. (1957). Objective tests as instruments of psychological theory [Monograph Supplement]. Psychological Reports, 3, 635–694.
                                                                                  - Embretson, S. (1983). Construct validity: Construct representation versus nomothetic span. Psychological Bulletin, 93, 179–197.
                                                                                  - Cronbach, L. J. (1988). Five perspectives on validity argument. Dalam  H. Wainer & H. I. Braun (Eds.), Test validity (pp. 3–17). Hillsdale, NJ: Erlbaum.
                                                                                Pengertian Konsep Validitas dan Jenis Pengujian Validitas_
                                                                                image source: blog.edmentum.com
                                                                                baca juga: Memahami Konsep Reliabilitas dalam Pengukuran Psikologis

                                                                                Validitas dalam Classical True Score Theory
                                                                                • Validitas berkaitan dengan apa yang diukur oleh tes dan seberapa tepat tes mengukur apa yang hendak diukur
                                                                                • Validitas menerangkan:
                                                                                • atribut/konstruk/trait/faktor yang diukur oleh suatu tes
                                                                                • seberapa jauh hal itu diukur
                                                                                • apa yang dapat diartikan/ditafsirkan dari sebuah skor tes

                                                                                Sumber Validasi


                                                                                Diambil dari: Urbina, 2014, hlm: 176


                                                                                Diambil dari: Urbina, 2014, hlm: 180

                                                                                Prosedur Validasi

                                                                                • Semua prosedur untuk menetapkan validitas tes harus mempertimbangkan:
                                                                                • Hubungan antara skor tes dengan fakta-fakta lain yang independent dan observable dari trait yang akan diukur (= kriteria)
                                                                                • Hubungan antara skor tes dengan kriteria à koefisien validitas.

                                                                                Persyaratan Kriteria Pengukuran

                                                                                Kriteria yang dijadikan tolok ukur dalam menilai validitas tes harus:
                                                                                • Relevan
                                                                                • Observable dan measurable
                                                                                • Reliabel
                                                                                • Independen (tidak dipengaruhi oleh hasil tes)
                                                                                • Tidak bias

                                                                                Jenis-jenis Pengujian Validitas

                                                                                Sesuai dengan tujuan penggunaan tes, ada tiga macam validitas:

                                                                                Content Validity (Validitas Isi)
                                                                                  Ukuran sejauh mana  suatu tes valid jika digunakan untuk mengukur tingkahlaku tertentu.


                                                                                  Diambil dari: Cohen & Swerdlik, 2009, hlm: 2010

                                                                                  2. Criterion Related Validity
                                                                                  (Validitas Kriteria):
                                                                                    Menunjukkan efektivitas suatu tes dalam memprediksi performa individu pada aktivitas tertentu. Ada 2:

                                                                                    a. Predictive Validity
                                                                                    (validitas peramalan):
                                                                                    Ukuran sejauh mana suatu test valid dalam  meramalkan hal-tertentu.

                                                                                    b. Concurent Validity
                                                                                    (validitas diagnostik/validitas konkuren):
                                                                                    Ukuran sejauh mana suatu test valid dalam mendiagnosa keadaan seseorang (dalam hal tertentu)

                                                                                    3. Construct Validity
                                                                                    (Validitas Konstruk):
                                                                                      Ukuran sejauh mana sebuah tes mengukur suatu konstruk teoritis atau trait tertentu.
                                                                                      • Konstruk adalah dimensi psikologis yang telah dirumuskan secara jelas,  rinci dan operasional
                                                                                      • Tes yang valid untuk mengukur konstruk X belum tentu valid mengukur konstruk Y
                                                                                      • Construct Validity digunakan jika:
                                                                                        - Tes homogenous, mengukur konstruk tunggal
                                                                                        - Skor tes ditentukan usia partisipan, atau waktu pelakasaan, atau tes yang digunakan mengukur proses mental dalam eksperimen sesuai dengan teori tertentu

                                                                                      Validitas Isi (Content Validity)
                                                                                      • Validitas Isi (Content Validity) merupakan suatu pengujian sistimatis terhadap isi suatu tes untuk menentukan apakah tes sudah mencakup sampel yang representatif dari ‘behavior domain’ yang akan diukur.
                                                                                      • Validitas isi biasanya digunakan pada tes yang ditujukan untuk mengukur seberapa jauh individu telah menguasai suatu keterampilan atau hasil belajar.
                                                                                      • Tujuannya untuk menilai apakah item-item tes secara tepat menggambarkan domain atau konstruk yang hendak diukur
                                                                                      • Contoh tes yang harus memiliki Validitas Isi:
                                                                                        - Tes hasil belajar (achievement test: soal ulangan umum, soal UTS, UAS, dsb).
                                                                                        - Tes hasil pelatihan keterampilan (tes kursus mengemudi, tes mengetik, tes kursus bhs Inggris, dsb).
                                                                                        Occupational test (tes seleksi & penempatan, yang berisi tugas-tugas yang akan dilakukan dalam pekerjaan nantinya).
                                                                                      • Cara menguji:
                                                                                        - Dibuat perbandingan antara hal-hal yang tercakup dalam tes/soal ujian (secara proporsional) dengan cakupan isi/materi yang diajarkan (TIU/TIK, indikator tingkah laku)
                                                                                        - Dinilai oleh ahli à expert judgement
                                                                                      • Pengukuran validitas isi suatu test dilakukan dengan membandingkan persentase hal-hal yang sudah tercakup (secara proporsional) dalam test tersebut dengan persentase hal-hal yang seharusnya tercakup

                                                                                      atau dengan rumus:


                                                                                      Face Validity
                                                                                      • Face validity jangan disamakan dengan content validity.
                                                                                      • Face Validity bukan validitas dalam pengertian teknis, karena tidak mengukur apa yang sesungguhnya ingin diukur oleh tes, melainkan hanya kesan dari peserta tes tentang apa yang diukur oleh tes.
                                                                                      • Face validity berfungsi untuk membina rapport dan meningkatkan motivasi peserta tes.

                                                                                      Sekian artikel Ilmu Psikologi tentang Pengertian Konsep Validitas dan Jenis Pengujian Validitas. Semoga bermanfaat.

                                                                                      Daftar Pustaka

                                                                                      • Cohen, R. J., & Swerdlik, M. E. (2010). Psychological testing and assessment: An introduction to test and measurement. (7th ed.). Boston: McGraw Hill.
                                                                                      • Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS. (3rd ed.). New York: SAGE Publications, Ltd.
                                                                                      • Kaplan, R.M. & Saccuzzp, D.P. (2009). Psychological testing: Principles, applications, and issues. California: Wadsworth Cengage Learning
                                                                                      • Urbina, S. (2004). Essentials of psychological testing. New York: John Wiley &  Sons, Inc.

                                                                                      Tes Kokologi: Mengetahui Karakter Seseorang dan Diri Sendiri

                                                                                      $
                                                                                      0
                                                                                      0
                                                                                      Tes Kokologi: Mengetahui Karakter Seseorang dan Diri Sendiri - Tes Kokologi adalah tes yang digunakan beberapa perusahaan di Jepang untuk mengetahui karakter calon karyawannya. Kamu bisa mengenal dan memahami diri sendiri melalui tes ini. Dalam Tes Kokologi, kamu akan dihadapkan pada berbagai situasi. Terdapat beberapa jawaban yang dapat kamu pilih. Masing-masing jawaban memiliki analisis yang berbeda. Yang penting, jangan intip analisis tersebut sebelum memilih satu jawaban ya. Penasaran seperti apa tesnya? Yuk kita coba!

                                                                                      Tes Kokologi: Mengetahui Karakter Seseorang dan Diri Sendiri_
                                                                                      image source: www.femina.hu

                                                                                      baca juga: Psikotes Gaya Belajar untuk Menentukan Strategi Belajar yang Tepat

                                                                                      Tes Kokologi 1: Cara Kamu Memandang Hidup

                                                                                      Suatu hari, ada seekor burung berwarna biru yang tiba-tiba masuk ke rumahmu dan terperangkap di dalamnya. Kamu pun berniat untuk memeliharanya. Namun ada suatu keanehan yang terjadi pada burung tersebut. Pada hari pertama, warna burung itu berubah dari biru menjadi kuning. Pada hari kedua berubah lagi dari kuning menjadi merah terang. Hari ketiga berubah lagi menjadi hitam.
                                                                                      Coba pikirkan! Akan berubah menjadi warna apakah burung itu di hari berikutnya? Pilih salah satu:
                                                                                      • Tetap hitam
                                                                                      • Kembali menjadi berwarna biru
                                                                                      • Menjadi berwarna putih
                                                                                      • Menjadi berwarna emas

                                                                                      Makna di balik jawaban Tes Kokologi 1:
                                                                                      • Burung tetap berwarna hitam: menggambarkan bahwa kamu memiliki pandangan yang pesimis.
                                                                                      • Burung berubah kembali menjadi biru: menggambarkan bahwa kamu adalah seorang yang optimis.
                                                                                      • Burung berubah menjadi putih: menggambarkan bahwa kamu adalah orang yang tenang dan tegas meski berada di bawah tekanan.
                                                                                      • Burung berubah menjadi warna emas: menggambarkan bahwa kamu tidak memiliki rasa takut.

                                                                                      Tes Kokologi 2: Kelebihan yang Kamu Miliki

                                                                                      Bayangkan kamu sedang berada di sebuah dataran dengan langit yang begitu biru. Lalu sekali lagi, bayangkan sebuah tempat yang membuatmu merasa nyaman dan tentram.
                                                                                      Pilih salah satu dari 4 tempat di bawah ini:
                                                                                      • Dataran yang dipenuhi oleh salju putih
                                                                                      • Lautan biru
                                                                                      • Gunung yang hijau
                                                                                      • Padang yang dipenuhi bunga berwarna kuning

                                                                                      Makna di balik jawaban Tes Kokologi 2:
                                                                                      • Dataran yang dipenuhi salju putih: kamu diberkati dengan sensitivitas khusus yang membuatmu mengerti dengan hanya memandang sekilas. Selain itu, kamu bisa menguraikan masalah yang rumit tanpa membutuhkan bukti dan penjelasan. Kamu mempunyai kemampuan untuk membuat keputusan dan bahkan menjadi seorang visioner. Percayailah intuisimu yang pertama, mereka akan menuntunmu dengan baik.
                                                                                      • Lautan biru: kamu memiliki bakat alami dalam hubungan antarpribadi. Orang-orang menghormati kemampuanmu dalam berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu, kamu membantu orang lain bekerja dengan lebih lancar dan efisien, membuatmu menjadi seorang anggota yang sangat berharga dalam suatu proyek atau tim. Orang-orang tahu bahwa kamu berkata sebenarnya, sehingga pujianmu menjadi berarti bagi orang yang mendengarnya.
                                                                                      • Gunung yang hijau: bakatmu adalah berkomunikasi dengan ekspresif. Kamu selalu dapat menemukan kata-kata untuk mengekspresikan apa yang dirasakan. Seringkali, orang-orang juga merasakan hal yang sama. Kamu tampak dapat selalu menolong orang lain dan menemukan sisi yang benar dalam berkomunikasi.
                                                                                      • Padang yang penuh bunga berwarna kuning: kamu adalah sumber pengetahuan dan kreativitas, penuh dengan gagasan dan potensi yang hampir tak terbatas. Tetaplah menyesuaikan diri terhadap perasaan orang lain dan jangan pernah berhenti membangun mimpi. Tidak ada apa pun yang tidak bisa kamu capai.

                                                                                      Tes Kokologi 3: Cara Kamu Menjalani Hidup

                                                                                      Kamu sedang berjalan di trotoar sambil memikirkan hal-hal lain. Tak sengaja, kamu tersandung sebuah tong sampah dan jatuh. Apa yang tumpah keluar dari tong sampah tersebut?
                                                                                      • Tidak ada yang tumpah. Tong sampah kosong
                                                                                      • Tumpukan sampah tumpah ke jalan
                                                                                      • Biji apel, tulang ayam dan sampah lainnya
                                                                                      • Plastik sampah yang terikat rapi

                                                                                      Makna di balik jawaban Tes Kokologi 3:
                                                                                      • Tidak ada yang tumpah. Tong sampah kosong: orang yang memberikan jawaban ini cenderung hidup tanpa menarik perhatian atau berpura-pura. Namun, bukankah nyaman jika kita bisa hidup sebagai diri sendiri?
                                                                                      • Tumpukan sampah tumpah ke jalan: mereka yang menjawab ini mungkin kelihatannya bersikap jujur dan terus terang kepada orang lain, tapi sebenarnya memiliki setumpuk perasaan tak terkatakan yang terkunci di dalam hati. Namun, bukankah ada saat di mana kamu harus mengatakan sesuatu yang memang harus dikatakan?
                                                                                      • Biji apel, tulang ayam dan sampah lainnya: orang yang menjawab ini berarti suka menyembunyikan nafsu makan dan keinginan alamiah terhadap makanan. Mungkin kamu sedang diet dan hal itu membuatmu tertekan. Tak perlu terlalu ekstrem dalam melakukannya. Barangkali dengan makan bersama teman-teman, kamu bisa merasa lebih senang.
                                                                                      • Plastik sampah yang terikat rapi: orang yang memilih ini berarti memiliki penguasaan diri yang kuat. Mungkin bahkan terlalu kuat. Kamu tidak suka memperlihatkan kelemahan atau mengeluh. Sebab, harga dirimu tidak mengizinkan untuk melakukan itu. Tapi membiarkan orang lain mengetahui apa yang sebenarnya kamu rasakan bukanlah tanda orang lemah. Tak perlu bersikap terlalu tegang.

                                                                                      Tes Kokologi 4: Tentang Seseorang dalam Hidupmu

                                                                                      Bayangkan kamu sedang menempuh perjalanan di tengah gurun pasir. Kamu tahu bahwa perjalanan ini sangat berat. Setelah 12 jam berjalan, kamu tidak menemukan apa pun. Sementara terik matahari terus-menerus mengeringkan sisa harapanmu. Bekalmu pun akhirnya habis dan tak ada setetes air pun untuk diminum.  Padahal, perjalanan ini masih masih panjang.

                                                                                      Tiba-tiba terlihat seberkas bayang hijau yang semakin lama semakin jelas bentuknya. Sebuah oasis! Sekitar tempat itu dipenuhi pohon-pohon peneduh yang rasanya mampu mengobati semua kelelahanmu. Saat kamu mendekat, tampaklah satu sosok sedang berada di sana. Siapa yang kamu harapkan sedang berada di oasis tersebut?

                                                                                      Jawab secara spontan!

                                                                                      Makna di balik jawaban Tes Kokologi 4:
                                                                                      Siapapun yang menjadi jawabanmu, dia adalah orang yang kamu anggap mampu mengobati, menentramkan hati, dan menjadi penyejuk di kala terik kehidupan membakar.

