Quantcast
Channel: Ilmu Psikologi
Viewing all 293 articles
Browse latest View live

Pengertian Sensasi & Persepsi dalam Psikologi Menurut Ahli

$
0
0
Pengertian Sensasi & Persepsi dalam Psikologi Menurut Ahli - Kali ini Ilmu Psikologi akan membahas tentan Sensasi dan Persepsi Pengertian, teori, jenis, faktor-faktor, aplikasi. Melalui artikel ini diharapkan mampua mengetahui, memahami, mampu menjelaskan dan mengkomunikasikan tentan sensasi dan persepsi.

Sensasi & Persepsi

Proses penerimaan dan pengolahan informasi dalam diri individu dimulai dari proses penerimaan informasi yang paling awal, yaitu sensasi, kemudian diikuti dengan proses persepsi sampai proses penyimpanan dan penggunaan kembali informasi tersebut

Proses Sensasi

Manusia selalu dikelilingi oleh berbagai sensasi . Di café, telinga menangkap suara musik, hidung mencium wewangian bunga. Melalui alat indralah manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya. Sensasi adalah proses menangkap stimuli melalui alat indra. Berasal dari kata sense, yg berarti alat indra, yg menghubungkan organisme dengan lingkungannya.

Pengertian Sensasi & Persepsi dalam Psikologi Menurut Ahli_
image source: www.smore.com
baca juga: Pengertian dan Sejarah Psikologi Menurut Para Ahli

Kita mengenal 5 alat indra, yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa/pengecap . Indra terpenting manusia adalah penglihatan kemudian baru pendengaran. Manusia memanipulasi benda-benda dg tangan sehingga indra peraba pun menjadi penting. Selain ke5 indra itu, dunia psikologi juga mengenal indra kinestesis dan vestibular

Kinestesis adalah indra yg memberi informasi ttg posisi tubuh dan anggota badan . Vestibular adalah indra keseimbangan. Indra ini menolong menjaga keseimbangan misalnya saat seorang naik sepeda. Alat indra ini berada dalam di bagian dalam telinga

Proses sensasi terjadi saat alat indra mengubah informasi menjadi impuls-impuls syaraf yg dimengerti oleh otak melalui proses tranduksi

Agar dapat diterima oleh indra, stimuli harus cukup kuat dan melewati batas minimal intensitas stimuli, misalnya mata manusia hanya dapat menangkap stimuli yg mempunya panjang gelombang antara 380 – 780 manometer

Sensasi dipengaruhi oleh faktor situasional dan faktor personal. Faktor Situasional biasanya berasal dari luar individy, seperti: lembutnya suara, tajamnya bebauan

Faktor Personal merupakan hal-hal yg dimiliki seseorang, misalnya: kapasitas alat indra,pengalaman, lingkungan budaya

Contoh Faktor Personal dan Situasi
  • Kran bocor dimalam hari, dpt membangunkan ibu amir, sedangkan Pak amir yg tidur disebelahnya sama sekali tidak terganggu

Proses Persepsi

Alat indera menangkap stimuli, lalu stimuli tersebut diubah menjadi sinyal yg dapat dimengerti oleh otak untuk kemudian diolah. Di sinilah terjadi apa yg disebut dengan proses persepsi, yaitu cara kita menginterpretasi atau mengerti pesan yg telah diproses oleh sistem indrawi kita.

Ketika mencium wangi bunga melati, anda mengalami sensasi. Anda menyadari wewangian tersebut sama dengan parfum jasmine yg dipakai sahabat anda. Kesadaran atau interpretasi anda atas wewangian bunga itulah yg disebut dengan persepsi.

Jadi persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi . Dengan melakukan persepsi manusia memperoleh pengetahuan baru . Persepsi mengubah sensasi menjadi informasi . Jika sensasi adalah proses kerja idera kita maka persepsi adalah cara kita memproses data inderawi tadi menjadi informasi agar dapat kita artikan

Contoh: Bedakan mana yang termasuk pada Sensasi, dan mana yang termasuk pada Persepsi
  • Ketika melihat seseorang di supermarket. (S)
  • Ketika menyadari dia teman lama anda (p)
  • Ketika anda menangkap suara (bunyi) (s)
  • Ketika menyadari suara itu adalah panggilan bagi anda (p)

    Pengertian Sensasi & Persepsi dalam Psikologi Menurut Ahli 2_

  • Pendekatan yg berusaha menghubungkan tindakan dengan kejadian yang berlangsung didalam tubuh manusia, terutama dalam otak dan susunan syaraf . Dalam pengertian psikologi persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba ) sedangkan alat untuk memahaminya adalah kognisi atau kesadaran 

Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Stimuli yg berasal dari obyek yg sama akan diberi makna berbeda oleh masing-masing individu. Terjadi apa yg disebut persepsi selektif, yakni kita memilih makna-makna tertentu atas suatu stimuli.

Lihat gambar dibawah ini, apa yang anda lihat?

Ada berapa benda yang tertuang dalam satu gambar tersebut?

Mengapa hal tersebut terjadi?

Pengertian Sensasi & Persepsi dalam Psikologi Menurut Ahli 3_

Ini terjadi karena bagian tertentu kita persepsikan sebagai penampilan dan bagian lain sebagai latar belakang.

Lihat gambar-gambar berikut ini,

ceritakan apa yag anda lihat kepada teman di samping anda.

Apakah teman-teman anda melihat hal yang sama seperti yang anda lihat?

Menurut pendapat anda, mengapa hal tersebut terjadi?

Pengertian Sensasi & Persepsi dalam Psikologi Menurut Ahli 4_

Pengertian Sensasi & Persepsi dalam Psikologi Menurut Ahli 5_



Mengapa orang bisa berbeda-beda saat mendapatkan stimuli obyek yang sama ? Jawabnya karena persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu

Faktor Personal
Persepsi bukan hanya ditentukana oleh jenis dan bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yg memberikan respon pada stimuli tersebut. Persepsi bersifat selektif secara fungsional, artinya objek-objek yg mendapat tekanan dalam persepsi individu biasanya merupakan objek-objek yg memenuhi tujuan individu tsb

Faktor Struktural
Berbagai cara menyusun stimuli dikenal dengan hukum Gestalt.artinya keseluruhan atau konfigurasi. Ide dasarnya adalah bahwa stimuli dikelompokkan manjadi pola yg paling sederhana yg memiliki arti. Prinsip utamanya adalah :

  1. kedekatan,
  2. persamaan dan
  3. kelengkapan


Perhatian
Proses persepsi sangat dipengaruhi oleh perhatian. Perhatian adalah proses mental ketika stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli yg lainnya melemah . Berbagai stimuli yg ada disekeliling kita saling bersaing untuk mendapat perhatian. Kita memilih stimuli apa yg akan kita dengar atau lihat. Ini menunjukkan adanya perhatian yg selektif thd berbagai stimuli

Faktor yang Mempengaruhi Perhatian

  • Faktor situasional : Gerakan , Kontras , Intesitas stimuli, Novelty dan pengulangan
  • Faktor internal: Faktor-faktor biologis; keadaan lapar, Faktor sosiopsikologis


Daftar Pustaka

  1. Ciccarelli, S.K & White, J.N (2009). Psychology (2nd ed.) New Jersey: Pearson International, Inc.
  2. Feist, G.J & Rosenberg, E.L (2010). Psychology. Making Connections. New York: The McGraw-Hill Companies.
  3. Passer, M.W & Smith, R.E. (2008). Psychology.The Science of Mind and Behavior. New York: The McGraw-Hill Companies.
  4. Sarwono, S.W. (2002). Berkenalan Dengan Aliran-Aliran Dan Tokoh-Tokoh Psikologi. Jakarta: PT. Bulan Bintang.
  5. Wade, C., Travis, C. (2008). Psikologi, Jilid 2 (terjemahan) (edisi kesembilan), Jakarta: Erlangga.
  6. Wothman, C., Loftus, E., Weaver, C. (1999). Psychology (5th ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.


Sekian artikel tentang Pengertian Sensasi & Persepsi dalam Psikologi Menurut Ahli.

Pengertian Kesadaran dalam Psikologi Menurut Para Ahli

$
0
0
Pengertian Kesadaran dalam Psikologi Menurut Para Ahli - Kali ini kami akan membahas tentang pengertian, teori, bentuk, jenis, aplikasi kesadaran. Melalui artikel ini diharapkan mampu mengetahui, memahami, mampu menjelaskan dan mengkomunikasikan  tentang kesadaran.

Definisi Kesadaran

Dalam Dictionary of Psychology tahun 1989, Stuart Sutherland (Psikolog Inggris) memberikan penilaian mengenai kesadaran, yaitu kesadaran merupakan gejala yang menakjubkan namun sukar untuk dipahami; sulit untuk menspesifikkan apa itu kesadaran, apa yang dilakukan kesadaran, dan mengapa kesadaran berevolusi. Meski sampai sekarang belum terdapat definisi yang pasti mengenaikesadaran, kesadaran dapat dibagi menjadi dua (2) bagian, yaitu: keawasan dan ketergugahan. Kesadaran merujuk pada keawasan kejadian eksternal dansensasi internal termasuk keawasan terhadap diri dan berbagai pikiran tentangpengalaman sendiri; keawasan ini terjadi dalam suatu kondisi tergugah (arousal), keadaan fisiologis saat seseorang sedang terlibat dengan lingkungan. Dengan demikian, seseorang yang dalam keadaan tidur tidak sama kesadarannya dengan ketika ia sedang dalam keadaan terjaga. Keawasan kita berubah dari waktu ke wktu. Informasi bergerak dengan cepat kedalam dan keluar kesadaran.

William James (1890-1950) menggambarkan pikiran sebagai arus kesadaran (stream of consciousness), aliran yang terus-menerus dari sensasi, citra, pikiran, dan perasaan yang terus berubah. Pikiran kita terpacu dari topik satu ke topik berikutnya: dari berpikir tentang seseorang yang mendekati kita, keadaan fisik kita hari ini, strategi untukujian besok, hingga kafe yang akan kita kunjungi untuk makan siang.

Kesadaran dan Otak

Dua (2) aspek kesadaran, keawasan dan ketergugahan, berhubungan dengan bagian-bagian yang berbeda di otak. Keawasan, keadaan subjektif merasa sadar terhadap apa yang sedang terjadi, biasanya melibatkan korteks serebrum, terutama daerah-daerah asosiasinya dan lobus frontal. Intergrasi dari beberapa indera, beserta informasi tentang emosi dan ingatan di daerah-daerah asosiasi tersebut, menciptakan kesadaran.

Pengertian Kesadaran dalam Psikologi Menurut Para Ahli_

Ketergugahan adalah keadaan fisiologis yang ditentukan oleh sistem aktivasi reticular (reticular activating system), suatu jaringan yang mencakup batang otak,medula, dan thalamus. Kerusakan di dua wilayah tersebut dapat mengakibatkan koma.

Bagian-bagian dari otak yang teraktivasi dalam kesadaran manusia dapat dilihat pada gambar otak di atas.

Tingkat Awareness

Pengertian Kesadaran dalam Psikologi Menurut Para Ahli 2_

Human Biological Clock

Sekitar sepertiga masa hidup kita dipergunakan lebih banyak untuk tidur, daripada usaha pencapaian apapun dalam hidup kita. Ritme biologis (biological rhytms) adalah fluktuasi fisiologis periodik dalam tubuh. Kita tidak awas terhadap kebanyakan ritme biologis, seperti naik turunnya hormon dan naik turunnya kecepatan siklus aktivitas otak, tetapi ritme-ritme tersebut dapat mempengaruhi perilaku kita. Ritme-ritme ini dikendalikan oleh jam biologis, yang mencakup:

  • Siklus musiman dan tahunan (annual seasonal cycle), seperti pada migrasi burung, hibernasi beruang, dan fluktuasi musiman kebiasaan makan manusia.
  • Siklus dua-puluh-delapan-hari (twenty-eight-day cycle), seperti siklus menstruasi perempuan.
  • Siklus dua-puluh-empat-jam (twenty-four-hour cycle), seperti siklus tidur/ bangun dan perubahan suhu dalam tubuh.


Ritme Sirkadian (circadian rhytm) adalah siklus perilaku atau fisiologisharian. Ritme sirkadian harian mencakup siklus tidur/ bangun, suhu tubuh,tekanan darah, dan kadar gula darah. Istilah circadian berasal dari kata Latin circa yang berarti “sekitar” dan dies, yang berarti “hari”. Contohnya: suhu tubuh berfluktuasi sekitar 3 derajat Fahrenheit dalam 24-jam sehari, memuncak di sore hari dan paling rendah antara jam 2 dan 5 sore. Ritme sirkadian dikendalikan oleh jam biologis yang terletak dalam sebuah bagian kecil di hipotalamus yang berbentuk seperti tetes air yang isinya berupa kumpulan sel dan disebut sebagai Suprachiasmatic Nucleus (SCN). Jalur saraf dari reseptor-reseptor khusus yang terletak di belakang mata mengantarkan informasi ke SCN dan memungkinkan SCN merespons perubahan cahaya atau kegelapan sekitar. SCN kemudian membuat otak dan tubuh kita beradaptasi dengan perubahan-perubahan ini. Jam-jam biologis lain juga muncul, terpisah satu sama lain di seluruh tubuh, dan beberapa dapat bekerja secara mandiri, terlepas dari SCN. Tetapi untuk kebanyakan ritme sirkadian, SCN bisa dianggap sebagai pengatur terbaik. SCN mengatur fluktuasi tingkat hormon dan cairan neurotransmitter, dan kemudian keduanya menyediakan umpan balik yang mempengaruhi kerja dan fungsi SCN.

Contohnya: malam hari salah satu hormon yang dikendalikan oleh SCN, melatonin dilepaskan oleh kelenjar pineal yang terletak di bagian dalam otak. Ketika tidur di ruang yang gelap, kadar melatonin meningkat, dan ketika terbangun di pagi hari di ruang yang cukup terang, kadar melatonin akan turun. Melatonin sepertinya memainkan peranan untuk menjaga waktu biologis yang sesuai dengan siklus terang-gelap. mengatur Neurotransmitter, SCN Hormon-hormon umpan-balik (contoh melatonin) Dalam keadaan normal, ritme-ritme yang diatur oleh SCN biasanya tersinkronisasi satu sama lain, sama seperti halnya jam tangan dapat disinkronkan. Puncak dari setiap ritme mungkin dapat tidak terjadi secara bersamaan, tapi mereka seirama satu sama lain; karena itu bila kita mengetahui kapan sebuah ritme mencapai puncak, kita dapat memprediksikan kapan puncak ritme lainnya. Tetapi ketika rutinitas harian kita berubah, ritme sirkadian kita mungkin akan tidak sejalan atau mengganggu ritme yang lainnya. Desinkronisasi internal (internal desynchronization) tersebut sering terjadi pada mereka yang terbang melewati beberapa zona waktu. Pola tidur dan terjaga biasanya dapat menyesuaikan diri dengan cepat, tapi siklus temperature tubuh dan hormon biasanya membutuhkan beberapa hari untuk kembali ke kondisi normal. Kelelahan akibat perjalanan ini bisa mempengaruhi tingkat energi, ketrampilan mental, dan koordinasi motorik. Ritme sirkadian juga dapat terdisinkronisasi ketika seorang pekerja memiliki pergantian jam kerja. Sejumlah kejadian nyaris kecelakaan dalam perjalanan udara diasosiasikan dengan pilot yang tidak sinkron dengan jam kerja barunya dan tidak bekerja seefisien biasanya. Berkenaan denga jet lag, bila kita mendapatkan penerbangan lintas samudera dan tiba di tempat tujuan pada siang hari, sebaiknya menghabiskan waktu sebanyak mungkin waktu di siang hari. Hari yang bercahaya, terutama pagi hari, akan meningkatkan waktu terjaga, sementara cahaya terang di malam hari dapat menunda tidur. Melatonin, hormon yang meningkat pada malam hari juga diteliti dalam mengurangi jet lag. Penelitian terkini telah menunjukkan bahwa melatonin dalam dosis rendah dapat mengurangi jet lag dengan memajukan jam sirkadian, yang menjadi berguna untuk jet lag ke arah timur, tapi tidak ke arah barat.

Tidur & Mimpi

Tiap orang tidur dan ketika tidak cukup tidur, kita sering tidak berfungsi dengan baik, secara fisik dan mental. Keuntungan penting dari tidur mencakup pengembalian kondisi tubuh, adaptasi, pertumbuhan, dan ingatan. Oleh karena semua hewan membutuhkan tidur, tampaknya tidur merupakan mekanisme fundamental untuk bertahan hidup. Dengan mengkaji dasar evolusioner untuktidur, ilmuwan mengajukan hipotesis bahwa tidur mengembalikan kondisi tubuh dan membangun kembali otak dan tubuh kita, yang dapat melorot atau aus oleh aktivitas ketika kita terjaga. Gagasan ini cocok dengan perasaan terkuras dan letih sebelum kita tidur dan segar kembali ketika bangun. Untuk mendukung fungsi pemulihan tidur, banyak sel tubuh menunjukkan produksi yang meningkat dan berkurangnya pemecahan protein selama tidur lelap. Molekul-molekul protein merupakan blok pembangun yang dibutuhkan pertumbuhan sel dan untuk perbaikan terhadap kerusakan dari berbagai faktor seperti stres. Banyak ahli neurosains percaya bahwa tidur memberikan kesempatan bagi saraf-saraf yang bekerja ketika kita terjaga untuk dimatikan dan memperbaiki diri mereka sendiri. Tanpa tidur, saraf-saraf dapat tersedot tenaganya atau terpolusi oleh produk sampingan aktivitas seluler sehingga mulai mengalami kerusakan. Tidur juga memiliki fungsi adaptif evolusioner. Tidur tampaknya berkembang karena hewan butuh untuk melindungi diri mereka. Contohnya: bagi beberapa hewan, pencarian makanan dan minuman lebih mudah dan aman ketika matahari sedang tinggi. Ketika gelap, adalah adaptif bagi hewan-hewan ini untuk menghemat tenaga, menghindari dimangsa, dan menghindari jatuh kejurang yang tidak dapat mereka lihat. Umumnya hewan-hewan mangsa bagi hewan lain, tidur lebih sedikit. Tidur memberikan manfaat bagi pertumbuhan fisik dan meningkatkan perkembangan otak pada bayi dan anak. Contohnya, tidur lelap terjadi bersamaan dengan pelepasan hormon pertumbuhan pada anak. Kekurangan tidur menimbulkan stres dan hormon stres dapat mengganggu pembentukan saraf-saraf di hipokampus: bagian otak yang sangat berkaitan dengan ingatan.

Peran penting tidur dalam konsolidasi, penyimpanan, dan pemeliharan ingatan jangka panjang kini telah dikenali. Satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa semasa tidur korteks serebrum tidak sibuk dengan pengolahan masukan sensoris, keawasan aktif, dan fungsi motorik. Dengan demikian, korteks serebrum leluasa untuk beraktivitas yang menguatkan asosiasi ingatan, sehingga ingatan yang dibentuk pada jam-jam terjaga dapat diintegrasikan ke dalam ingatan jangka panjang.

Gelombang dan Tahapan Tidur

Ketika kita pertama naik ke tempat tidur dan menutup mata dan melemaskan semua otak, otak menghasilkan sekumpulan gelombang alfa. Pada pencatatan EEG, gelombang alfa memiliki ritme yang lambat dan teratur dan amplitudo yang besar (tinggi). Secara bertahap, gelombang ini kemudian melambat dan kita masuk ke dalam empat (4) tahap, yang masing-masing menunjukkan proses tidur yang lebih dalam dibandingkan dengan sebelumnya.

Tahap 1. Ditandai dengan gelombang teta. Gelombang otak menjadi lebih kecil dan tidak beraturan, dan kita dapat merasa bahwa kita berada pada ujung kesadaran, dalam keadaan tidur ringan. Bila dibangunkan pada saat ini, kita dapat mengingat kembali fantasi-fantasi atau beberapa gambar visual yang kita lihat

Tahap 2. Otak kita terkadang menghasilkan rentetan singkat gelombang yang cepat dan memiliki puncak gelombang yang tinggi yang biasa disebut sebagai sleep spindle (kumparan tidur). Gangguan suara dalam kadar kecil mungkin tidak akan mengganggu tidur kita

Tahap 3. Sebagai tambahan gelombang yang menjadi karakteristik tahap 2, otak kita terkadang menghasilkan gelombang delta, yang sangat lambat dengan puncak yang cukup tinggi. Pernafasan dan detak jantung kita melambat, otot-otot melemas (rileks) dan dalam tahap ini kita mulai sulit untuk dibangunkan

Tahap 4. Gelombang delta sekarang mengambil alih sebagian besar aktivitas dan kita berada dalam tidur dalam. Pada saat ini, mungkin diperlukan guncangan yang kuat atau suara yang sangat keras untuk dapat membangunkan kita. Kendati demikian, anehnya jika kita suka berjalan sambil tidur, pada periode inilah hal itu paling mungkin terjadi.

Tidak seorang pun yang memiliki jawaban atas apa yang menyebabkan kita berjalan saat tidur, yang sering terjadi pada anak- anak dibandingkan dengan orang dewasa. Terjadinya rangkaian dari tahap ke tahap ini berlangsung selama 30 sampai 45 menit. Setelah melewati tidur tahap 1-4, seseorang yang sedang tidur bergerak dari tahap tidur ke tahap bangun. Namun bukannya masuk kembali ke dalam tahap 1,melainkan mereka masuk kembali ke tahap 5, bentuk tidur yang berbeda yang disebut tidur REM, yaitu periode tidur yang ditandai dengan pergerakan mata,hilangnya kekuatan otot, dan mimpi yang tampak nyata. Dalam tidur ini otak kita mulai menghasilkan sederet panjang gelombang otak yang bergerak sangatcepat dan tidak teratur. Kecepatan detak jantung kita meningkat, tekanan darahjuga meningkat, dan pernafasan semakin cepat dan tidak teratur. Pada wajah dan jari terdapat sedikit kejang. Pada pria penis mengalami ereksi ketika jaringan vascular beristirahat dan darah memenuhi area genital dengan lebih cepat. Pada wanita, bagian klitoris membesar dan lubrikasi vagina juga meningkat. Pada saat yang bersamaan, sebagian otot yang menunjang tulang menjadi lemas,mencegah otak kita yang aktif menghasilkan gerakan fisik. Pada saat ini otak berada dalam kondisi sangat aktif, sementara tubuh tidak aktif sama sekali, tidur REM juga sering disebut sebagai “tidur yang paradoks”.