                                                                                      Tes Kokologi 5: Sikapmu dalam Menghadapi Masalah

                                                                                      Pada suatu hari yang cerah, kamu sedang berjalan kaki di suatu daerah yang belum pernah kamu kunjungi. Di tengah perjalanan, kamu menjumpai sebuah rumah yang pintunya setengah terbuka.
                                                                                      Namun, kenapa ya pintu itu setengah terbuka? Pilih salah satu:
                                                                                      • Jangan-jangan rumah itu dirampok
                                                                                      • Wah, pemiliknya pasti lupa mengunci pintu!
                                                                                      • Paling pemilik rumahnya ada di dalam, sedang menyapu lantai di sekitar pintu masuk

                                                                                      Makna di balik jawaban Tes Kokologi 5:
                                                                                      • Jangan-jangan rumah itu dirampok: menggambarkan bahwa kamu adalah orang yang tidak sempat panik karena sibuk mencari solusi.
                                                                                      • Wah, pemiliknya pasti lupa mengunci pintu!: menggambarkan bahwa kamu adalah orang yang sangat santai, bahkan dalam situasi genting.
                                                                                      • Paling pemilik rumahnya ada di dalam, sedang menyapu lantai di sekitar pintu masuk:menggambarkan bahwa kamu adalah orang yang terlihat santai tapi tidak pernah lengah.

                                                                                      Tes Kokologi 6: Kelebihanmu yang Tersembunyi

                                                                                      Ada sebuah cangkir keramik putih polos yang siap untuk kamu hias dengan lapisan cat warna biru. Pola seperti apakah yang akan kamu pilih?
                                                                                      • Garis-garis
                                                                                      • Bulat-bulat
                                                                                      • Garis berombak
                                                                                      • Kotak-kotak seperti papan catur

                                                                                      Makna di balik jawaban Tes Kokologi 6:
                                                                                      1. Garis-garis: kamu bisa memecahkan masalah dengan cepat dan tajam, membuatmu menjadi tumpuan harapan dalam kesulitan.
                                                                                      2. Bulat-bulat: kamu memiliki kemampuan artistik bahkan eksentrik, sedikit aneh tapi kamu sering memiliki jawaban unik untuk pemecahan masalah.
                                                                                      3. Garis berombak: kamu punya segudang cinta untuk dilimpahkan pada orang-orang di sekitarmu.
                                                                                      4. Kotak-kotak seperti papan catur: kamu selalu tampak seperti punya waktu dan perhatian untuk dibagikan pada semua orang sehingga sering melupakan masalah sendiri.

                                                                                      Tes Kokologi 7: Persepsimu dalam Keseharian

                                                                                      Bayangkan kamu sedang memakai parasut dan bersiap melayang turun di angkasa. Pemandangan apa yang kamu lihat dari sana?
                                                                                      • Hamparan padang rumput berhias bunga-bunga yang cantik
                                                                                      • Dari kiri ke kanan cuma terlihat tumpukan berbatu
                                                                                      • Wow! Ada binatang liar super ganas yang sudah siap menyambutmu dengan mulut terbuka
                                                                                      • Sebuah sungai yang mengalir

                                                                                      Makna di balik jawaban Tes Kokologi 7:
                                                                                      • Hamparan padang rumput berhias bunga-bunga yang cantik: menunjukan tingginya rasa optimis.
                                                                                      • Dari kiri ke kanan cuma terlihat tumpukan berbatu: menggambarkan sikap yang selalu waspada.
                                                                                      • Wow! Ada binatang liar super ganas yang sudah siap menyambutmu dengan mulut terbuka: tak pernah melewatkan kesempatan untuk tertawa bahkan saat ditimpa masalah.
                                                                                      • Sebuah sungai yang mengalir: memanfaatkan energi yang ada untuk bersiap menyambut apa pun yang terjadi.
                                                                                      Source: PsikologID

                                                                                      Sekian artikel Psikotes tentang Tes Kokologi: Mengetahui Karakter Seseorang dan Diri Sendiri. Semoga bermanfaat.

                                                                                      Psikotes: Tes Cinta dan Ketulusan Berdasarkan Situasi

                                                                                      $
                                                                                      0
                                                                                      0
                                                                                      Psikotes: Tes Cinta dan Ketulusan Berdasarkan Situasi - Dalam tes ini, kamu diharuskan membayangkan dan berimanjinasi bahwa setiap kejadian merupakan kejadian nyata dan respon kamu terhadap kejadian akan menunjukan pandangan kamu mengenai cinta. Yuk langsung dimulai!

                                                                                      Pada suatu hari kamu sedang berkunjung ke rumah kekasih kamu, untuk mengajaknya jalan-jalan keluar, ada beberapa kejadian yang terjadi disana, lengkapi kejadian dibawah ini dengan proyeksi kamu sendiri.

                                                                                      Pada saat kamu berkunjung ke rumah kekasih kamu dan sampai di depan rumahnya, siapa yang pertama kali muncul dan menjawab panggilan kamu?
                                                                                      1. Pembantunya
                                                                                      2. Ibu dari pacar kamu
                                                                                      3. Ayah dari pacar kamu
                                                                                      4. Pacar kamu sendiri
                                                                                      Setelah itu, orang yang menjawab panggilan kamu itu, mempersilahkan kamu untuk menunggu, dimana kamu dipersilahkan menunggu?
                                                                                      1. Menunggu di luar
                                                                                      2. Menunggu di teras rumah
                                                                                      3. Menunggu di Ruang Tamu
                                                                                      4. Menunggu di Kamar
                                                                                      Dalam keadaan menunggu, kamu melihat sebuah meja yang terletak tidak jauh dari tempat kamu, bentuk meja itu seperti apa?
                                                                                      1. Berbentuk Bulat
                                                                                      2. Berbentuk Oval
                                                                                      3. Berbentuk Kotak / Persegi
                                                                                      4. Berbentuk segitiga / Persegi enam
                                                                                      Di atas meja yang kamu lihat, terdapat vas bunga, apa bahan dari vas bunga tersebut?
                                                                                      1. Kayu
                                                                                      2. Kaca
                                                                                      3. Keramik
                                                                                      4. Plastik
                                                                                      Di dalam vas bunga itu terdapat bunga yang cantik dan bagus, apa warna bunga tersebut?
                                                                                      1. Merah
                                                                                      2. Putih
                                                                                      3. Biru
                                                                                      4. Hitam
                                                                                      Kamu masih saja menunggu pasangan kamu, berapa lama kamu butuh waktu untuk menunggunya?
                                                                                      1. Cepat, hanya sebentar lalu ia keluar
                                                                                      2. Sedang saja
                                                                                      3. Cukup lama menunggu hingga hamper bosan
                                                                                      4. Sangat Lama menunggu hingga benar-benar bosan

                                                                                      Selama menunggu ternyata orangtua pasangan kamu datang dari dalam rumah untuk menawari kamu buah sebagai cemilan selama kamu menunggu, buah apa yang dibawanya?
                                                                                      1. Apel
                                                                                      2. Pisang
                                                                                      3. Anggur
                                                                                      4. Jeruk
                                                                                      Setelah kamu bertemu dengan kekasih kamu, kamu pun berjalan, ada beberapa pilihan jalan, mana yang akan kamu pilih?
                                                                                      1. Jalan lurus yang cepat sampai pada tujuan
                                                                                      2. Jalan panjang dengan pemandangan yang indah
                                                                                      3. Jalan berkelok yang lama dan cukup jauh
                                                                                      Psikotes: Tes Cinta dan Ketulusan Berdasarkan Situasi_
                                                                                      image source: yellowmeansgo.tumblr.com
                                                                                      “Cinta bukan hanya sekedar perasaan, cinta adalah bagaimana kita dapat memilih dengan tepat.”

                                                                                      JAWABAN

                                                                                      Pertanyaan yang pertama adalah pertanyaan yang menunjukan keterlibatan orang lain dalam pola kamu menjalin sebuah hubungan.
                                                                                      1. Pembantunya : Dalam menjalin hubungan, kamu mengijinkan orang lain untuk ikut serta dalam hubungan tersebut, jadi teman-teman kamu, turut membantu, bahkan malah kadang menggangu dalam hubungan kalian.
                                                                                      2. Ibu dari pacar kamu : Kamu berharap keluarga dari kekasih kamu dapat menerima kamu dengan baik, kamu juga selalu berusaha membuat keluarganya terkesan dengan banyak hal yang kamu lakukan, tidak masalah asal hal yang kamu lakukan jujur dan positif bagi hubungan kalian.
                                                                                      3. Ayah dari pacar kamu : Hubungan dan kedekatan yang kamu berusaha jalin adalah kedekatan yang serius, hubungan yang mengarah kepada hal yang lebih jauh, bukan hanya sekedar main-main.
                                                                                      4. Pacar kamu sendiri : Kamu kurang memiliki kedekatan dengan keluarga dari kekasih kamu, kamu tidak ingin melibatkan oranglain dalam hubungan kalian, kamu merasa hubungan kamu adalah hubungan yang privasi, dan sangat risih jika ada oranglain yang ikut campur didalamnya. Sadari bahwa dalam menjalani hubungan kamu juga butuh dukungan dari oranglain, dari sahabat dan juga dari keluarga pasangan kamu.
                                                                                      Pertanyaan ini menunjukan pola interaksi dan keterbukaan yang terjalin antara kamu dan pasangan kamu.
                                                                                      1. Menunggu di luar : Kurang adanya keterbukaan dalam menjalin hubungan, banyak rahasia yang ditutup-tutupi, kamu kurang mengenal dan kurang memiliki keterbukaan dalam menjalani sebuah hubungan, adanya kepercayaan yang kurang baik
                                                                                      2. Menunggu di teras rumah : Kamu dengan jelas memberikan batasan tertentu untuk kekasih kamu, jadi ada beberapa hal umum yang kamu ceritakan, dan ada beberapa hal yang kamu rasa harus disimpan sendiri, hubungan kedekatan yang kalian bina masih kaku.
                                                                                      3. Menunggu di Ruang Tamu : Keterbukaan yang kalian bina, adalah keterbukaan yang ideal, kalian saling bercerita, namun juga saling mengetahui batasan-batasan privasi yang tidak perlu diketahui oleh oranglain, adanya kepercayaan yang baik.
                                                                                      4. Menunggu di Kamar : Kamu dengan tegas menuntut kekasih kamu untuk menceritakan semua yang dialaminya, terbuka dan tidak ditutup-tutupi apapun itu, ada rasa curiga jika ia tidak menceritakan beberapa hal, agar berlebihan.
                                                                                      Bentuk meja mengacu pada pola penanganan masalah antara kamu dengan pasangan kamu
                                                                                      1. Berbentuk Bulat / Oval : Kamu mempercayai pasangan kamu secara utuh, kadang membiarkannya menangani masalahnya sendiri, dan secara terbuka membantu serta menerima masalah yang kalian alami, masalah yang kalian alami sering diselesaikan dengan cara bertukar pikiran.
                                                                                      2. Berbentuk Kotak / Persegi : Kamu memiliki rasa curiga terhadap pasangan kamu, ada kurang saling percaya diantara kalian, kadang ada masa dimana kamu dan pasangan kamu menerka perasaan dan saling diam jika mengalami sebuah masalah, lebih suka menutup-nutupi masalah untuk mempertahankan sebuah hubungan.
                                                                                      3. Berbentuk segitiga : Jika ada masalah, biasanya di selesaikan dengan cara yang kurang baik, kamu lebih suka berterus terang walau itu menyakitkan dan sering menimbulkan konflik dalam hubungan kalian, coba untuk memperbaikinya dengan komunikasi yang baik.
                                                                                      Bahan dari Vas Bunga menunjukan perasaan kamu ketika sedang ada masalah dengan pasangan kamu
                                                                                      1. Kayu : Kamu berharap hubungan kamu berjalan dengan natural, tenang, apa adanya dan berjalan sebagaimana mestinya, tidak mau macam-macam dalam hubungan.
                                                                                      2. Kaca : Kamu memiliki perasaan yang rapuh jika mengalami masalah dalam menjalani hubungan dengan pasangan kamu, kamu mudah terluka dan lama sembuh apabila sudah tersakiti.
                                                                                      3. Keramik : Kamu selalu berusaha terlihat tegar dari luar dan mampu menangani semuanya dengan baik, selalu berusaha menahann emosi, padahal jika mau jujur ada rasa sakit dari dalam hati.
                                                                                      4. Plastik : Kamu berharap hubungan yang awet dan baik-baik saja, namun kamu tidak terlalu serius dalam menjalani hubungan tersebut, hubungan yang awet butuh keseriusan dan kejelasan.
                                                                                      Warna dalam Vas bunga mewakili sifat cinta kamu terhadap pasangan kamu
                                                                                      1. Merah : Cinta kamu adalah cinta yang membara, menggebu-gebu, emosional, keinginan untuk memiliki yang besar dan adanya cemburu yang berlebihan
                                                                                      2. Putih : Cinta kamu adalah cinta yang tulus, apa adanya, tidak banyak menuntut pasangan, dan lebih cenderung penurut terhadap pasangan.
                                                                                      3. Biru : Cinta kamu adalah cinta yang rasional, jadi apa yang terjadi kamu pikirkan terlebih dahulu, agar tidak terjadi hal yang nantinya disesali.
                                                                                      4. Hitam: Cinta kamu adalah cinta yang ekslusif, ingin berbeda dengan kebanyakan orang, namun kadang pesimis terhadap cinta itu sendiri
                                                                                      Waktu menunggu pasangan adalah waktu yang kamu inginkan dalam proses pendekatan
                                                                                      1. Cepat : Kamu terlalu terburu-buru dalam mencari pasangan, kamu terkadang bisa salah melangkah jika tidak teliti.
                                                                                      2. Sedang : Kamu menunggu waktu yang tepat dalam melakukan proses pendekatan, memanfaatkan waktu dengan cukup baik
                                                                                      3. Lama : Kamu adalah orang yang sabar menunggu dalam proses pendekatan, butuh pengenalan untuk melanjutkan perasaan
                                                                                      4. Sangat Lama : Kamu orang yang pasif dalam pendekatan, menunggu oranglain yang melakukan pendekatan terlebih dahulu
                                                                                      Buah yang bawakan, merujuk kepada hubungan kamu dengan keluarga pasangan kamu
                                                                                      1. Apel : Hubungan yang kamu jalani adalah hubungan basa-basi, hubungan yang umum terjadi, komunikasi yang terjalin seadanya saja.
                                                                                      2. Pisang : Hubungan yang kamu jalin dengan keluarga pasangan adalah kedekatan yang personal, sering menceritakan kisah menarik dan juga sering berbincang-bincang secara pribadi
                                                                                      3. Anggur : Hubungan yang kamu jalin dengan keluarga pasangan kamu adalah hubungan yang cenderung kaku, kamu berusaha sopan dan selalu terlihat baik, tapi itulah yang membuat hubungannya terasa janggal dan kaku.
                                                                                      4. Jeruk : Kamu menyadari bahwa hubungan tidak selama akan baik saja, ada masa dimana kamu menjadi cuek, ada dimana dimana kamu menjadi saat peduli, hubungan yang cenderung berubah-ubah.
                                                                                      Jalan merujuk kepada apa yang terjadi setelah kamu berpisah dengan pasangan kamu
                                                                                      1. Jalan lurus yang cepat sampai pada tujuan : Kamu dengan mudah bisa melupakan pasangan kamu setelah berpisah
                                                                                      2. Jalan panjang dengan pemandangan yang indah : Kamu sulit melupakan kenangan yang kamu jalin bersama dengan pasangan kamu
                                                                                      3. Jalan berkelok yang lama dan cukup jauh : Kamu dapat melupakan pasangan kamu namun dengan proses yang tidak mudah
                                                                                      source: PsikologID

                                                                                      Sekian Psikotes tentang Psikotes: Tes Cinta dan Ketulusan Berdasarkan Situasi. Semoga bermanfaat.