Pada saat-saat inilah mimpi-mimpi yang jelas lebih sering muncul. Orang-orang dapat saja mengingat bahwa mereka bermimpi pada saat mereka terbangun dari tidur non-REM (tahap 1-4). Tidur non-REM ditandai dengan kurangnya gerakan mata yang cepat dan sedikit mimpi. Seseorang terbangun ketika tidur REM, lebih sering melaporkan telah bermimpi daripada dibangunkan di tahap tidur yang lain. Semakin panjang periode tidur REM, semakin besar seseorang bermimpi. Mimpi juga terjadi semasa tidur gelombang lambat atau tidur non-REM, tetapi frekuensi mimpi yang terjadi di tahap ini relatif rendah.

Laporan mimpi oleh individu yang dibangunkan dari tidur REM biasanya lebih panjang, lebih nyata dan lebih teranimasi secara motorik, lebih melibatkan emosi, dan lebih sedikit berhubungan dengan kehidupan ketika terjaga, dari pada laporan-laporan mimpi dari mereka yang dibangunkan dari tidur non-REM. Waktu yang kita habiskan di tidur REM berubah sepanjang masa hidup kita. Persentase total tidur sepanjang periode 24 jam yang terdiri atas tidur REM secara khusus banyak pada masa bayi (hampir 8 jam). Dewasa yang lebih tua mengalami lebih sedikit dari 1 jam tidur REM per periode 24 jam.

Gangguan Tidur

Banyak orang menderita gangguan tidur yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani yang membuat mereka harus bergelut melewati hari mereka, mereka tidak termotivasi, dan merasa lelah. Beberapa masalah tidur akan dibahas sebagai berikut:

1. Insomnia
Insomnia dapat mencakup kesulitan untuk tertidur, terbangun di malam hari, atau terbangun terlalu dini. Penelitian-penelitian mengemukakan bahwa: • Satu dari lima orang dewasa mengalami insomnia. • Insomnia lebih umum terjadi pada perempuan dan dewasa lanjut, juga pada individu yang kurus, stress atau depresi. • Perempuan lebih besar kemungkinan menderita insomnia daripada lelaki karena berbagai faktor, termasuk kekurangan zat besi dan perubahan hormonal. • 70 persen perempuan dari berbagai latar belakang (ibu rumah tangga, ibu orangtua tunggal, ibu bekerja, dan lain-lain) mengalami masalah tidur.

2. Berjalan dalam tidur dan mengigau.
Somnambulisme adalah istilah resmi untuk berjalan dalam tidur, yang terjadi pada tahap tidur terlelap. Perilaku ini terjadi ketika tahap 3 dan tahap 5 dalam tidur, biasanya pada awal malam, ketika seseorang tidak sedang bermimpi. Tidak ada yang benar-benar abnormal tentang berjalan dalam tidur. Tidak seperti takhayul yang ada, dan aman untuk membangunkan seseorang dalam tidur, justru mereka harus dibangunkan karena mungkin membahayakan mereka berkeliling di kegelapan.

3. Mimpi buruk dan teror malam
Mimpi buruk (nightmare) adalah mimpi mengerikan yang membangunkan pemimpi dari tidur REM. Isi mimpi buruk berkisar pada bahaya pemimpi dikejar-kejar, dirampok, diperkosa, dibunuh, atau dilempar ke jurang. Mimpi buruk memuncak pada usia 3 hingga 6 tahun dan menurun, meskipun pada usia remaja dan dewasa dapat juga mengalami mimpi buruk. Teror malam (night terror) ditandai oleh rangsangan tiba- tiba dalam tidur oleh rasa takut yang sangat kuat. Teror malam diiringi oleh sejumlah reaksi fisiologis, seperti cepatnya detak jantung dan napas, teriakan keras, napas yang berat, dan pergerakan. Teror malam tidak selazim mimpi buruk. Tidak seperti mimpi buruk, terror malam terjadi ketika gelombang lambat pada tidur non-REM. Teror malam memuncak pada usia 5 hingga 7 tahun dan berkurang setelahnya.

4. Narkolepsi
Dorongan tidur yang terlalu besar disebut narkolepsi (narcolepsy). Dorongan itu begitu kuat sehingga mungkin jatuh tertidur di tengah berbicara atau berdiri. Penderita narkolepsi langsung tidur ke tahap tidur REM, bukan bertahap. Kemungkinan narkolepsi ini bersifat genetika. Penanganan narkolepsi mencakup konseling untuk menemukan penyebab potensial dari kengantukan yang berlebihan ini.

5. Apnea Tidur
Apnea tidur (Sleep apnea) adalah gangguan tidur di mana individu berhenti bernafas karena lubang angin gagal membuka atau karena proses otak yang terkait dengan pernapasan gagal bekerja selayaknya. Orang-orang dengan apnea tidur beberapa kali terbangun singkat pada malam hari agar mereka dapat kembali bernapas, walaupun mereka biasanya tidak awas terhadap keadaan bangun mereka. Selama siang hari, orang-orang ini mungkin mengantuk karena kurang tidur di malam hari. Tanda-tanda umum apnea tidur adalah mendengkur keras, diselingi dengan hening (apnea). Apnea tidur lazim terjadi pada bayi dan dewasa di atas usia 65 tahun. Apnea tidur juga lebih sering terjadi pada individu yang menderita obesitas, laki-laki, dan individu dengan leher besar dan dagu masuk ke dalam. Apnea tidur yang tidak ditangani dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, stroke, adan impoten. Dan ditambah tidur pada siang hari dapat menyebabkan kecelakaan, hilangnya produktivitas, dan masalah hubungan “relationship” dengan pasangan maupun rekan.
Mimpi

Mimpi Sejak awal mula bahasa, manusia telah melekatkan pentingnya sejarah, pribadi, dan agama pada mimpi. Sejak5.000 tahun SM, masyarakat Babilonia mencatat dan menafsirkan mimpi pada until tanah liat. Masyarakat Mesir membangun kuil sebagai penghormatan pada Serapis, dewa mimpi. Mimpi sering digambarkan dengan panjang pada lebih dari 70 bagian di Alkitab. Sigmund Freud menaruh kepercayaan pada mimpi sebagai kunci ketidaksadaran kita, dan dengan menganalisis simbol-simbol mimpi melambangkan hasrat-hasrat kita tersembunyi. Para seniman terkadang menerapkan dunia mimpinya yang simbolik dalam karya mereka. Oleh karena mimpi tertulis di pikiran dengan sekiti atau tanpa partisipasi sadar, sulit untuk mengungkap misterinya.

Beberapa pendekatan dan teori dari para ahli berusaha menjelaskan mengenai mimpi, seperti berikut ini: Mimpi sebagai Keinginan-keinginan yang Tak Disadari Salah satu yang melahirkan teori psikologi mengenai mimpi adalah Sigmund Freud, Bapak Psikoanalisis. Sesudah menganalisis mimpi-mimpi pasiennya dan beberapa mimpinya sendiri, Freud menyimpulkan bahwa fantasi-fantasi yang kita alami di malam hari, memberikan gagasan atau penjelasan mengenai keinginan, motif-motif, dan konflik-konflik yang sering kali tidak kita sadari-sebuah “jalan emas menuju kesadaran.”

Freud berkata bahwa dalam mimpi kita dapat mengekspresikan semua hasrat dan keinginan terpendam, yang sering kali merupakan sesuatu yang terkait denganseksualitas atau kekerasan. Setiap mimpi memiliki makna, tidak peduli seberapa aneh gambaran yangterlihat dalam mimpi itu. Tapi bila sebuah pesan dalam mimpi menimbulkan kecemasan, bagian rasional dari pikiran harus menyingkirkan atau mengubahnya. Kalau tidak, mimpi dapat masuk ke dalam kesadaran dan membangunkan si pemimpi tadi. Oleh karena itu dalam mimpi, seseorang dapat saja ditampilkan oleh orang lain-misalnya ayah tampil diwakilkan oleh seorang kakak -atau bahkan oleh beberapa karakteristik yang berbeda-beda. Sama halnya pikiran atau objek diterjemahkan ke daam gambaran simbolis. Sebuahpenis, dapat saja ditampilkan dalam bentuk ular, payung, atau sebuah belati; sementara terowongan atau gua; dan tubuh manusia sebagai sebuah rumah. Karena kenyataan diubah sedemikian rupa, sebuah mimpi terlihat seperti psikosis,gangguan mental yang akut; setiap malam, kita harus mengalami delusi agar kecemasan kita tidak muncul dan tidur kita tidak terganggu.

Menurut Freud, untuk memahami mimpi kita harus membedakan antara isi manifes, yaitu aspek-aspek yang kita alami secara sadar selama waktu tidur dan yang mungkin kita ingat saat terbangun. Kemudian dari isi laten, yaitu harapan dan pikiran yang tidak disadari dan diekspresikan dalam bentuk simbolis. Kendati demikian, Freud mengingatkan agar kita tidak mengartikan simbol-simbol dalam mimpi secara sederhana. Setiap mimpi harus dianalisis dengan mengikutsertakan konteks kehidupan terjaga dari si pemimpi, demikian pula asosiasi dari orang tersebut terhadap isi mimpinya. Tidak semua isi dalam mimpi bersifat simbolis.

Daftar Pustaka

  1. L.A. (2010). Psikologi Umum, Sebuah Pandangan Apresiatif. Buku 1.Jakarta: Salemba Humanika
  2. Sarwono, S.W. (2002). Berkenalan Dengan Aliran-Aliran Dan Tokoh-TokohPsikologi. Jakarta: PT Bulan Bintang
  3. C., and Tavris, C. (2007). Psikologi, Jilid Satu, Edisi Kesembilan(Terjemahan). Jakarta Penerbit Erlangga


Sekian artikel tentang Pengertian Kesadaran dalam Psikologi Menurut Para Ahli.

Pengertian Belajar dan Teori Belajar Menurut Para Ahli

$
0
0
Pengertian Belajar dan Teori Belajar Menurut Para Ahli - Kali ini kami akan membahas tentang Klasikal kondisioning; Operan kondisioning; Pembelajaran observasional; Faktor kognitif dalam pembelajaran. Melalui artikel ini diharapkan mampu mengetahui, memahami, mampu menjelaskan dan mengkomunikasikan tentang belajar.

Definisi Belajar

Witherington dan Cronbach ( 1982 : 11 ) mendefinisikan belajar suatu suatu perbuatan yang di lakukan terus menerus sepanjang hidup manusia dan sesuatu yang harus di lakukan oleh setiap manusia, sehingga belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.