                                                                                      Jenis-Jenis Pengujian Validitas dalam Penggunaan Tes

                                                                                      $
                                                                                      0
                                                                                      0
                                                                                      Jenis-Jenis Pengujian Validitas dalam Penggunaan Tes - Kali ini Ilmu Psikologi membahas mengenai pengujian validitas dengan teknik criterion related validity dan pengujian validitas dengan teknik construct validity. 

                                                                                      Melalui artikel ini diharapkan dapat memahami dan mampu melakukan pengujian validitas dengan teknik criterion related validity dan construct validity.
                                                                                      Jenis-Jenis Pengujian Validitas dalam Penggunaan Tes_
                                                                                      image source: richardstep.com
                                                                                      baca juga: Pengertian Konsep Validitas dan Jenis Pengujian Validitas

                                                                                      Sesuai dengan tujuan penggunaan tes, ada tiga macam validitas:

                                                                                      1. Content Validity (Validitas Isi)

                                                                                      Ukuran sejauh mana  suatu tes valid jika digunakan untuk mengukur tingkahlaku tertentu.

                                                                                      Jenis-Jenis Pengujian Validitas dalam Penggunaan Tes_

                                                                                      Diambil dari: Cohen & Swerdlik, 2009, hlm: 2010

                                                                                      2. Criterion Related Validity (Validitas Kriteria)

                                                                                      Menunjukkan efektivitas suatu tes dalam memprediksi performa individu pada aktivitas tertentu. Ada 2:
                                                                                      a. Predictive Validity (validitas peramalan):
                                                                                      Ukuran sejauh mana suatu test valid dalam  meramalkan hal-tertentu.
                                                                                      b. Concurent Validity (validitas diagnostik/validitas konkuren):
                                                                                      Ukuran sejauh mana suatu test valid dalam mendiagnosa keadaan seseorang (dalam hal tertentu)

                                                                                      3. Construct Validity (Validitas Konstruk)

                                                                                      Ukuran sejauh mana sebuah tes mengukur suatu konstruk teoritis atau trait tertentu.
                                                                                      • Konstruk adalah dimensi psikologis yang telah dirumuskan secara jelas,  rinci dan operasional
                                                                                      • Tes yang valid untuk mengukur konstruk X belum tentu valid mengukur konstruk Y
                                                                                      • Construct Validity digunakan jika:
                                                                                      • Tes homogenous, mengukur konstruk tunggal
                                                                                      • Skor tes ditentukan usia partisipan, atau waktu pelakasaan, atau tes yang digunakan mengukur proses mental dalam eksperimen sesuai dengan teori tertentu

                                                                                      Validitas Kriteria (Criterion Validity) 

                                                                                      Validitas Kriteria menunjukkan efektivitas suatu tes dalam memprediksi performa individu pada aktivitas tertentu (Anastasi & Urbina, 1997).

                                                                                      Pada validitas kriteria, terdapat criteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes.

                                                                                      7 kriteria umum:
                                                                                      • Prestasi akademik (academic achievement)
                                                                                      • Hasil evaluasi belajar pada kursus keterampilan (performance in specialized training)
                                                                                      • Penilaian terhadap ‘actual performance’ di pekerjaan tertentu (job performance)
                                                                                      • Hasil tes pada 2 kelompok kontras (contrasted group)
                                                                                      • Diagnosis psikiatri (psychiatric diagnosis)
                                                                                      • Rating’
                                                                                      • Tes yang sudah ada yang sering digunakan dan dinilai baik (previously available test)

                                                                                      Validitas peramalan (Predictive Validity)

                                                                                      Ukuran ketepatan fungsi suatu tes untuk meramalkan suatu ‘non-test behavior’ di masa mendatang
                                                                                        hasil tes -------------------------- perilaku di masa datang
                                                                                        (skor tes inteligensi)            (keberhasilan studi PT)

                                                                                        Validitas konkuren (Concurrent Validity)

                                                                                        Ukuran ketepatan fungsi suatu tes dalam menggambarkan keadaan saat ini
                                                                                                                  hasil tes ---------------------- perilaku saat ini
                                                                                                                  (skor tes agresivitas)        (perilaku agresif)

                                                                                          Predictive Validity VS Concurrent Validity

                                                                                          Tergantung tujuannya:
                                                                                          • meramalkan → predictive validity
                                                                                          • mendiagnosa → concurrent validity
                                                                                          • Waktu tersedianya kriteria/evidence
                                                                                          • kriteria/evidence di waktu yad → predictive validity
                                                                                          • kriteria/evidence saat ini → concurrent validity
                                                                                          • Teknik concurrent validation dianggap lebih praktis karena jangka waktu antara tes dan pengukuran kriteria/evidence adalah pendek

                                                                                          Validitas Konstruk (Construct Validity)
                                                                                          • Ukuran seberapa tepat tes mengukur suatu theoretical construct tertentu (trait maupun abilities)
                                                                                          • Dasar pemikiran:
                                                                                          • Dalam pengujian valditas dituntut informasi dari berbagai macam sumber yang memberikan gambaran tentang hakikat dari trait atau ability yang ingin diukur → informasi yang berasal dari teori
                                                                                          • Tes yang valid untuk mengukur konstruk X belum tentu valid mengukur konstruk Y
                                                                                          • Kriteria Validitas Konstruk
                                                                                          • Nilai dalam test lain yang valid untuk mengukur konstruk yang sama (convergent factors)
                                                                                          • Nilai dalam test lain yang independen terhadap konstruk yang diukur (discriminant factors)
                                                                                          • Tahap perkembangan (jika menurut teori nilai pada test tergantung pada tahap perkembangan)
                                                                                          • Faktor yang dihasilkan melalui perhitungan analisis faktor
                                                                                          • Kinerja dalam hal-hal khusus (jika menurut teori kinerja itu berkaitan dengan konstruk yang diukur

                                                                                          Prosedur umum pengujian:
                                                                                            1. Pelajari teori seputar konstruk yang akan diukur (mis: inteligensi, mechanical compr, verbalfluency, anxiety, dsb)
                                                                                            2. Kembangkan hipotesis berdasarkan teori (catatan: kaitkan dengan teknik khusus)
                                                                                            3. Analisis kesesuaian hasil pengujian empirik

                                                                                            Developmental Changes
                                                                                            • Menguji validitas tes yang akan digunakan untuk mengukur konstruk, yang menurut teori perubahannya mengikuti tahapan perkembangan (mis: inteligensi)

                                                                                            Correlation With Other Test
                                                                                            • Menguji validitas tes yang digunakan untuk mengukur konstruk yang terbukti sudah diukur oleh tes lain

                                                                                            Factor analysis
                                                                                            • Memvalidasi sekaligus sejumlah tes dengan menganalisis pola inter-korelasi nya (faktor yang dihasilkan melalui analisis faktor)

                                                                                            Internal Consistency
                                                                                            • Menguji validitas tes untuk mengukur konstruk yang bersifat uni-dimensi (bukan gabungan beberapa sub-konstruk)

                                                                                            Dasar pemikiran:
                                                                                            • Jika suatu tes sangat homogen, besar kemungkinan tes itu hanya mengukur satu konstruk dan tidak terpengaruh oleh konstruk lain

                                                                                            Catatan:
                                                                                            Pengujian dengan teknik internal consistency kadang-kadang digunakan (secara terpaksa) ketika tidak ada/sulit menemukan ‘kriteria luar’ lainnya

                                                                                            Convergent & Discriminant Validation

                                                                                            • Dasar pemikiran:
                                                                                            • Tes yang mengukur O seharusnya secara jelas berkorelasi dengan tes lain yang memang mengukur O (convergent factors) dan sekaligus tidak tidak berkorelasi dengan tes yang tidak mengukur O (discriminant factors)

                                                                                            Prosedur pengujian:
                                                                                            • Menentukan satu atau lebih tes yang seharusnya berkorelasi dengan tes yang diuji
                                                                                            • Menentukan satu atau lebih tes yang seharusnya tidak berkorelasi dgn tes yang diuji validitasnya
                                                                                            • Memeriksa apakah hasil perhitungan korelasi sesuai dengan teori

                                                                                            Convergent & Discriminant Validation

                                                                                            • Menguji validitas tes dengan cara membandingkan skor sebelum & sesudah dilakukannya intervensi eksperimental (pretest dan post-test).
                                                                                            • Intervensi bisa berupa pelatihan atau pemberian perlakuan tertentu kepada subjek.
                                                                                            Contoh: konstruk agresivitas, sociability, leadership, motivasi, problem solving.

                                                                                            Kriteria Pengukuran Validitas

                                                                                            Jenis-Jenis Pengujian Validitas dalam Penggunaan Tes 1_

                                                                                            Sekian artikel tentang Jenis-Jenis Pengujian Validitas dalam Penggunaan Tes. Semoga bermanfaat.

                                                                                            Daftar Pustaka
                                                                                            • Cohen, R. J., & Swerdlik, M. E. (2010). Psychological testing and assessment: An introduction to test and measurement. (7th ed.). Boston: McGraw Hill.
                                                                                            • Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS. (3rd ed.). New York: SAGE Publications, Ltd.
                                                                                            • Kaplan, R.M. & Saccuzzp, D.P. (2009). Psychological testing: Principles, applications, and issues. California: Wadsworth Cengage Learning
                                                                                            • Urbina, S. (2004). Essentials of psychological testing. New York: John Wiley &  Sons, Inc.

                                                                                            Pengujian, Interpretasi, dan Aplikasi Hasil Uji Validitas

                                                                                            $
                                                                                            0
                                                                                            0
                                                                                            Pengujian, Interpretasi, dan Aplikasi Hasil Uji Validitas - Artikel ini membahas mengenai pengujian validitas dengan SPSS, interpretasi hasil uji validitas, dan aplikasi hasil uji validitas. Melalui artikel ini diharapkan mampu melakukan pengujian validitas dengan SPSS serta mampu melakukan interpretasi serta aplikasi hasil uji validitas.

                                                                                            Validitas Konstruk (Construct Validity)
                                                                                            • Ukuran seberapa tepat tes mengukur suatu theoretical construct tertentu (trait maupun abilities) 
                                                                                            • Dasar pemikiran:
                                                                                              - Dalam pengujian valditas dituntut informasi dari berbagai macam sumber yang memberikan gambaran tentang hakikat dari trait atau ability yang ingin diukur à informasi yang berasal dari teori
                                                                                              - Tes yang valid untuk mengukur konstruk X belum tentu valid mengukur konstruk Y
                                                                                            • Kriteria Validitas Konstruk
                                                                                              - Nilai dalam test lain yang valid untuk mengukur konstruk yang sama (convergent factors)
                                                                                              - Nilai dalam test lain yang independen terhadap konstruk yang diukur (discriminant factors)
                                                                                              - Tahap perkembangan (jika menurut teori nilai pada test tergantung pada tahap perkembangan)
                                                                                              - Faktor yang dihasilkan melalui perhitungan analisis faktor
                                                                                              - Kinerja dalam hal-hal khusus (jika menurut teori kinerja itu berkaitan dengan konstruk yang diukur
                                                                                            • Prosedur umum pengujian:
                                                                                              1. Pelajari teori seputar konstruk yang akan diukur (mis: inteligensi, mechanical compr, verbal fluency, anxiety, dsb)
                                                                                              2. Kembangkan hipotesis berdasarkan teori (catatan: kaitkan dengan teknik khusus)
                                                                                              3. Analisis kesesuaian hasil pengujian empirik

                                                                                            Pengujian, Interpretasi, dan Aplikasi Hasil Uji Validitas_
                                                                                            image source: blog.motivemetrics.com
                                                                                            baca juga: Jenis-Jenis Pengujian Validitas dalam Penggunaan Tes

                                                                                            Developmental Changes
                                                                                            Menguji validitas tes yang akan digunakan untuk mengukur konstruk, yang menurut teori perubahannya mengikuti tahapan perkembangan (mis: inteligensi)

                                                                                            Correlation With Other Test
                                                                                            Menguji validitas tes yang digunakan untuk mengukur konstruk yang terbukti sudah diukur oleh tes lain

                                                                                            Factor analysis
                                                                                            Memvalidasi sekaligus sejumlah tes dengan menganalisis pola inter-korelasi nya (faktor yang dihasilkan melalui analisis faktor)

                                                                                            Internal Consistency
                                                                                            Menguji validitas tes untuk mengukur konstruk yang bersifat uni-dimensi (bukan gabungan beberapa sub-konstruk)

                                                                                            Dasar pemikiran:
                                                                                            Jika suatu tes sangat homogen, besar kemungkinan tes itu hanya mengukur satu konstruk dan tidak terpengaruh oleh konstruk lain

                                                                                            Catatan:
                                                                                            Pengujian dengan teknik internal consistency kadang-kadang digunakan (secara terpaksa) ketika tidak ada/sulit menemukan ‘kriteria luar’ lainnya

                                                                                            Convergent & Discriminant Validation
                                                                                            Dasar pemikiran:
                                                                                            • Tes yang mengukur O seharusnya secara jelas berkorelasi dengan tes lain yang memang mengukur O (convergent factors) dan sekaligus tidak tidak berkorelasi dengan tes yang tidak mengukur O (discriminant factors)

                                                                                            Prosedur pengujian:
                                                                                            • Menentukan satu atau lebih tes yang seharusnya berkorelasi dengan tes yang diuji
                                                                                            • Menentukan satu atau lebih tes yang seharusnya tidak berkorelasi dgn tes yang diuji validitasnya
                                                                                            • Memeriksa apakah hasil perhitungan korelasi sesuai dengan teori

                                                                                            Convergent & Discriminant Validation
                                                                                            Menguji validitas tes dengan cara membandingkan skor sebelum & sesudah dilakukannya intervensi eksperimental (pretest dan post-test).
                                                                                            Intervensi bisa berupa pelatihan atau pemberian perlakuan tertentu kepada subjek.

                                                                                            Contoh: konstruk agresivitas, sociability, leadership, motivasi, problem solving.

                                                                                            Kriteria Pengukuran Validitas

                                                                                            Pengujian, Interpretasi, dan Aplikasi Hasil Uji Validitas 2_

                                                                                            Interpretasi Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas

                                                                                            Interpretasi Koefisien Reliabilitas
                                                                                            • Konsistensi skor yg diharapkan pada suatu tes?
                                                                                              1. Apakah skor tes AB konsisten antar waktu?
                                                                                              2. Bila ada dua tes setara yang mengukur trait Y, apakah skor yang diperoleh konsisten?
                                                                                              3. Apakah item-item tes AB konsisten dalam mengukur satu trait/attribut?
                                                                                              4. Apakah skor tes AB yg dihasilkan seorang penyekor konsisten dengan skor tes yg dihasilkan penyekor lain?
                                                                                            • Pertanyaan di atas mengenai konsistensi skor akan menentukan metode pengujian reliabilitas yg dilakukan.
                                                                                            • Apakah Test-retest, Alternate-form,Internal consistency, atau Inter scorer reliability?
                                                                                              > Koefisien reliabilitas harus diinterpretasikan berkaitan dgn konsistensi yg 
                                                                                            • Batasan koefisien reliabilitas secara umum 0,8
                                                                                            • Batasan koefisien reliabilitas terkait tujuan tes
                                                                                              - research: 0,7 – 0,8
                                                                                              - clinical (diagnosis): 0,95
                                                                                            • Interpretasi reliabilitas harus terkait dgn metode reliabilitas yg digunakan
                                                                                              Contoh:
                                                                                              Tes loneliness:
                                                                                              - Metode tes-retes rX1X2= 0,56 (tes tidak stabil antar waktu)
                                                                                              - α = 0,82 (tes secara internal konsisten) 
                                                                                            • Koefisien reliabilitas juga digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai besar variabilitas skor tes yg disebabkan oleh error of measurement dan true score.
                                                                                            • Koefisien reliabilitas > proporsi varians true score dan varians observed score.
                                                                                              Contoh: rX1X2= 0.80 à 80% dari varians observed score merupakan varians true score dan 20% merupakan varians error
                                                                                              Contoh:
                                                                                              Tes loneliness:
                                                                                              - metode tes-retes rX1X2= 0,56 (tes tidak stabil antar waktu)
                                                                                              - rX1X2= 0.56 à 56% dari varians observed score merupakan varians true score dan 44% merupakan varians error (time sampling error)
                                                                                              - α = 0,82 (tes secara internal konsisten) à 82% dari varians observed score merupakan varians true score dan 18% merupakan varians error (content sampling dan content heterogeneity error )
                                                                                            • Jadi interpretasi reliabilitas harus terkait dengan metode reliabilitas yang digunakan dan error yang terdapat dalam metode.
                                                                                            • Dari contoh, dapat disimpulkan:
                                                                                              - Sebuah alat ukur dapat konsisten dlm suatu hal, tetapi dpt juga tdk konsisten dlm hal lain.
                                                                                              - Penentuan apakah suatu tes reliabel harus memperhatikan metode pengujian yg digunakan dan kemungkinan error yg ada
                                                                                              - Besar error yg ditolerir terkait dgn tujuan alat ukur

                                                                                            Interpretasi Hasil Uji Validitas
                                                                                            • Harus signifikan pada level tertentu & cukup tinggi untuk dapat mengidentifikasi dan membedakan individu
                                                                                            • Terkait dengan tujuan tes
                                                                                            • Terkait dengan teori konstruk
                                                                                            • Dikaitkan dengan metode pengujian validitas. 
                                                                                            • Khusus pada criterion-validity, korelasi diharapkan signifikan dan tinggi

                                                                                            Aplikasi Hasil Uji Validitas

                                                                                            Koefisien korelasi sebesar 0,6 (signifikan pada LOS 0,05) sebagai hasil uji validitas konstruk antara tes X dengan tes Y (yang mengukur konstruk kreativitas), menunjukkan bahwa 36% proporsi varians tes X diakibatkan oleh tes Y. Dengan demikian, tes X dapat dikatakan valid untuk mengukur konstruk kreativitas.

                                                                                            Koefisien korelasi sebesar 0,8 (signifikan pada LOS 0,05) sebagai hasil uji validitas prediktif antara tes SPMB dengan nilai IPK, menunjukkan bahwa 64% proporsi varians nilai IPK diakibatkan oleh tes SPMB. Dengan demikian, tes X dapat dikatakan valid untuk memprediksi keberhasilan belajar di perguruan tinggi

                                                                                            Sekian artikel tentang Pengujian, Interpretasi, dan Aplikasi Hasil Uji Validitas. Semoa bermanfaat.

                                                                                            Daftar Pustaka
                                                                                            • Cohen, R. J., & Swerdlik, M. E. (2010). Psychological testing and assessment: An introduction to test and measurement. (7th ed.). Boston: McGraw Hill. 
                                                                                            • Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS. (3rd ed.). New York: SAGE Publications, Ltd.
                                                                                            • Kaplan, R.M. & Saccuzzp, D.P. (2009). Psychological testing: Principles, applications, and issues. California: Wadsworth Cengage Learning
                                                                                            • Urbina, S. (2004). Essentials of psychological testing. New York: John Wiley & Sons, Inc.

                                                                                            Cara Agar Semua Orang Merasa Nyaman Denganmu

                                                                                            $
                                                                                            0
                                                                                            0
                                                                                            Cara Agar Semua Orang Merasa Nyaman Denganmu - Membuat seseorang tertarik padamu tidak harus selalu melakukan banyak kebaikan padanya, melainkan dengan menanam banyak kesan di alam bawah sadar si dia.

                                                                                            Begitu kesan tentangmu sudah tertanam, si dia tidak akan bisa melupakanmu. Dia akan merasa nyaman denganmu, mencari-cari kamu, dan tidak sabar ingin ketemu lagi denganmu. Nah, bagaimana caranya menanam banyak kesan tak terlupakan yang dimaksud? Inilah 8 tekniknya.

                                                                                            1. Sebut Nama Panggilan Si Dia

                                                                                            Cara Agar Semua Orang Merasa Nyaman Denganmu_

                                                                                            Berdasarkan sebuah penelitian, orang-orang paling suka kalau nama mereka disebut. Jadi, kalau kamu mengobrol dengan si dia, walaupun kalian belum terlalu dekat, sebut saja nama panggilan dia. Nama si dia adalah kata yang paling penting, bermakna, dan emosional untuknya. Jadi emosi positif akan tertanam di alam bawah sadarnya setiap kali kamu menyebut nama si dia.

                                                                                            2. Memberikan Makanan Dan Minuman

                                                                                            Cara Agar Semua Orang Merasa Nyaman Denganmu 2_

                                                                                            Selain bisa menunjukkan perhatianmu ke si dia, kalau kamu membawa minuman hangat seperti kopi, susu, atau teh, dia akan merasa lebih hangat dan terbuka padamu. Selain itu, makanan manis-manis seperti kue dan es krim dapat meningkatkan ketertarikan si dia padamu juga.

                                                                                            3. Mendengar, Mendengar, Dan Mendengar

                                                                                            Cara Agar Semua Orang Merasa Nyaman Denganmu 3_

                                                                                            Mendengar tidak asal mendengar. Meski kamu tidak mengerti apa yang dia bicarakan, si dia tetap merasa didengar olehmu kalau kamu tahu cara mendengarkan yang tepat. Singkirkan dulu ponselmu, jangan melakukan apapun saat dia berbicara. Saat mendengarkan, anggukkan kepala, tatap matanya, dan beri respons yang sewajarnya dengan nada tertarik seperti, “oh, gitu…” atau “hmm…”. Jika perlu, berikan dia pertanyaan yang berhubungan dengan apa yang dia bicarakan agar dia lebih merasa diperhatikan olehmu.

                                                                                            4. Perhatikan Bahasa Tubuh Kamu

                                                                                            Cara Agar Semua Orang Merasa Nyaman Denganmu 4_

                                                                                            Tahu tidak, manusia sensitif sekali dengan komunikasi non-verbal yang salah satunya adalah bahasa tubuh. Jadi saat orang lain merasa tidak diperhatikan olehmu, si dia pasti menyadarinya lewat bahasa tubuhmu yang memberi kesan tidak tertarik dengan apa yang dia bicarakan. Misalnya, jangan bertopang dagu saat mengobrol, kamu bisa memberi kesan kamu bosan dengan apa yang si dia bicarakan. Namun, memiringkan kepala sedikit sambil menatap lawan bicara adalah salah satu tanda ketertarikan.

                                                                                            5. Meniru Perilaku Dan Ucapan Lawan Bicara Kamu

                                                                                            Cara Agar Semua Orang Merasa Nyaman Denganmu 5_

                                                                                            Secara halus meniru ucapan atau sikap si dia saat kalian berbicara dapat memberi kesan kamu tertarik padanya. Misalnya, saat si dia menggeser posisi duduknya karena pegal, kamu menggerakkan anggota tubuhmu yang mana saja untuk menghilangkan rasa pegal di tubuhmu. Atau, coba perhatikan apakah dia punya kata-kata yang sangat sering dia ucapkan. Kalau dia sering berkata, “Sadiiiiiis!!” saat bereaksi terhadap sesuatu yang keren, mungkin di saat lainnya ketika kamu melihat sesuatu yang keren bersamanya, kamu juga ikut mengucapkan kata itu seperti dia.

                                                                                            6. Jangan Malu-Malu Menyentuh Si Dia Sesekali

                                                                                            Cara Agar Semua Orang Merasa Nyaman Denganmu 6_

                                                                                            Saat si dia membuatmu gemas, tampar halus atau cubit pelan saja lengannya. Ketika mengobrol, kamu bisa menyentuh tangannya sesekali. Kamu juga bisa mengusap kepala si dia sebagai bentuk perhatian. Menyentuh si dia dapat meningkatkan koneksi, kepercayaan, dan keakraban. Namun, bersikaplah sedikit sensitif dengan memperhatikan batasan diri dia saat kamu ingin menyentuh dia. Jika kalian belum saling mengenal dan si dia tidak suka disentuh, buatlah dia nyaman denganmu terlebih dulu, ya.

                                                                                            7. Be Positive And Confident! Selalu Bicarakan Hal Positif Tentang Dirimu Dan Orang Lain

                                                                                            Cara Agar Semua Orang Merasa Nyaman Denganmu 7_

                                                                                            Ketika si dia menanyakan soal mantanmu, jangan habiskan waktumu dengan menjelekkan mantan. Coba saja jawab dengan, “Kita memang nggak cocok, tapi aku belajar banyak dari hubungan kita yang gagal.” Pujilah si dia dengan tulus, tidak perlu menggombal berlebihan. Selain itu, bersikaplah percaya diri dengan murah senyum, tertawa saat dia melucu, dan memberi dia tatapan mata yang hangat.

                                                                                            8. Buatlah Dirimu Nyaman Dengan Diri Sendiri

                                                                                            Cara Agar Semua Orang Merasa Nyaman Denganmu 8_

                                                                                            Bagaimana bisa kamu membuat orang lain nyaman kalau kamu masih belum nyaman dengan diri sendiri? Kegrogianmu bisa dideteksi si dia dengan mudah, lho. Ukur dan nilai dirimu sendiri seberapa menariknya kamu. Kalau kamu masih minder dengan penampilan, ubahlah penampilanmu ke yang terbaik sampai kamu nyaman. Kalau kamu masih minder mengobrol, pelajari cara-caranya dan sering-sering mengamati orang lain.


                                                                                            Pengertian Statistika, Fungsi, dan Kaitan dengan Psikologi

                                                                                            $
                                                                                            0
                                                                                            0
                                                                                            Pengertian Statistika, Fungsi, dan Kaitan Satistika dengan Bidang Psikologi - Artikel ini membahas mengenai Apa itu Statistika; Fungsi dan Kaitan Statistika dengan bidang Psikologi, dan Operasi Matematika yang banyak digunakan dalam perhitungan Statistika. Melalui artikel ini diharapkan dapat mengetahui Apa itu Statistika serta Fungsi dan Kaitannya dengan bidang Psikologi

                                                                                            Apa itu Statistika?

                                                                                            Dalam pengertian sehari-hari, terminologi ‘statistik’ dan ‘statistika’ seringkali dianggap sebagai satu hal yang sama, suatu fakta atau angka yang didapat dari prosedur matematika. Pada kenyataannya, dua terminologi tersebut memiliki definisi dan konteks pemakaian yang berbeda, seperti yang dijelaskan berikut ini.

                                                                                            Terminologi ‘statistik’ mewakili fakta  dan angka yang memberikan informasi dalam jumlah besar ke dalam angka yang sederhana, sehingga bersifat informatif dan dapat menyingkat waktu. Statistik dapat dijumpai di sekitar kita  seperti: pendapatan rata-rata; tingkat kejahatan; tingkat kelahiran; rata-rata curah hujan, dan sebagainya. Di lain pihak, terminologi ‘statistika’ merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada serangkaian prosedur matematika untuk mengolah, menyajikan, menganalisa dan menyimpulkan data atau informasi dalam jumlah besar ke dalam angka yang sederhana (statistik). Dengan demikian, dapat disimpulkan secara sederhana: statistika adalah prosedur matematika yang akan menghasilkan statistik.