Pengertian Belajar dan Teori Belajar Menurut Para Ahli_
image source: infed.org
baca juga: Pengertian Sensasi & Persepsi dalam Psikologi Menurut Ahli

Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon)

Berbeda dengan aliran psikologi lainnya, behavioristik lebih banyak Mementingkan faktor lingkungan, lebih menekankan pada faktor bagian, menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif dan sifatnya mekanis. Behavioristik juga lebih mementingkan masa lalu.

Belajar lebih dilihat sebagai suatu proses perubahan perilaku. Seseorang dapat dikatakan telah belajar bila telah terjadi perubahan tingkah laku.


A. Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949):

Teori Koneksionisme

Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.

Percobaan Thorndike yang terkenal dengan binatang coba kucing yang telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap response menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan response lagi, demikian selanjutnya, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:
S → R → S1 → R1 → dst
Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut :

  1. Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
  2. Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
  3. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan


Selanjutnya Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai berikut:

a. Hukum Reaksi Bervariasi (multiple response)
Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh prooses trial dan error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Hukum Sikap ( Set/ Attitude)
Hukum ini menjelaskan bahwa perilakku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi , sosial , maupun psikomotornya.

c. Hukum Aktifitas Berat Sebelah ( Prepotency of Element)
Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi ( respon selektif).

d. Hukum Respon by Analogy
Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang sama maka transfer akan makin mudah.

e. Hukum perpindahan Asosiasi ( Associative Shifting)
Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama.

Selain menambahkan hukum-hukum baru, dalam perjalanan penyampaian teorinya thorndike mengemukakan revisi Hukum Belajar antara lain :

  • Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan saja tidak cukup untuk memperkuat hubungan stimulus respon, sebaliknya tanpa pengulanganpun hubungan stimulus respon belum tentu diperlemah.
  • Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat positif untuk perubahan tingkah laku adalah hadiah, sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa.
  • Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara stimulus dan respon.
  • Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang lain maupun pada individu lain.


B. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936).

Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaanny terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.

Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang didinkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.

Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan dpat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan.

Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehar-hari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu trsebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Contoh lai adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan(rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

C. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)

Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970)

B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.

Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan.

Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.

Beberapa prinsip Skinner antara lain :

  • Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
  • Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
  • Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
  • Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untukmenghindari adanya hukuman.
  • Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
  • Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
  • Dalam pembelajaran digunakan shaping.


Teori Belajar Kognitivisme

Berbeda dengan aliran behavioristik yang lebih menekankan pentingnya pengulangan dan masa lalu yang bersifat mekanistik, pada aliran kognitivisme, siswa dianggap sebagai pembelajar yang aktif

Belajar merupakan proses menemukan (insight – aha) dan memperoleh penyelesaian masalah (problem solving) dan guru berperan sebagai pendamping, teman diskusi serta fasilitator, yang memberikan alat belajar, memanipulasi situasi dan kondisi belajar shg siswa bisa belajar sendiri. Kegiatan belajar lebih ditekankan untuk mengeksplorasi, to manipulate, to experiment, to question, and to search out answers for themselves - activity is essential

Pembelajaran juga melibatkan beberapa fasilitas guna mendukung proses perubahan tingkah laku, sepertui: Laboratories, workshops and technologies that encourage interactivity such as multimedia, hypermedia and virtual reality. Computer software that is strictly drill and practice does not fit in with an active discovery environment. Drill and memorization practice, often used in language schools, do not encourage creativity or discovery



Teori belajar sosial / kognitif sosial

Teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Bandura menyatakan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap, dan emosi orang lain. Perilaku manusia dlm konteks interaksi timbal balik berkesinambungan (kognitif, perilaku, pengaruh lingkungan)

Teori Belajar Humanistik

Menurut Habermas, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan.

Menurutnya ada 3 tipe belajar :

  • Belajar Teknis (technical learning)→ bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar. Pengetahuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan dan perlu dipelajari agar mereka dapat menguasai dan mengelola lingkungan sekitarnya dengan baik.
  • Belajar Praktis (practical learning) → bagaimana seseorang dapat berinterkasi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang disekelilingnya dengan baik.
    → Kegiatan belajar lebih mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antara sesama manusia. Pemahaman dan keterampilan seseorang dalam mengelola lingkungan alamnya tidak dapat dipisahkan dengan kepentingan manusia pada umumnya. Interaksi yang benar antara individu dengan lingkungan alamnya hanya akan tampak dari kaitan atau relevansinya dengan kepentingan manusia.
  • Belajar Emansipatoris (emancipatory learning)→ menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam lingkungan sosialnya.


Dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang benar untuk mendukung terjadinya transformasi kultural tersebut. Pemahaman dan kesadaran terhadap transformasi kultural inilah yang oleh Habermas dianggap sebagai tahap belajar yang paling tinggi, sebab transformasi kultural adalah tujuan pendidikan yang paling tinggi.

Humanistik

  • Abraham Maslow
  • Mazhab ketiga dalam perkembangan psikologi ini, lahir sebagai reaksi atas teori-teori Behaviorisme (kental dengan sifat behavioristik, asosianistik dan eksperimental) dan Psikoanalisis (depth psychology dengan sifat klinis-pesimistik).
  • Suatu telaah terhadap sisi-sisi yang lebih bermanfaat, bermakna dan dapat diterapkan bagi kemanusiaan, yang kemudian menjadi titik tolak bagi pengembangannya.


Teori MasLow

  • Pentingnya kesadaran akan perbedaan individu, dengan memperhatikan aspek-aspek kemanusiaan. Menggali dan menemukan sisi-sisi kemanusiaan, pada taraf tertentu akan sampai pada penemuan diri. 
  • Proses belajar yang ada pada diri manusia adalah proses untuk sampai pada aktualisasi diri (learning how to be).
  • Belajar adalah mengerti dan memahami siapa diri kita, bagaimana menjadi diri sendiri, apa potensi yang kita miliki, gaya apa yang anda miliki, apa langkah-langkah yang anda ambil, apa yang dirasakan, nilai-nilai apa yang kita miliki dan yakini, kearah mana perkembangan kita akan menuju.


Belajar di satu sisi adalah memahami bagaimana anda berbeda dengan yang lain (individual differences), dan di sisi lain adalah memahami bagaimana anda menjadi manusia sama seperti manusia yang lain (persamaan dalam specieshood or humanness)


Carl Rogers

Carl Rogers lebih menekankan pada pengalaman individu sebagai fenomena-logikal yg dialami oleh individu sendiri. Menurut Rogers, setiap individu mempunyai kecenderungan dan hasrat sendiri untuk mencapai kesempurnaan hidup.

Setiap individu membentuk konsep hidup yg unik melalui sistem nilai dan kepercayaan yg berbeda dgn org lain. Tingkah laku yg ditunjukkan adalah selaras dengan konsep kehidupannya. Tingkah laku individu hanya diperoleh melalui proses komunikasi,

Daftar Pustaka

  1. Ciccarelli, S.K & White, J.N (2009). Psychology(2nd ed.) New Jersey: Pearson International, Inc.
  2. Feist, G.J & Rosenberg, E.L (2010). Psychology. Making Connections. New York: The McGraw-Hill Companies.
  3. Papalia, D.E., Old, S.W., Feldman, R.D. (2008). Psikologi Perkembangan (terjemahan). Jakarta: Kencana Prenada Group.
  4. Passer, M.W & Smith, R.E. (2008). Psychology.The Science of Mind and Behavior. New York: The McGraw-Hill Companies.
  5. Sarwono, S.W. (2002). Berkenalan Dengan Aliran-Aliran Dan Tokoh-Tokoh Psikologi. Jakarta: PT. Bulan Bintang.
  6. Wade, C., Travis, C. (2008). Psikologi, Jilid 2 (terjemahan) (edisi kesembilan), Jakarta: Erlangga.
  7. Wothman, C., Loftus, E., Weaver, C. (1999). Psychology (5th ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.


Sekian artikel tentang Pengertian Belajar dan Teori Belajar Menurut Para Ahli.

Teori Psikoanalisa, Kepribadian, dan Pengukuran Kepribadian

$
0
0
Teori Psikoanalisa, Kepribadian, dan Pengukuran Kepribadian - Pengukuran psikologi sudah menjadi salah satu inti dari disiplin ilmu psikologi. Pengukuran kepribadian dapat dilaksanakan dalam beberapa metode, salah satunya adalah tes inventori.

Melalui artikel ini diharapkan dapat memahami dan menjelaskan kembali teori dan pemahaman mengenai konsep dasar psikoanalisa, kepribadian, dam pengukuran kepribadian.

Teori Psikoanalisis

STRUKTUR KEPRBADIAN

Kepribadian terdiri dari 3 sistem: Id Ego dan Superego. Ketiganya adalah struktur kepribadian seseorang individual yang bertindak secara terintegrasi
  • Id adalah Fungsi satu-satunya untuk mengusahakan segera tersalurkannya kumpulan-kumpulan energi atau ketegangan, yang dirasakan tubuh dari rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar. Fungsi Id ini menerapkan prinsip kehidupan yang asli atau yang pertama yang dinamakan prinsip kesenangan (pleasure principle). Id adalah dunia kenyataan yang subyektif dalam mana pengejaran kesenangan dan pencegahan penderitaan merupakan satu-satunya perbuatan yang berarti
  • Ego adalah komponen psikologi Kedua proses yang dilalui Id untuk meredakan ketegangan. Fungsinya adalah sebagai pengambil keputusan (fungsi eksekutif) dari gerak-gerik impulsive dan pemuasan keinginan. Apabila Id tidak cukup terpuaskan untuk mencapai tujuannya, maka Ego akan menentukan perilaku apa yang akan menjadi eksekusi. Ego dikuasai oleh prinsip kenyataan (reality principle).
  • Superego komponen social Superego adalah cabang moril atau cabang keadilan dari kepribadian. Superego lebih mewakili alam ideal daripada alam nyata. Superego terdiri dari dua anak system, ego ideal dan hati nurani.

Dinamika kepribadian cara pendistribusian energi psikis kepada id, ego dan superego. Energi tersebut terbatas sehingga salah satu dari 3 sistem itu memegang kontrol atas energi yang ada.

Teori Psikoanalisa, Kepribadian, dan Pengukuran Kepribadian_
image source: cnn.com
baca juga: Pengertian Belajar dan Teori Belajar Menurut Para Ahli

Mekanisme Pertahanan Ego
  • Represi dasar dari banyak pertahanan ego serta kekacauan neurotic bisa mengusir pikiran serta perasaan yg menyakitkan dan mengancam eluar dari kesadaran.
  • Reaction formation Pembentukan Reaksi adalah salah satu mekanisme pertahanan diri agar dorongan yang ditekan bisa disadari dengan cara menyembunyikan diri dalam selubung yang sama sekali bertentangan dengan bentuk semula.
  • Displacement adalah pengalihan adalah salah satu mekanisme pertahanan diri dengan cara mengarahkan dorongan-dorongan yang tidak sesuai pada sejumlah orang atau objek sehingga dorongan aslinya terselubung atau tersembunyi.
  • Fixation adalah keterikatan permanen dari libido pada tahap perkembangan sebelumnya yang lebih primitif dan bersifat universal.
  • Regresi adalah langkah mundur pada saat libido melewati tahap perkembangan tertentu di masa-masa penuh stres dan kecemasan, sehingga libido bisa kembali ke tahap yang sebelumnya.
  • Proyeksi adalah dorongan atau perasaan orang yang tidak dapat diterima, padahal sebenarnya perasaan atau dorongan tersebut ada di alam tidak sadar dari diri sendiri.
  • Introyeksi adalah mekanisme pertahanan di mana seseorang meleburkan sifat-sifat positif orang lain ke dalam egonya sendiri.
  • Sublimasi adalah represi dari tujuan genital dari Eros dengan cara menggantinya ke hal-hal yang bisa diterima, baik secara kultural ataupun sosial. Tujuan sublimasi diungkapkan secara jelas terutama melalui pencapaian kultural kreatif, seperti pada seni, musik dan sastra. Lebih tepatnya pada segala bentuk hubungan antar manusia dan aktivitas-aktivitas sosial lainnya.

Pengukuran Psikologi

The Origins of Psychological Testing

Sejarah mengenai pengukuran psikologi adalah cerita yang menarik dan lebih perlu untuk latihan-latihan masa sekarang. Kemudian, Test-test yang sejaman tidak lagi bersumber dari kevakuman, para ahli perlahan telah mengembangkan dari pendahulunya yang telah memperkenalkannya selama lebih dari seabad. Oleh karena itu, di bab 2 ini kita akan membahas usaha-usaha dari para ahli psikologi dalam mengembangkan test-test psikologi. kita akan lebih banyak membahas tentang usaha para ahli psikologi eropa untuk mengukur intelegensi sepanjang abad ke 19 dan sebelum era perang dunia pertama, dan kita akan membahas awal test di USA, daftar-daftar dari banyaknya test yang telah dikembangkan oleh para ahli di pertengahan awal abad 21.

Dalam dunia pengukuran, para ahli psikologi telah memberikan kontribusi besar seperti Francis Galton (1822 – 1911), Psikolog Amerika James McCatell (1860 – 1944) yang mendeklarasikan “Mental Test Measurement” dan masih ada beberapa ahli lagi yang mempunyai kontribusi besar dalam sejarah Pengukuran Psikologi.

Sejarah pengukuran sebelum Psikologi Moderen

Berbicara mengenai test atau pengetesan, maka tidak akan lepas berbicara mengenai pengukuran, yang tentu saja tujuannya adalah menilai atau melakukan penilaian. Pada tahun 2200 BC, Kekaisaran Cina telah melakukan sistem ujian pegawai negeri, untuk menentukan pejabat pemerintah yang layak mengerjakan tugasnya (fitness for office). Sistem ini mengharuskan para pejabat diuji setiap tiga tahun untuk mengetahui kecakapan atau kemampuan mereka dalam musik, memanah, berkuda, menulis, aritmatika, hukum sipil, masalah militer, pertanian, penghasilan, geografi, mengarang dan membuat puisi. Semua ujian ini dilakukan dalam bentuk lisan dan tulisan. Selama abad 19, pemerintah Inggris, Jerman, dan Perancis kemudian mencontoh ujian pegawai negeri seperti yang dilakukan Kekaisaran Cina. Sejak saat inilah, penilaian mengenai individu dimulai.

Norma

Mempelajari tes psikologi akan sebelumnya terlebih dahulu memahami hal-hal apa saja yang harus ‘akrab’ dengan mahasiswa sebagai standar prosedur pelaksanaan tes. Instruksi tes psikologi dapat dilatih dalam beberapa kali tutorial. Sebelum melangkah dalam tutorial menginstruksikan sebuah pemeriksaan psikologi, idealnya calon tester mengetahui hal-hal mendasar terkait pelaksanaan tes. Keunikan yang dimiliki ilmu psikologi terwujud dalam tes psikologi adalah proses kuantifikasi. Jawaban-jawaban yang muncul didata kemudian dibuat tabulasi angka untuk mengklasifikasikan individu berada di tingkatan tertentu menurut sebuah skala psikologi. Dalam tes psikologi dengan proses kuantifikasi selama beberapa periode pengembangan tes akan ditemukan hal-hal seperti norma, raw score, dan lain-lain. Norma disini adalah berfungsi sebagai acuan dalam melakukan intepretasi skor tes individu.

Reliabilitas

Dalam pengetesan/pemeriksaan psikologi, istilah reliabilitas mengacu pada atribusi konsistensi pengukuran. Beberapa dari pengukuran perilaku memiliki tingkat reliabilitas yang sempurna. Reliabilitas dilihat dari satu kontinum yaitu reliabel dan tidak reliabel (Gregory, 2011).

Reliabilitas lebih dilihat pada sebuah rentang dalam sebuah kontinum. Berasal dari sebuah titik di dalam kontinum yaitu konsistensi minimal dari pengukuran (reaksi waktu saat individu merespon stimulus) sampai pengukuran hasil yang berulang namun tepat (seperti berat badan). Tes psikologi berada diantara kedua kontinum tersebut. Menghargai pengembangan alat tes, terdapat tingkat reliabilitas yang bisa diterima sebagai standar akademis.

Validitas

Validitas tes psikologi menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik atau tepat tes itu bisa mengukur konstruk psikologi. Validitas tes memberi tahu kita tentang apa yang bisa kita simpulkan dari skor-skor tes. Hal yang diukur oleh tes psikologi tertentu dapat dirumuskan hanya melalui pemeriksaan sumber-sumber objektif informasi dna operasi empiris yang digunakan dalam menetapkan validitasnya. Hasil uji validitas tes tidak bisa dilaporkan dalam istilah umum. Validitas harus ditetatpkan dengan merujuk pada manfaat dari tes tersebut.

Pada dasarnya, semua prosedur untuk menentukan validitas tes berkaitan dengan hubungan antara kinerja pada tes dan fakta-fakta lain yang dapat diamati secara independen tentang ciri-ciri perilaku. Metode-metode spesifik yang digunakan untuk menyelidiki hubungan-hubungan ini banyak jumlahnya dan telah diberi berbagai macam nama berfokus pada berbagai aspek validitas yang berbeda, dan pada aspek minat khusus untuk penggunaan tes yang berbeda. Saat penggunaan tes cakupannya mulai berkembang begitupun konsep validitas juga akan berubah.

Sekian artikel tentang Teori Psikoanalisa, Kepribadian, dan Pengukuran Kepribadian.

Daftar Pustaka
  1. Sarwono, S. 2000. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi.Jakarta:PT Bulan Bintang.
  2. Semian, Y. 2006. Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud.Yogyakarta:Kanisius
  3. Anastasi, A & Urbina, S. 1998. Psychological Testing: 7th ed.

    Macam-Macam Teknik Metode Pengukuran dalam Psikologi

    $
    0
    0
    Macam-Macam Teknik Metode Pengukuran dalam Psikologi - Ragam pengukuran dalam metode proyeksi menjadi dasar salah satu pengetahuan dan keterampilan dalam pengukuran psikologi. Melalui artikel ini diharapkan dapat memahami dan menjelaskan kembali teori dan pemahaman mengenai konsep ragam metode pengukuran psikologi.

    TEKNIK PROYEKTIF DALAM TES PSIKOLOGI

    Teknik proyektif dalam pengetesan psikologi memiliki berbagai bentuk dan cara administrasi. Namun setelah dilaksanakan pengujian atribut psikologi seperti reliabilitas, validitas, mayoritas teknik proyektif tidak menampilkan hasil cenderung kurang baik. Pada bagian berikutnya akan dijelaskan darimana teknik proyektif muncul, pentingnya teknik proyektif pada pengetesan psikologi.

    Macam-Macam Teknik Metode Pengukuran dalam Psikologi_
    image source: rinf.com

    baca juga: Teori Psikoanalisa, Kepribadian, dan Pengukuran Kepribadian


    Dasar Teknik Proyektif

    Teknik proyektif dalam pengetesan psikologi, disebut juga tes proyeksi merupakan tes psikologi dengan tugas tidak terstruktur. Berbeda dengan alat tes psikologi lainnya, tes proyeksi merupakan tes berisi instruksi sederhana untuk merespon stimulus yang cenderung ambigu. Teknik proyektif pada awalnya ditujukan untuk mengungkap lebih mendalam aspek fundamental psikologi individu melalui stimulus ambigu. Teknik proyektif lebih lanjut akan mengungkap hal-hal seperti karakter, pemikiran, proses, kebutuhan, kecemasan, dan konflik.

    Secara tipikal, instrumen proyektif dalam pengetesan psikologi juga merepresentasikan sebuah kamuflase dalam prosedur pengetesan. Sejauh ini tester jarang memperhatikan interpretasi psikologis yang ada pada responden. Teknik proyektif lebih condong untuk penggunaan untuk pengetesan kepribadian. Kepribadian dalam psikologi melalui teknik proyektif tidak akan dilihat secara faktor terpisah melainkan secara komposit.

    Teknik proyektif pada dasarnya berasal dari ranah klinis. Teknik proyektif juga dikembangkan dari pelaksanaan prosedur terapeutik (seperti terapi seni) pada pasien-pasien psikiatri. Teknik proyektif dalam kacamata teoritis lebih merefleksikan pengaruh dari konsep psikoanalisa tradisional dan modern.

    Inkblot Techniques

    Teknik proyektif yang populer salah satunya dikembangkan oleh psikater berkebangsaan Swiss bernama Hermann Rorscharch pada tahun 1921 yang disebut sebagai Rorscharch inkblots. Meskipun sudah pernah hadir sebuah tes inkblot yang terstandarisasi. Rorscharch adalah yang pertama menggunakan teknik ini untuk melakukan diagnosa investigasi kepribadian secara komposit/keseluruhan. Pengembangan alat tes ini selanjutnya dilakukan eksperimen oleh Rorscharch sendiri dengan jumlah inkblots yang lebih banyak, yang diadministrasikan ke beragam grup psikiatri. Sebagai hasil dari observasi klinis, ragam respon yang dihasilkan dikelompokkan menjadi sebuah sistem skoring. Prosedur skoring kemudian ditambah dengan pengetesan tambahan bagi responden yang abnormal dan normal.

    Dalam proses pengembangan tes ini, Rorscharch meninggal tiba-tiba tahun 1922. Para koleganya tetap melanjutkan pengembangan. Sempat dalam pengembangannya terdapat beberapa versi Rorscharch namun pada tahun 1960an kembali ke asal tes ini yaitu terdiri tes yang dilaksanakan lewat 10 kartu stimulus asli dan panduan postulat interpretasi Rorscharch.

    Kartu stimulus Rorscharch terdiri dari lima kartu stimulus yang dicetak warna hitam atau abu-abu, dua kartu selanjutnya dicetak warna merah, dan sisanya adalah warna pastel. Testee akan ditunjukkan kartu ini saat pengetesan dan menjawab apa yang ia lihat dalam kartu ini. Lebih lanjut, selagi testee menjawab, verbatim tetap dijalankan, serta reaksi pasca menerima kartu stimulus, durasi, spontaneous remarks, ekspresi emosi, dan perilaku insidental lainnya. Tester wajib bertanya kepada testee dalam konteks menggali lebih dalam serta melakukan klarifikasi berdasarkan jawaban awal responden.