                                                                                            Pengertian Statistika, Fungsi, dan Kaitan dengan Psikologi_
                                                                                            image source: ec.europa.eu
                                                                                            baca juga: Pengertian Statistik, Komponen Utama, Fungsi, dan Kajian Statistik

                                                                                            Peranan Statistika dalam bidang Psikologi

                                                                                            Penelitian dalam bidang psikologi (dan bidang lainnya) melibatkan proses pengumpulan informasi dalam usahanya untuk memahami ‘perilaku manusia’. Sebagai contoh, untuk mengetahui apakah kekerasan di TV memiliki efek pada perilaku anak-anak, peneliti perlu untuk mengumpulkan berbagai macam informasi perilaku anak-anak tersebut yang berkaitan dengan tayangan kekerasan di TV. Kumpulan informasi seperti nilai IQ, skor kepribadian, nilai waktu reaksi, dan sebagainya yang terkumpul umumnya dalam jumlah yang besar. Sehingga diperlukan peranan statistika untuk membantu para peneliti memahami informasi-informasi tersebut.
                                                                                            Secara khusus, statistika memiliki dua tujuan umum:
                                                                                            1. Statistika digunakan untuk mengatur dan meringkas informasi sehingga peneliti dapat melihat apa yang terjadi dalam penelitian yang dilakukan dan dapat menyampaikan hasil yang didapat kepada orang lain sehingga mudah dimengerti.
                                                                                            2. Statistika membantu peneliti untuk menjawab pertanyaan umum yang menjadi pertanyaan dasar penelitian dengan menentukan apakah kesimpulan yang dibuat berdasarkan data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

                                                                                            Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pikiran (mind) dan perilaku (behavior). Dalam penelitian di bidang psikologi, peneliti berusaha untuk mencari tahu: Apa itu mind dan behavior; Bagaimana mind dan behavior berfungsi; serta Apa yang menyebabkannya. Sebagai sains, psikologi mensyaratkan pengetahuan yang dihasilkan harus didapat melalui penelitian empiris yang sistematik, purposif dan terencana. Hal inilah yang dibantu untuk dicapai oleh statiska. Prosedur statistik membantu memastikan bahwa informasi atau data yang didapat melalui pengamatan disajikan dan diinterpretasikan dengan akurat dan informatif.

                                                                                            Dalam istilah yang agak dibesar-besarkan, statistik membantu peneliti menghasilkan keteraturan dari kekacauan. Selain itu, statistik menyediakan seperangkat teknik standar yang diakui dan dipahami seluruh komunitas ilmiah, sehingga metode statistik yang digunakan oleh salah satu peneliti juga akan dipahami peneliti lain, yang secara akurat dapat menafsirkan  analisis statistik yang digunakan, bagaimana analisis tersebut dilakukan dan apa ditandai oleh hasil yang didapatkan. Secara spesifik, Statistika adalah Metoda kuantitatif yang bisa membantu memahami berbagai gejala atau fenomena. Statistika digunakan untuk menyederhanakan data; melihat hubungan dan perbedaan; serta memberi arti suatu gejala atau fenomena melalui pengukuran.

                                                                                            Dengan alasan-alasan tersebut di atas, maka statistika dianggap dapat digunakan oleh akademisi dan praktisi di bidang psikologi untuk memahami literatur modern yang dihasilkan dalam bidang psikologi maupun bidang-bidang lainnya.

                                                                                            Terminologi Penting dalam Statistika

                                                                                            Ada beberapa terminologi penting yang sering digunakan dalam statistika, antara lain:
                                                                                            • Populasi: Keseluruhan individu yang menjadi target studi
                                                                                            • Sampel: Sekumpulan individu yang dipilih dari populasi, yang dianggap mewakili populasi dalam studi yang akan dilakukan. Dalam penelitian, sampel adalah obyek yang akan dikenakan pengukuran
                                                                                            • Variabel: karakteristik atau kondisi yang dapat mengalami perubahan atau memiliki nilai-nilai yang berbeda untuk tiap individunya
                                                                                            • Data (plural): hasil-hasil pengukuran atau observasi
                                                                                            • Datum (singular): sebuah hasil pengukuran atau observa dan seringkali disebut skor
                                                                                            • Data Set: sekumpulan hasil pengukuran atau observasi.
                                                                                            • Parameter: karakteristik atau nilai yang mendeskripsikan populasi
                                                                                            • Statistik: karakteristik atau nilai yang mendeskripsikan sampel.
                                                                                            CONTOH:
                                                                                            • Populasi 1000 orang mahasiswa psikologi memiliki populasi parameter: 
                                                                                            rata-rata usia = 22th; rata-rata IQ = 112; 65% wanita,  35% pria
                                                                                            • statistik sampel (A, B, C, D dan E):
                                                                                            rata-rata usia = 20 th; rata-rata IQ 105; 60% wanita, 40% pria.

                                                                                            Kategori Pengolahan Data dalam Statistika

                                                                                            Dalam statistika modern dikenal dua pengelompokkan teknik statistika, yaitu descriptive statistics dan inferential statistics. Secara singkat, kedua pengelompokkan tersebut didefinikan sebagai:

                                                                                            • Descriptive statistics adalah proses mengumpulkan, mengelompokan, menyimpulkan dan mempresentasikan data.
                                                                                            CONTOH:
                                                                                            Dari hasil survey yang dilakukan Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (DCD) di Amerika pada tahun 2004, diketahui bahwa rata-rata berat badan wanita mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 1960, dimana pada tahun 1960 berat badan wanita Amerika memiliki rata-rata 140,2 pon sementara pada tahun 2004 rata-rata berat badan wanita Amerika mencapai 191 pon.
                                                                                            Rata-rata berat badan wanita Amerika tersebut merupakan contoh data descriptive statistics, karena memberikan ‘deskripsi’ berat badan dari banyak orang dengan menggunakan satu ‘nilai’ saja.

                                                                                            • Inferential statistics adalah proses generalisasi data terhadap populasi, melakukan estimasi dan uji hipotesa, menentukan hubungan antar variabel, serta membuat prediksi

                                                                                            CONTOH:
                                                                                            CDC melakukan pengukuran berat badan terhadap sejumlah wanita dari beberapa tempat yang dianggap merepresentasikan keseluruhan wanita yang ada di Amerika tanpat melakukan pengukuran terhadap seluruh wanita di Amerika. Hasil pengukuran berat badan sejumlah wanita tersebut kemudian digunakan untuk ‘memperkirakan’ berat badan seluruh wanita di Amerika. Maka, teknik statistika yang digunakan disebut sebagai inferential statistics, karena berdasarkan data yang diambil dari hanya sejumlah wanita (sampel) ditarik kesimpulan (perkiraan) terhadap berat badan wanita Amerika secara keseluruhan

                                                                                            Soal Latihan
                                                                                            1. Seorang peneliti ingin mengetahui pengaruh dari minuman berelektrolit pada ketahanan fisik remaja di Jakarta saat berolah raga. 30 orang remaja dipilih dan diintruksikan untuk melakukan latihan ketahanan pada treadmil. Separuh di antaranya diberikan minuman berelektrolit, sisanya diberikan air mineral.
                                                                                              a. Tentukan Sampel dan Populasib. Rata-rata waktu remaja Jakarta dapat melakukan latihan ketahan treadmil merupakan contoh dari?
                                                                                              b. Rata-rata waktu 15 orang remaja yang melakukan latihan ketahan treadmil dan diberikan minuman berelektrolit adalah contoh dari?
                                                                                            1. Dalam proses daftar ulang mahasiswa baru Universitas Mercu Buana dilakukan pengukuran tinggi badan terhadap seluruh mahasiswa baru, dan diketahui mahasiswa baru pria UMB memiliki rata-rata tinggi badan 175 cm, dan mahasiswa baru wanita UMB memiliki rata-rata tinggi badan 165 cm. Rata-rata tinggi badan mahasiswa baru UMB pria dan wanita itu disebut sebagai ………………………….
                                                                                            1. Dari keseluruhan mahasiswa baru UMB yang melakukan daftar ulang, dipilih secara acak 50 orang pria dan 50 orang wanita untuk dilakukan pengukuran tinggi badan. Didapatkan informasi dari 50 orang mahasiswa baru pria UMB memiliki tinggi badan rata-rata 173 cm dan dari 50 orang mahasiswa baru wanita UMB mmeiliki tinggi badan rata-rata 166 cm. Dengan demikian diperkirakan mahasiwa baru pria UMB memiliki tinggi badan sekitar 173 cm dan mahasiswa baru wanita UMB memiliki tinggi badan sekitar 166 cm. Perkiraan tersebut termasuk sebagai …………………………….

                                                                                            Operasi Matematika dalam Statistika

                                                                                            Simbol dan Notasi Matematika
                                                                                                          Penambahan   
                                                                                            -                 Pengurangan
                                                                                            x; ()          Perkalian
                                                                                            ÷; /             Pembagian
                                                                                            >                Lebih besar dari
                                                                                            <                Lebih kecil atau kurang dari
                                                                                                            Lebih besar atau sama dengan
                                                                                            ≤                Lebih kecil atau sama dengan
                                                                                                            Tidak sama dengan
                                                                                            Σ                Sigma atau ‘dijumlahkan semuanya’

                                                                                            Urutan Operasi Matematika

                                                                                            Dalam menyelesaikan suatu operasi matematika (baik operasi matematika sederhana, maupun operasi matematika kompleks), ada aturan atau urutan atau tahapan sebagai konsensus ahli-ahli matematika yang perlu diperhatikan dalam penyelesaian operasi matematika:

                                                                                            CONTOH:
                                                                                            (6 + 2) – (4 x 3) + 6 =
                                                                                                              22
                                                                                            • Selesaikan terlebih dahulu operasi matematika yang berada dalam kurung
                                                                                            8 – 12 + 6 =
                                                                                                   22
                                                                                            • Selesaikan operasi kuadrat
                                                                                            8 – 12 + 6 =
                                                                                                   4
                                                                                            • Selesaikan operasi perkalian dan pembagian, dari kiri ke kanan
                                                                                            8 – 3 + 6 =
                                                                                            • Selesaikan operasi penambahan dan pengurangan paling akhir dari kiri ke kanan
                                                                                            5 + 6 = 11

                                                                                            Persamaan Matematika dengan Variabel yang Tidak Diketahui

                                                                                            1. Penambahan
                                                                                              CONTOH:
                                                                                                    X + 7 = 18
                                                                                              X + 7 – 7 = 18 – 7
                                                                                                          X = 11

                                                                                              2. Pengurangan
                                                                                                CONTOH:
                                                                                                        X – 13 = 27
                                                                                                X – 13 + 13 = 27 + 13
                                                                                                                X = 40

                                                                                                3. Perkalian

                                                                                                  CONTOH:
                                                                                                        X x 5 = 20
                                                                                                   X x 5 / 5 = 20 / 5
                                                                                                              X = 4

                                                                                                  4. Pembagian
                                                                                                    CONTOH:
                                                                                                          X / 5 = 40
                                                                                                    X / 5 x 5 = 40 x 5
                                                                                                               X = 200

                                                                                                    5. Multiple Operations

                                                                                                    CONTOH:
                                                                                                          4X + 6 = 18
                                                                                                    4X + 6 – 6 = 18 – 6
                                                                                                                4X = 12
                                                                                                           4X / 4 = 12 / 4
                                                                                                                  X = 3


                                                                                                    Soal Latihan

                                                                                                    Selesaikanlah operasi-operasi matematika berikut ini:
                                                                                                    1. 5(2) – 12/3 + 2 =
                                                                                                    2. (10 + 5) / 2 + 9 =
                                                                                                    3. (54 – 16) + (9 – 3) =
                                                                                                                       2              3
                                                                                                    1. 9(-5) + 4(6) =
                                                                                                    2. - 8 – 16 =
                                                                                                    3. A + 16 = 25
                                                                                                    A =
                                                                                                    1. 30 – 5B = 90
                                                                                                    B =
                                                                                                    1. C/11 = 5
                                                                                                    C =
                                                                                                    1. 5D – 100 = - 155
                                                                                                    D =
                                                                                                    1. (E + 10) (F – 5) = 0
                                                                                                    E =

                                                                                                    Simbol-simbol

                                                                                                    bi          Koefisien regresi (unstandardized)
                                                                                                    df         Degrees of freedom (derajat kebebasan)
                                                                                                    ei          error pada orang (data) ke i
                                                                                                    F          F-ratio (uji statistika pada Anova )
                                                                                                    H          uji statistika Kruskal–Wallis
                                                                                                    k           jumlah tingkatan pada sebuah variabel (jumlah treatmen), atau jumlah predictor pada       model regresi
                                                                                                    ln          Natural logarithm (logaritma natural)
                                                                                                    MS       The mean squared error (Mean Square), rata-rata variabilitas pada data.
                                                                                                    N, n      Besaran populasi atau sampel
                                                                                                    P          Probabilitas atau peluang
                                                                                                    r           Koefisien korelas Pearson’s
                                                                                                    rs         Koefisien (jenjang) korelasi Spearman’s
                                                                                                    rb, rpb   Koefisien korelasi Biserial dan koefisien korelasi point–biserial
                                                                                                    R          Koefisien multiple correlation
                                                                                                    R2        Koefisien (proporsi data yang dijelaskan oleh model)
                                                                                                    s2         Variansi data sampel
                                                                                                    s           standard deviation data sampel
                                                                                                    SS        The sum of squares, atau sum of squared errors
                                                                                                    SSA      The sum of squares untuk variabel A
                                                                                                    SSM     The model sum of squares (variabilitas yang dijelaskan oleh model fitted terhadap            data
                                                                                                    SSR     The residual sum of squares (variabilitas yang tidak dapat dijelaskan model, contoh:        error pada Mo atau Modus)
                                                                                                    SST      The total sum of squares (total variabilitas dalam data)
                                                                                                    t           Uji statistika untuk Student’s t-test
                                                                                                    T          Uji statistika untuk Wilcoxon’s matched-pairs signed-rank test
                                                                                                    U          Uji statistika untuk Mann–Whitney test
                                                                                                    Ws       Uji statistika untuk Wilcoxon’s rank-sum test
                                                                                                     _  _
                                                                                                    X; x      Nilai rata-rata untuk sample
                                                                                                    z           poin data yang terdapat pada unit standard deviation

                                                                                                    Sekian artikel tentang Pengertian Statistika, Fungsi, dan Kaitan Satistika dengan Bidang Psikologi. Semoga bermanfaat.

                                                                                                    Daftar Pustaka

                                                                                                    • Gravetter, F.J. & Wallnau, L.B. 2009. Statistics for the Behavioral Sciences.
                                                                                                    • Field, A.P. (2009). Discovering Statistics using SPSS: Introducing Statistical Methods
                                                                                                    • Howell, D.C. 2012. Statistical Method for Psychology.
                                                                                                    • Nolan, S.A. & Heinzen, T.E, 2012. Statistics for the Behavioral Sciences. Second Edition.

                                                                                                    Macam-Macam Skala Pengukuran dalam Statistika

                                                                                                    $
                                                                                                    0
                                                                                                    0
                                                                                                    Macam-Macam Skala Pengukuran dalam Statistika - Artikel ini membahas mengenai apa saja yang diukur dalam statistika, variabel dalam psikologi, variabel dan data hasil pengukuran, dan jenis-jenis skala pengukuran. Melalui artikel ini diharapkan dapat memahami berbagai macam skala pengukuran dalam statistika.

                                                                                                    Skala Pengukuran

                                                                                                    Apa yang diukur dalam Statistika?
                                                                                                    • Variabel: karakteristik atau kondisi yang dapat mengalami perubahan atau memiliki nilai-nilai yang berbeda untuk tiap individunya
                                                                                                    • Ciri yang diukur dalam penelitian à dinyatakan dalam nilai-nilai yang bervariasi dalam batas-batas yang dapat diterima
                                                                                                    • Variabel diperoleh karena adanya:
                                                                                                      • Kebervariasian dalam hasil pengukuran
                                                                                                      • Keragaman dalam hasil penghitungan

                                                                                                    Macam-Macam Skala Pengukuran dalam Statistika_
                                                                                                    image source: www.ersgroup.com
                                                                                                    baca juga: Pengertian Statistika, Fungsi, dan Kaitan Satistika dengan Bidang Psikologi

                                                                                                    Variabel dalam bidang Psikologi
                                                                                                    • (Seringkali) Variabel atau Karakteristik yang ingin diamati (diteliti) dalam Penelitian Psikologi adalah karakteristik internal à Tidakdapat diamati langsung dan tidak dapat diukur à Variabel-variabel dalam psikologi itu disebut constructs
                                                                                                    • Untuk membuat karakteristik internal dapat diamati dan diukur dengan mendefinisikan (menterjemahkan) construct menjadi definisi operasional (operational definition)
                                                                                                    • Constructs: atribut-atribut atau karakteristik internal yang tidak dapat diamati secara langsung, namun berguna (berfungsi) untuk menjelaskan perilaku
                                                                                                    • Operational definition (definisi oprasional) à mengidentifikasikan sebuah prosedur (serangkaian operasi) yang mengukur external behavior (perilaku) à memiliki dua komponen: (1) menjelaskan serangkaian yang dapat mengukur konstruk; (2) mendefinisikan konstruk sehingga dapat diukur


                                                                                                    Variabel dan Data hasil Pengukuran

                                                                                                    Berdasarkan Karakternya, Variabel dapat dibedakan menjadi:
                                                                                                    • Variabel diskrit (Discrete Variable): variabel yang hasil pengukuran (data)nya terpisah atau terpilah (diskrit), dan tidak dapat dibagià data yang dihasilkan selalu dalam bilangan bulat, dan tidak memiliki nilai yang ada di antara dua nilai hasil pengukuran yang bersebelahan.
                                                                                                    Contoh  jumlah anak pada sebuah keluarga, dapat, 1, 2,…..n, tetapi tidak mungkin berjumlah 1,5 atau 4,25
                                                                                                    • Variabel kontinuum (Continous Variable): variabel yang bervariasi menurut tingkatannya à data yang dihasilkan dapat berupa bilangan bulat atau pecahan à di antara dua nilai hasil pengukuran atau datanya memiliki (kemungkinan) nilai antara yang tidak terbatas
                                                                                                    Contoh: data tentang tinggi badan, data tentang prestasi belajar dan lain-lain.

                                                                                                    Skala Nominal
                                                                                                    • Alat identifikasi
                                                                                                    • Angka digunakan sebagai label (penamaan) à suatu kelas atau kategori tertentu yang memiliki nama yang berbeda
                                                                                                    • Tidak bisa menjadi urutan/ranking àtidak menunjukkan perbedaan kualitas atau besaran atributnya
                                                                                                    • Bilangan tidak dimanipulasi untuk perhitungan aritmetika
                                                                                                    • Teknik Statistika yang dapat digunakan: Frekuensi dan Modus
                                                                                                    • Contoh penggunaan angka 1 sebagai simbol laki-laki dan angka 2 sebagai simbol perempuan pada variabel jenis kelamin. Disini tidak berarti 1 lebih baik dari 2 ataupun 2 lebih banyak dari 1.


                                                                                                    Skala Ordinal
                                                                                                    • Suatu kelompok disusun dari yang paling memiliki sampai yang tidak memiliki atribut tertentu.
                                                                                                    • Tidak diketahui “berapa banyak” suatu atribut dimiliki oleh objek.
                                                                                                    • Menunjukkan penjenjangan/ urutan tetapi tidak menunjukkan jarak yang sama à Jarak dari satu urutan dengan urutan lainnya dalam atribut tertentu tidak diketahui (jaraknya belum tentu sama).
                                                                                                    • Urutan seseorang dipengaruhi oleh orang-orang lain dalam kelompok

                                                                                                    Ciri-ciri :
                                                                                                    Angka menunjukkan urutan;
                                                                                                    Ada pengertian kuantitas;
                                                                                                    Tidak dapat dilakukan perhitungan aritmetika (penjumlahan & perkalian).
                                                                                                    • Hanya menunjukkan posisi relatif dari objek; hanya memberikan informasi tentang susunan/ urutan suatu kelompok.
                                                                                                    • Contoh:

                                                                                                    1         2                3           4              5
                                                                                                    A        B                C          D              E
                                                                                                     
                                                                                                    Skala Interval
                                                                                                    • Disebut juga: Equal Unit Scale
                                                                                                    • Skor dalam unit dan jarak yang sama
                                                                                                    • Urutan (order/ ranking) objek dalam atribut tertentu diketahui.
                                                                                                    • Diketahui berapa jauh jarak satu objek dengan objek lain.
                                                                                                    • Operasi matematika tambah-kurang
                                                                                                    • Pengukuran gejala sosial dan mental
                                                                                                    • Tidak bisa melihat berapa kali lebih atau kurangnya karena tidak ada nilai nol mutlak
                                                                                                    • Besar absolut dari suatu atribut dalam objek tertentu tidak diketahui.
                                                                                                    • Teknik Statistika yang biasa dipakai: (1) Mean (X); (2) Standard Deviation (SD); (3) Korelasi (r); (4) Modus; (5) Minimum; (6) Maksimum
                                                                                                    • Contoh: IQ (intelegensi)

                                                                                                    PESERTAIQPERINGKAT
                                                                                                    A1153
                                                                                                    B1054
                                                                                                    C1351
                                                                                                    D1005
                                                                                                    E1202

                                                                                                    Peserta = skala nominal
                                                                                                    IQ = skala interval
                                                                                                    Peringkat = skala ordinal

                                                                                                    Skala Rasio
                                                                                                    • Skor berada dalam unit dan jarak yang sama
                                                                                                    • Rank order menurut atribut tertentu diketahui
                                                                                                    • Interval antara orang yang satu dan yang lain diketahui
                                                                                                    • Jarak setiap orang dari titik Nol sebenarnya diketahui.
                                                                                                    • Titik Nol absolut
                                                                                                    • Semua metoda statistika bisa digunakan
                                                                                                    • Contoh: jarak, suhu, dll

                                                                                                    Nama
                                                                                                    Peserta
                                                                                                    No Undian
                                                                                                    (Nominal)
                                                                                                    Skor Motivasi
                                                                                                    (Interval)
                                                                                                    Rangking
                                                                                                    (Ordinal)
                                                                                                    Hadiah
                                                                                                    (Rasio)
                                                                                                    Ali13005Rp.     0.000,-
                                                                                                    Bety46003Rp.   25.000,-
                                                                                                    Cici310001Rp. 100.000,-
                                                                                                    Didi59502Rp.   50.000,-
                                                                                                    Eny24004Rp.     0.000,-

                                                                                                    Nomor Undian Peserta: skala nominal
                                                                                                    Skor Motivasi = skala interval
                                                                                                    Ranking = skala ordinal
                                                                                                    Hadiah = skala rasio

                                                                                                    Soal Latihan
                                                                                                    1. Apa yang dimaksud dengan variabel?
                                                                                                    2. Berilah contoh beberapa variabel kontinum?
                                                                                                    3. Jelaskan pengertian variabel diskrit, dan berilah contohnya.
                                                                                                    4. Berilah 3 contoh data ordinal
                                                                                                    5. Berilah 3 contoh data interval

                                                                                                    Sekian artikel tentang Macam-Macam Skala Pengukuran dalam Statistika. Semoga bermanfaat.

                                                                                                    Daftar Pustaka

                                                                                                    • Gravetter, F.J. & Wallnau, L.B. 2009. Statistics for the Behavioral Sciences.
                                                                                                    • Howell, D.C. 2012. Statistical Method for Psychology.
                                                                                                    • Nolan, S.A. & Heinzen, T.E, 2012. Statistics for the Behavioral Sciences. Second Edition.

                                                                                                    Memahami Penyajian Data Statistika dalam Tabel dan Grafik

                                                                                                    $
                                                                                                    0
                                                                                                    0
                                                                                                    Memahami Penyajian Data Statistika dalam Tabel dan Grafik - Artikel ini membahas mengenai penyajian data statistika, jenis-jenis tabel dan grafik, serta bagaimana menyusun tabel dan grafik. Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami penyajian data statistika; jenis-jenis tabel dan grafik; bagaimana menyusun tabel dan grafik.

                                                                                                    Penyajian Data: Tabel dan Grafik

                                                                                                    Penyajian Data Statistika


                                                                                                    Pendekatan dalam Pengolahan Data Statistika

                                                                                                    Terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk pengolahan data dalam Statistika:
                                                                                                    • Descriptive statistics: merupakan proses mengumpulkan, mengelompokan, menyimpulkan dan mempresentasikan data (Description)
                                                                                                    • Inferential statistics: merupakan proses generalisasi data terhadap populasi, melakukan estimasi dan uji hipotesa, menentukan hubungan antar variabel, serta membuat prediksi (Summary)
                                                                                                    Memahami Penyajian Data Statistika dalam Tabel dan Grafik_
                                                                                                    image source: nowgrenada.com
                                                                                                    baca juga: Macam-Macam Skala Pengukuran dalam Statistika

                                                                                                    Bagaimana Mendeskripsikan Data Statistika

                                                                                                    • Plotting Data: usaha untuk membuat data dapat lebih dimengerti dengan cara mereorganisasikannya menjadi data yang ‘tersusun’ dan ditampilkan dalam bentuk menyerupai ‘grafis’ atau ‘tabel’ → Mengatur data menggunakan distribusi frekuensi (frequency distribution)
                                                                                                    • Ditampilkan dalam bentuk Grafik


                                                                                                    Plotting Data (Tabel Distribusi Frekuensi)

                                                                                                    Plotting Data adalah upaya untuk mengatur data menggunakan distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi adalah organisasi data mentah dalam bentuk tabel, dengan menggunakan kelas dan frekuensi. Dua tipe Plotting Data yang sering digunakan adalah categorical frequency distribution  dan grouped frequency distribution.

                                                                                                    Distribusi Frekuensi Kategorik Tunggal

                                                                                                    • Tabel Distribusi Frekuensi Kategorik (tunggal) digunakan untuk data yang dapat ditempatkan dalam kategori tertentu, seperti data dengan skala nominal atau ordinal, seperti: data afiliasi politik; agama; bidang studi atau golongan darah
                                                                                                    • Contoh: golongan darah dari mahasiswa peserta mata kuliah statistika psikologi:

                                                                                                    Bagaimana cara menyusun Tabel Distribusi Frekuensi Kategori (tunggal)?
                                                                                                    1. Susun tabel sebagai berikut:


                                                                                                    2. Tuliskan setiap kemunculan data (tally)
                                                                                                    3. Hitung  frekuensi setiap kelas (class) data:
                                                                                                    4. Hitung persentase setiap kelas (class) data:
                                                                                                    5. Tentukan jumlah total dari tiap kolom

                                                                                                     
                                                                                                     
                                                                                                    Tabel Distribusi Frekuensi Berkelompok
                                                                                                    • Ketika memiliki data besar, maka perlu untuk mengelompokkan data tersebut ke dalam kelas-kelas yang unitnya memiliki ‘rentang’ lebih dari satu nilai → Tabel yang dihasilkan disebut Tabel Distribusi Frekuensi Berkelompok (grouped frequency distribution)
                                                                                                    • Contoh: Data Temperatur Udara di 50 kota (derajat farenheit) 

                                                                                                    Bagaimana cara menyusun Tabel Distribusi Frekuensi Berkelompok?
                                                                                                    Tentukan :
                                                                                                    • Nilai tertinggi = 134; Nilai terendah = 100
                                                                                                    • Kisaran /Range (R) = nilai tertinggi – nilai terendah = 134 – 100 = 34
                                                                                                    • Jumlah kelas = k = 1 + 3,32 log n = 1 + 3,32 log 50 = 6,64 → 7 kelas.
                                                                                                    • Lebar Kelas/interval (i):                           R____________   =  34 = 4,9 ≈  5
                                                                                                                                                jumlah kelas (yang diinginkan)
                                                                                                    • Tentukan lower limit dan upper limit dari tiap kelas:
                                                                                                                Upper limit  kelas pertama à(Nilai terendah  + lebar kelas) – 1 = (100 +5) – 1                                                                                                                      = 104
                                                                                                    • Tentukan nilai-nilai batas interval kelas → Nilai terendah dikurangi  0,5; nilai tertinggi ditambah 0,5 → 100 – 0,5 = 99,5; 104 + 0,5 = 104,5
                                                                                                    • Susun tabel
                                                                                                    • Tuliskan setiap kemunculan data (tally)
                                                                                                    • Hitung frekuensi setiap kelas (class) data:
                                                                                                    • Hitung persentase setiap kelas (class) data
                                                                                                    • Tentukan jumlah total dari tiap kolom 
                                                                                                    • Jumlah frekuensi kelas terbanyak di kelas 110 – 114 → temperatur di 50 kota paling banyak berkisar di antara 110  dan 104 derajat farenheit

                                                                                                    Frekuensi Kumulatif
                                                                                                    • Untuk memperoleh pemahaman yang lebih, sering kali diperlukan distribusi frekuensi komulatif.
                                                                                                    • Ada dua macam distribusi frekuensi komulatif, yaitu distribusi frekuensi komulatif meningkat (dari bawah) dan distribusi frekuensi komulatif menurun (dari atas).
                                                                                                    • Untuk mendapatkan frekuensi komulatif meningkat (dari bawah) adalah dengan cara menjumlahkan frekuensi absolute secara berturut-turut dari bawah keatas, sedangkan untuk frekuensi komulatif menurun diperoleh dengan cara sebaliknya, yaitu men-jumlahkan kolom frekuensi absolut dari atas secara berturut-turut

                                                                                                    Tabel distribusi frekuensi kumulatif dari bawah ke atas:

                                                                                                    KelasFrekuensiFrekuensi kumulatif dari bawah
                                                                                                    130 - 134150
                                                                                                    125 - 129149
                                                                                                    120 - 124748
                                                                                                     115 – 1191341
                                                                                                     110 - 1141828
                                                                                                    105 - 109810
                                                                                                    100 - 10422
                                                                                                    Jumlah50-

                                                                                                    Tabel distribusi frekuensi kumulatif dari atas ke bawah:

                                                                                                    kelasFrekuensiFrekuensi kumulatif dari bawah
                                                                                                    100 - 10422
                                                                                                    105 - 109810
                                                                                                    110 - 11418728
                                                                                                    115 – 1191341
                                                                                                    120 – 124748
                                                                                                    125 - 129149
                                                                                                    130 - 134150
                                                                                                    Jumlah5050

                                                                                                    Grafik
                                                                                                    • Grafik adalah penyajian data yang paling sering digunakan
                                                                                                    • Dibandingkan dengan tabel, secara visual grafik jauh lebih menarik dan lebih mudah dipahami, walaupun tidak secara detail
                                                                                                    • Ada banyak macam grafik, tetapi dalam uraian ini hanya akan dibicarakan tiga macam grafik, yang cukup penting, yaitu : Histogram, Poligon, dan Ogive.
                                                                                                    • Histogram adalah grafik yang menampilkan data dengan menggunakan bar (batang) vertikal yang saling bersebelahan (kecuali frekuensi kelas adalah 0) dari berbagai ketinggian untuk mewakili frekuensi dari kelas. 
                                                                                                    • Poligon adalah grafik yang menampilkan data dengan menggunakan garis-garis yang menghubungkan titik-titik diplot untuk frekuensi pada titik tengah dari kelas. Frekuensi diwakili oleh ketinggian dari poin. 
                                                                                                    • Ogive adalah grafik yang mewakili frekuensi kumulatif untuk kelas dalam
                                                                                                      distribusi frekuensi.