    Pengembangan sempat terjadi perbedaan pada teknik Inkblot, perbedaan tersebut terletak kepada :

    • Lokasi : merujuk pada bagian noda tinta yang dengannya responden mengasosiasikan tiap respon. Apakah responden menggunakan seluruh bagian stimulus pad akartu stimulus atau hanya bagian-bagian tertentu.
    • Determinan respons : mencakup bentuk, warna, bayangan, dan gerakan yang dipersepsikan oleh responden saat menerima kartu stimulus.
    • Kualitas bentuk : merujuk pada ketepatan respon


    Dalam sistem skoring inkblot Rorscharch, walaupun sempat terjadi perbedaan sistem namun tetap mengacu pada satu poin. Poin tersebut adalah respon-respon yang sudah diklasifikasikan sebagai respon persepsi mengenai tubuh manusia, bagian tubuh manusia, bentuk hewan, bagian tubuh hewan. Kategori penentuan skor lainnya juga mencakup respon persepsi mengenai objek seni, tanaman, peta, awan, darah, sinar X, pakaian, objek seksual, pemandangan.

    Analisis mendalam atas respon dari tes inkblot Rorscharch umumnya didasarkan frekuensi relatif tiap-tiap respon dalam berbagai kategori dan juga nisbah tertentu seta antarhubungan di antara kategori yang berbeda. Dalam administrasi Rorscharch sesungguhnya, informasi berupa biodata, wawancara, catatan riwayat kasus juga digunakan sebagai kelengkapan pemeriksaan.

    Exner Comprehension System

    Tahun 1960 saat sistem skoring Rorscharch diragukan secara atribut psikometri karena tidak memiliki struktur yang baik. John E. Exner Jr. Bersama Samuel Beck dan Bruno Klopter – dua pembuat standar skor Rorscharch dengan variasi paling berbeda diantara lain sepakat membuat satu standar skoring untuk tes inkblot Rorscharch. Melalui investigasi klinis dan literatur secara mendalam, Exner bertujuan menyaring semua cara skoring menjadi sebuah standar baku skoring tes Rorscharch. Exner lebih lanjut membuat susunan skoring terstandarisasi sebagai berikut :

    Exner mengembangkan sebuah sistem komprehensif hasil paduan lima pendekatan dasar Rorscharch. Pada sistem ini Exner menyediakan administrasi terstandarisasi, penentuan skor, prosedur interpretatif yang diseleksi atas dasar perbandingan empiris di antara berbagai praktik. Penekanannya lebih kepada variabel struktural daripada variabel isi. Sesungguhnya menurut Exner objek respons penentuan skor adalah asal mula dari rangkuman struktural yanga da pada inti sistem serta memberikn dasar bagi kebanyakan dalil interpretif. Tiap respon dikodifikasikan pada beberapa kategor penentuan skor yang bebreda, mencakup antara lain lokai, determinan, kualitas bentuk, isi, aktivitas organisasional dan popularitas. Respons-respons berkode ini didaftar dan frekuensi kode dihitung; unsur-unsur ini kemudian digunakan dalam penghitungan nisbah, persentase, dan indeks yang melengkapi rangkuman struktural. Berdasarkan seluruh catatan Rorscharch, pernyataan interpretatif bisa berasal, dari variabel-variabel pada berbagai tingkat kompleksitas. Sejumlah hipotesis dihubungkan dengan frekuensi sederhana, seperti lingkup penggunaan atau determinan tunggal (misalnya pembentukan bayangan); yang lain didasarkan pada munculnya dua variabel atau lebih secara bersama-sama, misalnya jumlah isi manusia dan isi hewan. Tingkat analisis yang paling kompleks adalah konstelasi dari berbagai variabel dan skor potong yang dihasilkan secara empiris. Variabel ini dikelompokkan ke dalam indeks-indeks (misalnya, Indeks Skizozfrenia, Indeks Depresi, Indeks mengatasi kekurangan) yang agaknya mencerminkan kemungkinan adanya gangguan atau kondisi tertentu.

    Dengan menggunakan sistem seragama ini yang berkembang dan disempurnakan selama dua dasawarsa terakhir, Exner dan rekan-rekan telah mengumpulkan banyak data psikometris, termasuk norma pada orang dewasa, anak-anak, dan remaja serta berbagai sampel rujukan psikiatris. Studi tentang reliabilitas tes ulang selama beberapa interval waktu, berkisar dari beberapa hari sampai tiga tahun menunjukkan stabilitas temporal yang cukup kuat bagi kebanyakan variabel yang diskor. Penggambaran hati-hati tentang garis besar penentuan skor untuk sistem komprehensif telah memungkinkan para penguji yang terlatih untuk mendapatkan angka kesepakatan antarskor yang lumayan tinggi. Sesungguhnya, salah satu sumbangan utama karya Exner adalah diadakannya sistem Rorscharch seragam yang memungkinkan perbandingan diantara temuan-temuan riset dari berbagai peneliti. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bahwa Sistem Komprehensif menjadi pendekatan yang paling kerap digunakan dan diajarkan untuk menentukan skor serta menginterpretasikan tes Rorscharch dan terbukti bermakna dalam meningkatkan kekuatan statistik riset Rorscharch.

    Peningkatan metodologis dalam sistem Exner pada tes Rorscharch tetap membutuhkan pengembangan. Alat tes Rorscharch masih dipertanyakan mengenai validitasnya. Temuan-temuan mengenai atribut psikometri te Rorscharch cenderung kontradiktif. Pengembangan skoring tes Rorscharch yang dilakukan oleh Exner sendiri cenderung kabur dan kontradiktif. Hal ini rupanya disebabkan ukuran sampel yang kecil, jumlah variabel yang luas, kurangnya studi validasi siilang.

    Pendekatan Alternatif

    Penelitian yang dilakukan oleh Exner rupanya merupakan pemicu bagi peneliti lain untuk menggarap tes Rorscharch lebih mendalam. Seperti yang dilakukan oleh Aronow dan rekan-rekan (Aronow dan Reznikoff, 1976, 1983; Aronow et. al., 1994, 1995). Pendekatan milik Aronow ini melihat tes Rorscharch pada dasarnya adalah wawancara klinis terstandarisasi dengan cara mencatat respon perseptual testee. Pendekatan alternatif ini lebih menekankan pada interpretasi dari respon daripada konsep skoring normatif umumnya. Hal ini kemudian menjadi sebuah kelemahan pendekatan alternatif karena kurangnya perhatian terhadap cara skoring berdasar tata aturan psikometri umum. Namun, para ahli dalam pendekatan alternatif memiliki sebuah pemahaman tersendiri. Berdasar hasil data penggunaan tes Rorscharch pada psikolog klinis, bahwa tes ini lebih digunakan sebagai referensi psikoterapi. Lantas sebagai referensi psikoterapi, para ahli pendekatan alternatif seperti Aronow dan rekan-rekan membuat sebuah standar pedoman untuk interpretasi. Lebih lanjut Aronow berpendapat fokus skoring tes Rorscharch lebih kepada respon-respon yang kurang familiar, menyimpang, keluar dari kelaziman dan respon yang kurang dekat pada ciri-ciri stimulus noda tinta tertentu lebih memiliki kemungkinan untuk dilakukan analisa mendalam pada kasus individu.

    Pendekatan lain juga dikembangkan oleh Lexner (1989) ia memandang tes Rorscharch adalah sebagai instrumen untuk menilai aspek internal individu. Teks Lerener menyediakan pedoman penggunaan tes Rorscharch untuk ranah klinis dan aplikasi penelitiannya sebagai pengukuran atas representasi objek, manuver mekanisme pertahanan diri, konsep-konsep lain yang penting bagi teori psikodinamik modern.

    Alat tes Rorscharch juga digunakan dalam konteks klinis khusus. Tes ini diadministrasikan pada pasangan yang sudah menikah atau sebuah keluarga, sebuah geng remaja, tim kerja, atau kelompok alamiah lainnya. Para responden harus sepakat apa saja objek yang muncul berdasarkan kartu stimulus yang ditampilkan didepan mereka. Teknik ini cukup sukses sebagai dasar untuk meneliti hubungan-hubungan antarpribadi dan berbagai jenis perilaku sosial.

    Tes Rorscharch dideskripsikan secara akurat sebagai tes yang berkali-kali hidup lebih lama dari obituarinya. Seperti tes psikologi yang sering digunakan, tes ini seringkali disalahgunakan, atau menyimpang dari tujuan utamanya. Namun didorong dasar untuk pemantapan teori dari tes Rorscharch, banyak penelitian dan pengembangan dilakukan. Keunggulan tes Rorscharch sebagai tes adalah mampu memiliki nilai khusus dalam mempelajari aspek perseptual, kognitif, dan afektif dari fungsi kepribadian.

    Teknik Noda Tinta Holtzman / Holtzman Inkblot

    Wayne H. Holtzman menyadari banyak kekurangan teknis dari tes Rorscharch asli disebabkan kematian pembuat alat tes sebelum berhasil mengembangkan alat tes tersebut. Holtzman lebih lanjut mengembangkan sendiri teknik inkblot yang tidak berpatok ukur pada tes Rorscharch. Teknik inkblot milik Holtzman terdiri dari 45 kartu yang masing-masing paralel, inkblot dipilih dari pool pendahuluan yang besar atas dasar kriteria empiris ditujukan pada maximisasi efektifitasnya. Hanya satu respon per kartu yang diperoleh, baik kartu akromatik, atau kartu berwarna yang dimasukkan dalam rangkaian tersebut.

    Administrasi dan penentuan skor dari teknik inkblot Holtzman cukup terstandarisasi dengan baik dan dideskripsikann dengan jelas dari awal. Skor-skor diperoleh dari 22 variabel respons, termasuk banyak yang paralel dengan tes Rorscharch. Juga terdapat variabel tambahan seperti kecemasan dan permusuhan. Skor-skor persentil tersedia bagi sampel-sampel normal dari anak-anak sampai dewasa juga individu dengan kecenderungan menyimpang. Reliabilitas pada HIT (Holtzman Inkblot Technique) menggunakan split half method, paralel form, test-retest menghasilkan kesimpulan yang melegakan.

    Penelitian validitas pada HIT menghasilkan temuan memuaskan. Penelitian validasi yang mengikuti berbagai pendekatan termasuk studi tentang kecenderungan perkembangan, perbandingan lintas budaya, korelasi-korelasi dengan tes-tes lain, dan dengan indikator perilaku ciri-ciri kepribadian, serta perbandingan kelompok antara normal atau pasien psikiatris. Tampak bahwa HIT memiliki keuntungan psikometris terhadap Rorscharch. Adanya bentuk paralel dari HIT memungkinkan pengujian secara berulang tetapi juga studi tindak lanjut yang memadai. Pembatasan respon per kartu memungkinkan produktivitas respons konstan bagi tiap responden dan menghindari banyak kekurangan dari penentuan skor Rorscharch.