                                                                                                    Histogram

                                                                                                    Langkah-langkah pembuatan histogram:
                                                                                                    • Buat Tabel Persiapan 
                                                                                                    • Gambar garis untuk sumbu x dan y, dan buat skala untuk masing-masing sumbu x (frekuensi) dan y (kelas).
                                                                                                    • Gambar batang dengan menggunakan frekuensi masing-masing kelas,


                                                                                                    Poligon

                                                                                                    Langkah-langkah membuat Poligon.
                                                                                                    • Cari nilai tengah masing-masing kelas 

                                                                                                    • Buat tabel persiapan. 

                                                                                                    • Gambar garis untuk sumbu x dan y, dan buat skala untuk masing-masing sumbu x dan y. pada sumbu x skala menggunakan nilai tengah masing-masing kelas, untuk sumbu y dipergunakan frekuensi dari masing-masing kelas
                                                                                                    • Gambar titik-titik yang menunjukkan frekuensi pada masing-masing kelas
                                                                                                    • Hubungkan titik-titik tersebut 

                                                                                                    Ogive

                                                                                                    Langkah-langkah pembuatan Ogive
                                                                                                    • Buat tabel persiapan
                                                                                                    • Gambar garis untuk sumbu x dan y, dan buat skala untuk masing-masing sumbu x dan y. pada sumbu x skala menggunakan nilai batas bawah tiap kelas, untuk sumbu y dipergunakan frekuensi kumulatif dari masing-masing kelas
                                                                                                    • Gambar titik-titik yang menunjukkan frekuensi kumulatif pada masing-masing kelas
                                                                                                    • Hubungkan titik-titik tersebut



                                                                                                    Latihan

                                                                                                    1. Berikut ini adalah data kinerja dari 60 karyawan bagian pemasaran PT X


                                                                                                      Buat tabel distribusi frekuensi, histogram, poligon dan ogive dari data tersebut di atas!

                                                                                                      2. Data di bawah ini mewakili berat badan (dalam pon) 50 orang atlet NBA di Amerika.

                                                                                                        Buat Tabel Distribusi Frekuensi, Histogram, Poligon dan Ogive dari data tersebut di atas

                                                                                                        Sekian artikel tentang Memahami Penyajian Data Statistika dalam Tabel dan Grafik. Semoga bermanfaat.

                                                                                                        Daftar Pustaka

                                                                                                        • Howell, D.C. 2012. Statistical Method for Psychology.
                                                                                                        • Gravetter, F.J. & Wallnau, L.B. 2009. Statistics for the Behavioral Sciences
                                                                                                        • Nolan, S.A. & Heinzen, T.E, 2012. Statistics for the Behavioral Sciences. Second Edition.

                                                                                                        Memahami Pengertian Tendensi Sentral dalam Statistika

                                                                                                        $
                                                                                                        0
                                                                                                        0
                                                                                                        Memahami Pengertian dan Ukuran Tendensi Sentral dalam Statistika - Artikel ini akan membahas tentang apa dan mengapa tendensi sentral, mean, median, modus, dan kapan suatu perhitungan tendensi sentral diperlukan. Melalui artikel ini diharapkan dapat memahami pengertian nilai sentral, dapat menentukan nilai-nilai sentral dari suatu distribusi, dan memahami penggunaan masing-masing nilai sentral.

                                                                                                        Tendensi Sentral (Central Tendency)


                                                                                                        Tendensi sentral adalah sering djadikan acuan memahami distribusi dari suatu data, dianggap sebagai sumber informasi penting yang menggambarkan distribusi suatu gejala atau fenomena. Di dalam modul ini akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan tendensi sentral, fungsi dari tendensi sentral, cara menentukan suatu tendensi sentral, serta kapan suatu tendensi sentral digunakan

                                                                                                        Memahami Pengertian Tendensi Sentral dalam Statistika_
                                                                                                        baca juga: Memahami Penyajian Data Statistika dalam Tabel dan Grafik

                                                                                                        Distribusi Data

                                                                                                        Dalam analisa statistika, dikenal berbagai jenis distribusi data. Beberapa contoh distribusi data ditampilkan di bawah ini.




                                                                                                        Gambar 1. Jenis-Jenis Distribusi Data


                                                                                                        Apa dan Mengapa Tendensi Sentral

                                                                                                        Tendensi sentral memberikan satu nilai yang dapat mewakili/menggambarkan seluruh skor dalam kelompok, merupakan deskripsi ringkas dari sejumlah data kuantitatif yang didapat dari sampel dengan ekonomis, praktis, dan ringkas. Dengan tendensi sentral memungkinkan kita melakukan perbandingan antar kelompok; serta memungkinkan kita untuk melakukan proses statistik berikutnya seperti melihat hubungan (korelasi), perbedaan (t-test) antar kelompok, dan lain sebagainya.
                                                                                                        Dari berbagai macam pengukuran tendensi sentral, ada 3 yang paling umum dikenal, yaitu: Mean (rata-rata), Median, dan Modes (modus). Ketiga jenis pengukuran tendensi sentral tersebut akan menjadi pokok pembahasan dalam modul ini.

                                                                                                        Mean (Rata-rata)

                                                                                                        Mean atau Rata-rata adalah pengukuran tendensi sentral yang paling sering digunakan. Hal ini berkaitan dengan nilai mean atau rata-rata yang relatif dianggap lebih mudah ditemukan dengan melakukan fungsi pembagian pada hasil penjumlahan nilai-nilai (score) yang ada pada data terhadap jumlah total frekuensi kemunculan nilai pada data tersebut. Untuk lebih mudah dipahami, nilai mean atau rata-rata dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


                                                                                                        Keterangan:

                                                                                                        • Pengukuran Mean atau Rata-rata dari Data Tidak Terkelompok (Ungrouped data)

                                                                                                        Pengukuran Mean  atau Rata-rata pada data yang tidak berkelompok dapat langsung dilakukan dengan menggunakan rumus dasar perhitungan mean seperti yang tertera di atas:


                                                                                                        Keterangan:

                                                                                                        CONTOH:
                                                                                                        Hitunglah mean atau rata-rata dari data tidak berkelompok: 1,2,3,4,5


                                                                                                        • Pengukuran Mean atau Rata-rata dari Data Berkelompok (Grouped data)

                                                                                                        Untuk data berkelompok sederhana (bukan data dengan skala interval), mean atau rata-rata dapat dicari dengan menggunakan rumus di bawah ini:


                                                                                                        Keterangan:


                                                                                                        CONTOH:

                                                                                                        Tentukan mean atau rata-rata dari tabel distribusi frekuensi berikut ini:

                                                                                                        XffX
                                                                                                        5210
                                                                                                        4624
                                                                                                        3515
                                                                                                        248
                                                                                                        133
                                                                                                        Σ2060



                                                                                                        Untuk data dengan skala interval, pengukuran mean atau rata-rata dapat dilakukan dengan menggunakan mean atau rata-rata terkaan. Rumus yang dapat digunakan yaitu:

                                                                                                        X = Xs + (Σ fx’) i
                                                                                                                           N

                                                                                                        X      =  Rata-rata
                                                                                                        Xs    =  Rata-rata Terkaan (nilai tengah  dari interval kelas yang diduga  
                                                                                                                     mengandung rata-rata.
                                                                                                        Σ fx’ =  frekuensi dari durasi kesalahan terkaan (x’)
                                                                                                        i       =  Lebar interval kelas
                                                                                                        N     =  Jumlah frekuensi

                                                                                                        CONTOH:

                                                                                                        XfMid Pointx’f . x’
                                                                                                        177-1791178+ 1818
                                                                                                        174-1761175+ 1515
                                                                                                        171-1735172+ 1260
                                                                                                        168-1701169+ 99
                                                                                                        165-16710166+ 660
                                                                                                        162-1649163+ 327
                                                                                                        159-1611616000
                                                                                                        156-15811157- 3- 33
                                                                                                        153-15513154- 6- 78
                                                                                                        150-1527151- 9- 63
                                                                                                        147-1493148- 12- 36
                                                                                                        144-1461145- 15- 15
                                                                                                        78

                                                                                                        X = Xs + (Σfx’) i  = 160 +  (-36) 3     = 160 – 1,38  = 158, 62
                                                                                                                                        N                       78


                                                                                                        • Pengukuran Mean atau Rata-rata dari sejumlah Nilai Rata-rata


                                                                                                        BRX  = nilai rata-rata sejumlah nilai rata-rata
                                                                                                        SNi   = jumlah frekuensi masing-masing kelompok data
                                                                                                        X  = nilai rata-rata setiap kelompok

                                                                                                        CONTOH:
                                                                                                        Carilah mean dari sejumlah nilai mean  di bawah ini:

                                                                                                        KelompokNiXi
                                                                                                        A60163
                                                                                                        B62163
                                                                                                        C65165

                                                                                                        BRX   =   (SNiXi)  = ((60)(163)) + ((62)(163)) + ((65)(165)) = 9780 + 10.106 + 10.725
                                                                                                                                   S Ni                                            60 + 62 + 65                                        187
                                                                                                                            =   30611    =  163,70
                                                                                                                                    187
                                                                                                        BRX   =   (SNiXi)
                                                                                                                     S Ni

                                                                                                        Median

                                                                                                        Median adalah Titik yang membagi suatu distribusi frekuensi atas dua bagian yang sama, yang masing-masing terdiri atas 50% kasus dari seluruh distribusi (Median = P50).

                                                                                                        • Data tidak terkelompok (Ungrouped Data)
                                                                                                                                                                      
                                                                                                        Di dalam data tidak berkelompok, yang nilai-nilainya sudah diurutkan berdasarkan besarannya, Median adalah nilai (score) ke-(N + 1)/2 dalam sederetan nilai yang berurutan.

                                                                                                        CONTOH:
                                                                                                        Nilai median dari data: 7, 7, 8, 9, 10, 11, 12 = 9
                                                                                                        Nilai median dari data: 7, 7, 8, 9, 10, 11 = 8,5

                                                                                                        • Data berkelompok (Grouped Data)

                                                                                                        Untuk data yang berkelompok, pengukuran Median dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:


                                                                                                        Me      =  Median
                                                                                                        fkb        = Frekuensi kumulatif dibawah frekuensi kumulatif yang mengandung Me
                                                                                                        f           = Frekuensi dari kelas yang mengandung Me
                                                                                                        i           = Lebar interval kelas yang mengandung Me

                                                                                                        CONTOH:
                                                                                                        Dari data berikut ini, carilah nilai mediannya:


                                                                                                        Modes (Modus)

                                                                                                        Modus adalah poin (titik nilai) pada skala pengukuran dengan frekuensi terbanyak pada suatu distribusi. Modus menunjukkan titik dalam suatu penyebaran yang paling padat/tinggi konsentrasinya. Ada beberapa teknik pengukuran Modus, di antaranya:
                                                                                                        • Pengukuran Modus Kasar (crude mode)
                                                                                                        • Data tidak berkelompok
                                                                                                        Pada sekumpulan data yang tidak berkelompok, Modus adalah nilai atau (score) yang paling sering atau paling banyak muncul. Jika ada dua skor yang sama banyak muncul, berarti modusnya ada dua, atau nilai di antara keduanya.
                                                                                                        • Data berkelompok
                                                                                                        Pada sekumpulan data yang berkelompok, Modus adalah titik tengah kelas interval yang mempunyai frekuensi terbesar atau terbanyak

                                                                                                        • Pengukuran Modus sebenarnya (true mode)
                                                                                                        • Data tidak berkelompok
                                                                                                        Pada data yang tidak berkelompok, pengukuran Modus sebenarnya (true mode) dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
                                                                                                        Mo = 3 Median – 2 Mean

                                                                                                        • Data berkelompok
                                                                                                        Pada data berkelompok yang memiliki skala interval (memiliki interval kelas), pengukuran modus dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

                                                                                                          
                                                                                                        M0          =  Modus
                                                                                                        Bbny   =  Batas bawah nyata dari kelas yang mengandung modus.
                                                                                                        sb        =  Selisih frekuensi kelas yang mengandung M0 dengan frekuensi                   kelas dibawahnya.
                                                                                                        sa        =  Selisih frekuensi kelas yang mengandung M0 dengan frekuensi                   kelas diatasnya.
                                                                                                        i           =   Lebar interval.

                                                                                                        CONTOH:
                                                                                                        Dari data berkelompok berikut ini:

                                                                                                        NilaiF
                                                                                                        35 – 392
                                                                                                        30 – 348
                                                                                                        25 – 298
                                                                                                        20 – 2418
                                                                                                        15 – 1912
                                                                                                        10 – 142
                                                                                                        Σ50

                                                                                                        Tentukan Modus sebenarnya:
                                                                                                        1.    kelas yang mengandung M0 adalah 20 – 24 yang mempunyai f tertinggi
                                                                                                              yaitu 18).
                                                                                                        2.   Bbny =  19,5.
                                                                                                        3.   sa = 18 – 8 = 10
                                                                                                        4.   i = 5
                                                                                                        5.   sb = 18 – 12 = 6
                                                                                                        6.      =   21,375

                                                                                                        KAPAN PENGUKURAN MEAN, MEDIAN ATAU MODUS DIPERLUKAN?

                                                                                                        Pengukuran Mean atau Rata-rata diperlukan untuk perhitungan statistik lebih lanjut; apabila data yang dianalisa memiliki penyebaran/distribusi frekuensi simetris dan tidak skewed; atau apabila diinginkan suatu tendensi sentral yang reliable.
                                                                                                        Sementara, pengukuran Median diperlukan apabila ada nilai ekstrim dalam distribusi frekuensi yang mempengaruhi mean atau apabila titik tengah dari distribusi frekuensi ingin diketahui.
                                                                                                        Pengukuran Modus diperlukan dalam analisa statistika jika diinginkan suatu ukuran pemusatan yang dapat dihitung dengan cepat atau apabila ingin diketahui skor yang khas.


                                                                                                        SOAL LATIHAN

                                                                                                        1. Berikut ini adalah tinggi badan10 mahasiswa Fakultas Psikologi
                                                                                                             165, 172, 151, 172, 158, 172, 170, 151, 149, 168
                                                                                                             Tentukan Mean, Median dan Modusnya!

                                                                                                        1. 15 orang diminta untuk membawa buah-buah dadu dengan menggunakan kedua tangannya, sebanyak-banyaknya. Di bawah ini adalah catatan jumlah dadu maksimal yang dapat dibawa oleh partisipan penelitian dengan menggunakan kedua tangannya:
                                                                                                                                                   
                                                                                                        Tentukan:
                                                                                                        Mean, Median, Modus Kasar dan Modus Sebenarnya!

                                                                                                        1. Tentukan Mean, Median dan Modus (kasar dan sebenarnya) dari data berikut: 

                                                                                                        1. Tentukan Mean, Median dan Modus dari data berikut ini:

                                                                                                        Sekian artikel tentang Memahami Pengertian dan Ukuran Tendensi Sentral dalam Statistika. Semoga bermanfaat.

                                                                                                        Daftar Pustaka

                                                                                                        • Howell, D.C. 2012. Statistical Method for Psychology.
                                                                                                        • Gravetter, F.J. & Wallnau, L.B. 2009. Statistics for the Behavioral Sciences
                                                                                                        • Nolan, S.A. & Heinzen, T.E, 2012. Statistics for the Behavioral Sciences. Second Edition.

                                                                                                        Memahami Macam Ukuran Variabilitas dan Cara Menentukannya

                                                                                                        $
                                                                                                        0
                                                                                                        0
                                                                                                        Memahami Macam Ukuran Variabilitas dan Cara Menentukannya - Artikel ini akan membahas mengenai jangkauan total, jangkauan interkuartil, jangkauan semi interkuartil, mean deviasi, standard deviasi, varians, z-score, dan koefisien varians. Melalui artikel ini diharapkan dapat memahami berbagai macam ukuran variabilitas dan cara menentukannya.

                                                                                                        Variabilitas

                                                                                                        Dalam analisa statistika, informasi yang didapat melalui pengukuran tendensi sentral saja tidak cukup, karena tidak memberi informasi tentang sampel yang kita ukur secara menyeluruh. Tendensi sentral hanya memberikan informasi tentang suatu nilai yang menjadi pusat dari nilai-nilai lainnya, tetapi tidak memberikan informasi seberapa jauh atau seberapa besar nilai-nilai dalam kelompok itu bervariasi. Sebagai ilustrasi, coba perhatikan ketiga kelompok data berikut:

                                                                                                        A : 25  25  25  25  25  25  25  25  25
                                                                                                        B : 21  23  23  24  25  26  26  27  30
                                                                                                        C :   6  15  15  21  25  27  30  41  45

                                                                                                        Ketiga kelompok data di atas memiliki Mean atau Rata-rata yang sama, tetapi memiliki karakteristik data yang berbeda. Kelompok data A sangat homogen, sementara kelompok data B lebih homogen dibanding data C. Lalu, untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas, pengukuran apa yang harus dilakukan?
                                                                                                        Memahami Macam Ukuran Variabilitas dan Cara Menentukannya_
                                                                                                        image source: www.lumby.ca
                                                                                                        baca juga: Memahami Pengertian dan Ukuran Tendensi Sentral dalam Statistika

                                                                                                        Untuk memberikan gambaran ringkas yang memadai mengenai suatu distribusi data atau himpunan data, di samping dengan tendensi sentral juga diperlukan suatu ukuran variabilitas.

                                                                                                        Variabilitas adalah derajat penyebaran nilai-nilai variabel dari tendensi sentralnya dalam suatu distribusi yang menunjukkan seberapa banyak nilai-nilai variabel itu berbeda dari tendensi sentralnya, atau seberapa jauh nilai-nilai varibel itu menyimpang dari tendensi sentralnya (terutama Mean atau Rata-rata). Pengukuran variabilitas akan memberikan gambaran variasi, jangkauan, serta heterogenitas-homogenitas dari pengukuran suatu kelompok (data).

                                                                                                        BEBERAPA UKURAN VARIABILITAS

                                                                                                        1. Jangkauan Total (total range) atau Rentangan Total (range of measurement)
                                                                                                        Jangkauan Total (JT) atau Rentangan  (R) adalah jarak dari data dengan nilai terendah sampai nilai tertinggi. Pengukuran JT atau RT dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sederhana:
                                                                                                        JT atau R = skor maksimum – skor minimum

                                                                                                        Sebagai contoh, perhatikan ketiga kelompok data berikut ini:
                                                                                                        A : 25  25  25  25  25  25  25  25  25
                                                                                                        B : 21  23  23  24  25  26  26  27  30
                                                                                                        C :   6  15  15  21  25  27  30  41  45

                                                                                                        Tentukan  JT atau R!

                                                                                                        JT atau R data A = 25 – 25 = 0
                                                                                                        JT atau R data B = 30 – 21 = 9
                                                                                                        JT atau R data C = 45 – 6 = 39

                                                                                                        Pengukuran JT atau R relatif mudah dan cepat dihitung, tetapi tidak dapat diandalkan karena hanya berdasarkan nilai ekstrimnya saja. JT atau R mungkin memberikan gambaran yang salah tentang variabilitas, maka digunakan pengukuran Jangkauan semi interquartile (Q) yang memberikan informasi lebih baik dari JT atau R.

                                                                                                        1. Jangkauan semi interkuartil (Q)
                                                                                                        Jangkauan semi interkuartil (Q) adalah distribusi data yang ditunjukkan dipotongnya di kedua ujungnya masing-masing 25%, yang terdapat di antara 3 titik Q1, Q2, dan Q3. Perhatikan ilustrasi di bawah ini untuk penjelasan letak Q di antara Q1, Q2, dan Q3.



                                                                                                        Berdasarkan ilustrasi di atas, pengukuran jangkauan semi interquartile (Q) dapat dijelaskan dengan menggunakan rumus berikut:
                                                                                                                 
                                                                                                        Q = (Q3– Q1)
                                                                                                                2

                                                                                                        Q1 = kuartil pertama (P25)
                                                                                                        Q2 = Median (P50)
                                                                                                        Q3 = kuartil ketiga (P75)

                                                                                                        1. Jangkauan antar kuartil
                                                                                                        Jangkauan antar kuartil dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

                                                                                                        Jangkauan antar kuartil = Q3 – Q1

                                                                                                        1. Simpangan Rata-rata (Mean Deviation atau MD)
                                                                                                        Simpangan Rata-rata (Mean Deviation atau MD) adalah rata-rata dari penyimpangan nilai-nilai variabel dari rata-rata kelompoknya. Dibandingkan dengan rentangan informasi yang didapat melalui MD lebih mantap sebagai ukuran variabilitas, karena  ditentukan berdasarkan seluruh nilai yang ada dalam kelompoknya, bukan hanya berdasar pada nilai-nilai ekstrim saja.

                                                                                                        Pengukuran MD untuk data tidak berkelompok dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
                                                                                                          

                                                                                                        MD = Rata-rata simpangan
                                                                                                        IxI  = selisih X dari M ( dalam harga mutlak)
                                                                                                        N    = jumlah frekuensi


                                                                                                        Sementara, untuk data berkelompok, pengukuran MD dapat dilakukan menggunakan tahapan berikut ini:
                                                                                                        • Hitung Mean
                                                                                                        • Mengisi kolom x dengan cara X – Mean (dengan mengabaikan tanda negatif ).
                                                                                                        • Mengisi kolom fx
                                                                                                        • Menjumlahkan isi kolom fx (fx ≈ Σ ΙxΙ)
                                                                                                        • Membagi jumlah isi kolom fx dengan n.

                                                                                                        CONTOH:


                                                                                                        1. Simpang baku (standard deviation atau SD)
                                                                                                        SD adalah nilai tunggal yang mewakili semua perbedaan individual yang dihitung berdasarkan penyimpangan individu-individu dari nilai rata-rata mereka. SD memberikan informasi tentang posisi suatu skor dengan melihat penyimpangannya dari nilai rata-rata. SD adalah fungsi akar dari simpangan dari rata-rata (sample variance atau S2). Rumus umum pengukuran simpang baku yaitu:

                                                                                                                 SD = Ö [(å x2)/N]
                                                                                                              
                                                                                                        Untuk pengukuran SD pada data berkelompok dalam tabel distribusi frekuensi, dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

                                                                                                                 SD = Ö [(å f(x2))/N]

                                                                                                        Langkah-langkah penrhitungan SD dengan data berkelompok:
                                                                                                        • Hitung simpangan setiap skor dari nilai rata-ratanya : x = X - X
                                                                                                        • Kuadratkan semua simpangan : x2
                                                                                                        • Jumlahkan semua x2 : S x2
                                                                                                                    Jika data dalam distribusi frekuensi, kalikan x2 dengan f baru dijumlahkan : S (f(x2))
                                                                                                        • Bagi jumlah ini dengan N : (S x2)/N atau (S (f(x2))/N
                                                                                                        • Tarik akar : Ö[(S x2)/N] atau Ö[(S (f(x2))/N]

                                                                                                        CONTOH:
                                                                                                        XffXxfxFx2
                                                                                                        92182,5512,50
                                                                                                        87561,510,515,75
                                                                                                        712840,563,00
                                                                                                        61060-0,5-52,50
                                                                                                        5630-1,5-913,50
                                                                                                        4312-2,5-7,518,75
                                                                                                        Σ402604366


                                                                                                        1. Simpangan Baku Gabungan

                                                                                                        Simpang baku dari beberapa distribusi yang digabungkan:

                                                                                                        Sgab = Ö [ N1 (S12 + d12) + N2 (S22 + d22)]/N

                                                                                                        S1 & S2 = simpang baku dari distribusi 1 dan 2
                                                                                                        d1 & d2 = X1 – X gabungan, X2 – X gabungan
                                                                                                        N1 & N2 = jumlah individu dalam distribusi 1 dan 2
                                                                                                        N = N1 + N2

                                                                                                        KAPAN MENGGUNAKAN JT, Q DAN SD?

                                                                                                        Pengukuran Jangkauan Total (JT) digunakan untuk menunjukkan variabilitas jika data yang ada  terlalu sedikit atau terlalu terpencar; atau jika yang ingin diketahui hanya nilai (score) maksimum dan minimum dari distribusi.

                                                                                                        Pengukuran Q digunakan jika median dipakai sebagai ukuran pemusatan; ada skor-skor yang terlalu ekstrim sehingga S akan memberikan gambaran yang menyesatkan; atau jika kasus-kasus di sekitar median dipentingkan.

                                                                                                        Simpang baku (SD) digunakan bila diinginkan ukuran variabilitas yang paling stabil atau dapat diandalkan; bila diperlukan analisis statistik lebih lanjut; atau jika ingin membandingkan dua distribusi frekuensi.

                                                                                                        VARIANS

                                                                                                        Varians adalah kuadrat dari simpangan baku (SD2).  Jadi kalau dari contoh pengukuran SD di atas, diperoleh SD = 1,285, maka variannya = SD2 = 1,2852 = 1,65. Namun, jika harga SD belum dihitung, maka varian dihitung dengan rumus sebagai berikut:


                                                                                                        atau


                                                                                                        NILAI BAKU (Z SCORE)

                                                                                                        Nilai baku adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu nilai (X) menyimpang dari rata-ratanya dalam satuan SD, merupakan indeks durasi suatu nilai. Nilai baku dapat dihitung dengan menggunakan rumus:


                                                                                                        Z = Nilai baku                      
                                                                                                        X = Suatu nilai (skor)
                                                                                                        M = Rata - rata
                                                                                                        SD = Simpangan baku

                                                                                                        Perbedaannya dengan R dan SD, bahwa Z-score tidak lagi menggunakan angka kasar dan satuan pengukurannya, melainkan dalam satuan SD.

                                                                                                        CONTOH:
                                                                                                        Si A mendapatkan nilai matematika 50. Rata-rata kelompoknya adalah 40 dan SD = 5.
                                                                                                        Maka nilai baku dari si A tersebut adalah :


                                                                                                        KOEFISIEN VARIANS

                                                                                                        Beberapa ukuran variabilitas yang telah dibahas di depan kesemuanya merupakan ukuran variasi absolut, hanya dapat untuk melihat penyimpangan nilai yang terdapat pada suatu himpunan data, dan tidak dapat digunakan untuk membandingkan beberapa himpunan data. Koefisien variasi (V) merupakan ukuran variasi yang bersifat relatif yang dapat digunakan untuk memperbandingkan beberapa himpunan data yang berbeda.

                                                                                                        Koefisien varians dipakai jika hendak membandingkan S dari dua distribusi frekuensi yang tidak mempunyai satuan pengukuran yang sama; tidak mempunyai X yang sama; dan hanya boleh dipakai jika skala pengukuran adalah rasio

                                                                                                        Koefisien Varians dapat dihitung menggunakan rumus:


                                                                                                        V   = Koefisien variasi
                                                                                                        SD = Simpangan baku
                                                                                                        M  = Rata-rata


                                                                                                        SOAL LATIHAN

                                                                                                        Tentukan Q, MD, SD, Varians dan Koefisien Variasi dari data berikut ini:

                                                                                                        18 15 22 19 18 17 18 20 17
                                                                                                        12 16 16 17 21 23 18 20 21
                                                                                                        20 20 15 18 17 19 20 23 22
                                                                                                        10 17 19 19 21 20 18 18 24
                                                                                                        11 19 31 16 17 15 19 20 18

                                                                                                        Sekian artikel tentang Memahami Macam Ukuran Variabilitas dan Cara Menentukannya. Semoga bermanfaat.

                                                                                                        Daftar Pustaka

                                                                                                        • Howell, D.C. 2012. Statistical Method for Psychology.
                                                                                                        • Gravetter, F.J. & Wallnau, L.B. 2009. Statistics for the Behavioral Sciences
                                                                                                        • Nolan, S.A. & Heinzen, T.E, 2012. Statistics for the Behavioral Sciences. Second Edition.
                                                                                                        Viewing all 293 articles
                                                                                                        Browse latest View live