    Thematic Apperception Test

    TAT menyajikan stimuli yang lebih terstruktur dan meminta respon verbal lebih kompleks, dan terorganisasi secara bermakna. Interpretasi didasarkan analisa isi yang sifatnya agak kualitatif. Thematic Apperception Test dikembangkan oleh Henry Murray dan stafnya di Harvard Psychological Clinic, belum digunakan secara luas dalam praktik dan penelitian klinis tapi telah berfungsi sebagai pengembangan banyak instrumen lainnya.

    Materi TAT terdiri dari 19 kartu yang memuat gambar-gambar ambigu dicetak dalam warna hitam putih dan satu kartu kosong. Responden diminta untuk mengarang cerita yang sesuai pada gambar. Dalam hal kartu kosong, responden diminta untuk membayangkan gambar tertentu, mendeskripsikan lalu menceritakannya. Prosedur asli membutuhkan dua sesi dalam satu jam, 10 kartu digunakan per satu sesi. Untuk sesi kedua, disajikan kartu yang tidak lazim, dramatis, aneh, serta instruksi yang menyertainya mendorong responden bebas untuk berimajinasi. Empat rangkaian dari 20 kartu yang tumpang tindih disediakan untuk anak laki-laki, perempuan, pria berusia diatas 14 tahun, wanita diatas 14 tahun.

    Metode interpretasi asli cerita TAT, tester akan menentukan siapa tokoh utamanya, karakter dari jenis kelamin manapun yang mampu mengidentifikasi karakter/pribadi testee. Isi cerita kemudian dianalisa berdasar daftar "need" dan "drive" menurut tipologi Murray. Daftar "needs" tersebut memiliki kaitan dengan "needs" dalam tes Edwards Personal Preference Schedule. Dalam menilai intensitas, kekuatan kebutuhan tersebut serta pengaruhnya terhadap kepribadian seseorang diperlukan secara khusus perhatian pada intensitas, durasi, frekuensi munculnya hal tersebut dalam berbagai cerita yang berbeda, serta keunikan asosiasi dari respon testee dengan gambar tertentu. Keunikan tersebut akan memiliki kemungkinan untuk menjadi berarti bagi individu.

    Cukup banyak informasi normatif telah diterbitkan untuk kebutuhan interpretasi TAT meliputi cara tiap kartu dipersepsi, tema yang dikembangkan, peran yang diberikan pada karakter, nada emosional yang diungkapkan kecepatan respons, panjang cerita dan sebagainya. Namun informasi ini menurut kebanyakan ahli klinis lebih senang bersandar pada norma subjektif yang didasari pengalaman mereka. Sehingga skor-skor kuantitatif yang sebenarnya perlu pengembangan cenderung diabaikan, karena dalam konteks klinis hal tersebut tidak diperlukan.

    TAT telah digunakan secara luas dalam penelitian kepribadian. Variasi administrasi, penentuan skor, telah berkembang ke penggunaan tes dan praktik klinis. Keanekaragaman ini menghambat pengembangan secara psikometris sebagai tes psikologi tersendiri

    Meskipun begitu, nilai teknik apersepi tematik, pada umumnya, dan pada TAT tidak dipertanyakan. Penelitian belakangan ini memperkuat manfaat dari berbagai versi TAT dan penggunaannya dalam lingkup psikopatologi, mekanisme pertahanan diri, atau evaluasi atas keterampilan pemecahan masalah.

    Adaptasi TAT

    Adaptasi TAT untuk maksud tertentu dikembangkan oleh para ahli. Sejauh ini tidak ada perbedaan yang cukup mencolok antara versi pengembangan dan versi asli. Adaptasi TAT lebih lanjut disesuaikan dengan konteks penelitian seperti versi TAT yang digunakan dalam survei atas sikap buruh, kelompok minoritas, otoritas, dan sebagainya (D.T. Campbell, 1950; R. Harrison, 1965). Adaptasi lain dikembangkan digunakan dalam konseling karier, penilaian eksekutif, dan sebagainya. Berbagai form telah disusun untuk populasi khusus seperti anak prasekolah, sekolah dasar, anak-anak dengan disabilitas fisik/mental, remaja, kelompok etnis.

    Sejumlah adaptasi tes TAT telah memfokuskan pada pengukuran intensif atas needs atau drive tunggal seperti dorongan seks atau agresi. Paling menarik adalah penggunaan TAT dalam penelitian tentang kebutuhan berprestasi atau need of achievement yang dilakukan McClelland, Atkinson, dan rekan-rekan. Empat gambar, dua diantaranya diambil dari TAT, respon yang dicatat akan dihubungkan dengan tingkat kebutuhan berprestasi individu.

    Sistem penentuan skor yang digunakan telah disiapkan Charles Smith bekerja sama dengan John W. Atkinson, David C. McClelland, dan Joseph Veroff. Sistem penentuan skor sudah dibuat berdasarkan tradisi penelitian yang sudah ada seperti prestasi, afiliasi, motivasi kekuasaan, serta banyak lainnya yang berhubungan dengan topi seperti ideologi politik dan kemampuan mengatasi permasalahan.

    TAT untuk anak-anak disebut Children Apperception Test secara khusus dirancang untuk anak-anak usia 3-10 tahun. Kartu yang dibuat untuk CAT mengganti stimulus manusia dengan hewan. Asumsi yang mendasari adalah anak-anak lebih mudah memahami proyeksi melalui figur hewan. Figur hewan di CAT juga dibuat menampilkan sebuah kondisi situasi yang khas manusia. Gambar pada CAT diharapkan memunculkan stimulus fantasi berhubungan dengan aktifitas makan, oral, persaingan sesama saudara, hubungan orang tua-anak, agresi, latihan buang air besar dan kecil. CAT-H digunakan untuk usia 10 tahun keatas.

    Roberts Apperception Tes for Children lebih dekat memenuhi standar psikometris untuk penyusunan tes dan evaluasi daripada teknik lain jenis apperception tests. RATC berisi seri 16 kartu stimulus yang paralel, satu untuk anak laki-laki dan satu untuk anak perempuan. Cerita hasil pengetesan diskor pada rangkaian skala yang mencakup jenis masalah antar pribadi yang sudah anak-anak alami dan hubungan interpersonal dengan orang dewasa. Norma skoring didasarkan dari 200 anak yang memiliki penyesuaian diri baik.

    TEMAS

    TEMAS berasal dari bahasa Spanyol yang artinya tema, namun juga singkatan Tell-Me-A-Story yang dirancang secara khusus untuk penaksiran atas ciri-ciri kognitif, afektif, dan kepribadian anak-anak dari usia 5 sampai 18 tahun. Menggunakan dua seri kartu stimulus yang paralel dengan warna lengkap, satu untuk anak-anak minoritas etnik dan satu untuk anak berkulit putih. Materi TEMAS dikembangkan secara teliti untuk memudahkan produksi verbal serta menstimulasi cerita-cerita. Meskipun dipuji sebagai perbaikan dari TAT, sayangnya atribut psikometris seperti reliabilitas test-retests dan konsistensi internal masih dipertanyakan.

    Tes apersepsi tematik juga sudah dikembangkan untuk orang lanjut usia seperti Gerontological Apperception Test dan Senior Apperception Test. Keduanya menggunakan rangkaian kartu yang menampilkan seorang atau lebih sebagai individu lanjut usia dan mengilustrasikan dinamika perkembangan lanjut usia. Instrumen ini dikritik karena terlalu cepat dilansir dan memberi stereotipe terhadap masa lanjut usia. Instrumen ini tidak lebih baik daripada TAT dalam administrasi tes terhadap orang-orang lanjut usia.

    Roszenweig Picture Frustration Study

    Rosenzweig Picture Frustration Study lebih dibatasi dalam cakupan, dan meminta respon yang lebih sederhana. Tersedia dalam beberapa bentuk unduk orang dewasa, usia 14 tahun ke atas, remaja usia 12 hingga 18 tahun, anak-anak berusia 4-13 tahun. Berasal dari teori frustrasi Rosenzweig menyajikan rangkaian kartu dengan stimulus menghasilkan respon frustrasi. Respons pada P-F Study diklasidikasikan menurut tipe dan arah agresi. Tipe agresi meliputi dominasi-hambatan, objek pemicu frustrasi, rumusan dan perhatian pada perlindungan orang yang frustrasi, pemecahan masalah secara konstruktif. Arah agresi diskor sebagai ekstragresif atau berpaling ke luar pada lingkungan, intragresif atau berpaling kedalam diri sendiri, atau immagresif-padam sebagai usaha untuk menyembunyikan atau menghindari situasi.

    Karena cakupan lebih terbatas, jauh lebih terstruktur, dan relatif objektif. Prosedur penentuan skor P-F lebih mudah didekati oleh analisa statistik daripada kebanyakan teknik proyektif lainnya.

    Teknik Proyektif Verbal

    Teknik proyektif selama ini menggunakan respons verbal, namun stimulusnya non verbal. Teknik proyektif verbal merupakan teknik proyektif baik stimulus dan responnya menggunakan verbal sebagai medium komunikasi. Teknik proyektif verbal bisa digunakan atau diadministrasikan dalam bentuk lisan atau tertulis untuk tujuan pengetesan individual atau kelompok.

    Teknik asosiasi kata adalah teknik pendahuluan dari teknik proyektif lebih dari setengah abad. Awalnya, tes yang disebut "tes asosiasi bebas" dideskripsikan secara sistematik oleh Galton. Wundt dan J. McK. Cattell selanjutnya memperkenalkan tes ini untuk berbagai penggunaan. Administrasi tes ini dengan menyajikan rangkaian kata yang satu sama lain tidak memiliki hubungan dan meminta individu untuk memberikan respons dengan mengucap kata pertama yang muncul dalam pemikiran mereka.

    Psikiater seperti Kraepelin dan Jung sudah meneliti teknik ini. Terutama Jung yang mengembangkan teknik ini dengan memilih kata-kata stimulus untuk mewakili kompleks-kompleks emosional umum dan menganalisis respon dengan. Teknik verbal lainnya menggunakan cara menyelesaikan kalimat. Teknik ini sudah digunakan secara luas dalam praktik penelitian ataupun klinis. Kata-kata dalam kalimat pada teknik ini dipilih supaya memungkinkan variasi penyelesaian yang mungkin dan jumlahnya tidak terbatas. Keluwesan teknik penyelesaian kalimat ini merefleksikan salah satu keuntungan jika digunakan dalam konteks klinis dan riset.

    Contoh lain adalah Rotter Incomplete Sentence Blank terdiri dari 40 kalimat. Administrasi berunyi sebagai berikut: "Lengkapilah kalimat-kalimat ini untuk mengungkapkan perasaan Anda yang sesungguhnya. Coba selesaikan satu demi satu. Pastikan Anda melengkapi kalimat itu.". Hasil jawaban diskor berdasarkan skala 7 poin. Jumlah nilai individual akan menampilkan sebuah skor total yang bisa digunakan untuk penyaringan. Buku manual RISB yang baru direvisi mencakup informasi normatif yang diperbarui dan tinjauan studi penelitian yang dilaksanakan sejak tahun 1950.jukan pada waktu reaksi, isi, dan asosiasi kata yang sama dikembangkan di Menninger Clinic oleh Rappaport dan rekan-rekannya. Tes ini akan mendeteksi kerusakan proses pikiran dan menunjukkan area konflik yang signifikan juga digunakan sebagai detektor kebohongan.

    Tes asosiasi kata salah satunya adalah Kent dan Rosanoff yang dirancang sebagai instrumen penyaringan psikiatri. Kent-Rosanoff Free Association Test sepenuhnya menggunakan penentuan skor objektif. Kata stimulus berjumlah 100 diambil dari kata umum dan netral dipilih karena dianggap membangkitkan asosiasi yang sama dari orang pada umumnya. Akan tetapi penggunaan tes asosiasi kata ditolak seiring variasi respons dari tiap usia, tingkat sosial ekonomi, pendidikan, latar belakang regional, budaya, kreatifitas, dan faktor lainnya. Sebagai alat tes, tes Kent-Rosanoff tetap mempertahankan posisinya sebagai alat laboratorium standar dengan menambahkan norma-norma tambahan, yang penggunaannya saat ini lebih dicondongkan kepada penelitian perilaku verbal dan kepribadian.

    Teknik Proyeksi Ingatan Autobiografi

    Teknik verbal proyektif bentuk lainnya adalah menggunakan teknik ingatan autobiografis untuk pengukuran kepribadian. Menganalisa peristiwa yang sudah pernah terjadi saat awal sampai hari ini kemudian memahami konflik-konflik yang tidak terlihat merupakan dasar dibuatnya teknik verbal proyektif berdasar psikoterapi psikodinamis Freud. Alfred Adler, beranggapan bahwa ingatan awal secara khusus memegang kunci dalam pemahaman gaya hidup individu. Implikasinya, psikolog Adlerian menggunakan ingatan awal sebagai alat klinis dan kadang penelitian.

    Early Memory Process karya Arnold R. Bruhn merupakan karya yang menonjol dalam teknik ingatan autobiografis. Petunjuk tes ini menggunakan kertas dan pensil yang dilaksanakan secara mandiri. Instrumen ini akan mengumpulkan sampel 21 ingatan autobiografis selama rentang perkembangan kehidupan. Bagian pertama tes menghendaki agar enam ingatan umum atau "spontan", dibatasi oleh rentang waktu tertentu sepertu keenam ingatan paling dini dan ingatan seumur hidup yang amat penting. Bagian kedua adalah 15 ingatan spesifik atau diarahkan yang menjelajahi berbagai peristiwa dan wilayah berbeda, yang relevan dalam konteks klinis.

    Pendekatan psikometri terhadap alat tes ini cenderung fleksibel. Termasuk saat pengembangan Comprehensif Early Memories Scoring System. Bruhn memandang EMs sebagai fenomena psikologi kompleks, sehingga membutuhkan banyak teori dalam menjelaskan dan lebih lanjut untuk diatributkan secara psikometri. Fleksibilitas dalam skoring yang diterapkan Bruhn sebenarnya melanggar penentuan norma skor. Terdapat sistem "boutique" yang didasarkan pada aspek-aspek yang secara empiris diobservasi. Bruhn dan rekannya tetap mengembangkan alat tes ini dengan mengumpulkan data yang menjanjikan dengan sistem penentuan skor dirancang untuk memprediksi kerentanan pada pelanggaran dan kekerasan. Bagaimanapun alat tes EMP masih dalam taraf pengembangan. Terutama tentang atribut psikometri yang menjadi hambatan alat tes ini sebagai alat tes proyeksi terstandarisasi.

    Teknik Menggambar

    Salah satu teknik menggambar yang terkenal dalah Machover’s Draw A Person dengan administrasi memberikan sebuah kertas dan pensil lalu individu diminta menggambar orang. Setelah menyelesaikan gambar pertama, ia diminta menggambar lagi orang dengan jenis kelamin berbeda dengan dirinya. Sementara responden menyelesaikan gambar, tester mengamati komentar, urutan penggambaran bagian-bagian yang berbeda dan rincian prosedural. Interpretasi DAP pada dasarnya kualitatif menurut Machover dan banyak mengandung generalisasi yang didasarkan kepada perbandingan bagian-bagian tubuh. Walaupun sudah melakukan administrasi padar ribuan gambar namun tetap masih gagal untuk mendapatkan data yang baik guna mendukung atribut psikometri tes Machover DAP.

    Human Figure Drawing dikembangkan oleh Koppitz berdasarkan pengalaman klinis. Sebagai pengembangan lebih baik dari tes Machover DAP. Tes yang bertujuan untuk kematangan mental, melihat dinamika hubungan antar pribadi anak-anak dibuat norma tesnya dari 1.856 subjek anak-anak usia 5 – 12 tahun. Lebih lanjut bahwa Koppitz mengembangkan model kedua dari HFD, untuk melihat perbandingan gambar anak-anak yang tidak memiliki masalah emosional dengan anak-anak yang memiliki masalah emosional. Terdapat 30 indikator untuk melihat masalah-masalah tersebut berdasar hasil gambar testee. Namun lebih lanjut para ahli menyarankan hasil gambar HFD apabila digunakan untuk prosedur klinis maka hasil gambar hanya dijadikan hipotesis dan diperlukan pengolahan informasi lebih lanjut.

    Teknik lain yang terkenal adalah House-Tree-Person atau HTP, administrasi tes HTP adalah menggambar rumah, pohon dan manusia secara terpisah dalam satu lembar kertas dengan posisi horizontal. Teknik baru yang lebih menjanjikan untuk instrumen klinis adalah teknik Kinetic Family Drawing-R. Dalam tes ini anak-anak diminta menggambarkan masing-masing aktifitas anggota keluarga termasuk diri mereka sendiri. KFD dalam penyelidikan psikometri akan lebih baik daripada tes teknik kinerja lainnya, karena melalui hasil yang didapat dalam KFD akan memungkinkan sekali digunakan analisa statistik seperti regresi majemuk.

    Tes Proyeksi Permainan

    Tes proyeksi permainan dikembangkan dari terapi permainan melibatkan objek-objek seperti wayang, boneka, miniatur. Salah satu tes proyeksi permainan adalah Scenotes. Alat tes terdiri dari berbagai figur manusia atau binatang. Alat tes ini bertujuan untuk mengungkap pada anak-anak sikap mereka terhadap keluarga, persaingan sebaya, ketakutan, agresivitas, konflik dan sebagainya. Pada anak-anak, tester hanya menyediakan koleksi mainan untuk permainan bebas. Pada orang dewasa disajikan bersama dengan instruksi umum untuk menjalankan tugas yang bersifat amat tidak terstruktur. Tugas tersebut memiliki segi-segi dramatis, seperti mengatur bentuk-bentuk di panggung miniatur. Schaefer, Gitlin, Sandgrund yang menyunting alat tes ini melihat teknik yang mereka gunakan pada Scenotes ini masih pengembangan. Meskipun begitu berbagai pendekatan berhasil mereka kumpulkan mencakup ukuran yang cemerlang dan menawarkan metode observasi formal yang terstruktur. Scenotes mengungkap masalah yang cukup luas, stimulus berbentuk boneka, wayang, akan mengungkap baik masalah spesifik seperti autisme, hiperaktivitas, namun juga mengungkap masalah seperti umumnya yaitu interaksi anak dengan orang tua dan teman sebaya.

    Evaluasi Teknik Proyektif

    Rapor dan Kemampuan Aplikasi

    Teknik proyektif memungkinkan mencairkan kebekuan antara tester dan testee dalam konteks pemeriksaan klinis. Tugas yang ada pada teknik proyektif akan memberi distraksi dan perlahan mengurangi sifat defensif serta perlahan membangun kepercayaan antara tester dan testee. Tugas pada teknik proyektif lebih menarik dan menghibur. Teknik proyektif akan berguna bagi anak-anak kecil, orang dengan gangguan inderawi, defisiensi bahasa. Media nonverbal dapat diterapkan pada kelompok ini dan respon yang ditampilkan bisa membantu individu mengenali sejumlah aspek perilaku mereka yang sebelumnya sulit diungkap melalui verbal.

    Berpura-pura (Faking)

    Stimulus ambigu akan menimbulkan beragam respon. Tes proyektif tidak akan memberikan informasi tujuan pengetesan secara langsung. Sekalipun testee sudah atau belum pernah mengalami administrasi tes proyektif, kemungkinan besar seperti pada hasil temuan eksperimen dengan tes proyektif. Bahwa testee kemungkinan besar bisa melakukan kecenderungan fake good atau fake bad. Kecenderungan tersebut akan ditemukan di berbagai alat tes proyektif mulai dari Rorscharch, TAT, Rosenzweig, P-F Study, sentence completion test. Tester yang terampil akan mampu melihat kecenderungan ini saat elaksanakan tes.

    Norma Skor

    Begitu disayangkan tes yang bisa mengungkap lebih mendalam seperti tes proyeksi tidak memiliki data reliabilitas, validitas yang baik seperti tes psikologi lainnya. Sekalipun sudah terhimpun data disebabkan tidak adanya norma-norma objektif yang memadai. Interpretasi atas kerja tes proyektif sering melibatkan norma subkelompok yang sering ambigu.

    Reliabilitas

    Reliabilitas pada teknik proyektif rata-rata memberikan hasil yang tidak memuaskan. Hal ini disebabkan seperti temuan pada masing-masing kartu sebagai soal tidak bisa dilakukan studi koefisien reliabilitas konsistensi internal, split half reliability. Sebab lain adalah scorer reliability, skor hasil tes tidak hanya ada preliminary scoring, tetapi pada tahap integrasi hasil tes dan interpretasi. Sekalipun tercatat bahwa Holtzman Inkblot Technique adalah teknik proyeksi yang berhasil dilaksanakan uji reliabilitas model split half.

    Validitas

    Rendahnya validitas dalam teknik proyektif disebabkan kurangnya kesimpulan matang mengenai studi validitas. Studi validitas tes proyektif sendiri mengalami defisiensi prosedural seperti kurangnya kontrol eksperimen atau analisa statistik, bahkan keduanya dapat terjadi dalam uji validitas tes proyektif. Validitas dalam tes proyektif juga sulit didapat disebabkan begitu luasnya penilaian dari hasil tes yang akan diukur/dinilai.

    Hipotesa Tes Proyektif

    Asumsi tradisional dari tes proyektif adalah sebuah stimulus ambigu akan memunculkan respon yang sudah ditekan dalam diri manusia. Respon tersebut sangat beragam dan begitu banyak variasinya. Stimulus ambigu yang digunakan dalam tes proyeksi mulai dipertanyakan keabsahannya. Hal ini dalam kritik para ahli mengatakan lebih baik digunakan sebuah stimulus terstruktur agar memudahkan dalam proses skoring karena respon akan masuk kedalam struktur stimulus dan kembali memudahkan proses tes proyektif sebagai tes psikologi memiliki kelengkapan psikometri seperti validitas, reliabilitas.

    Teknik Proyektif Sebagai Instrumen Psikometris

    Teknik proyektif pada dasarnya tidak bisa begitu saja disebut sebagai tes proyektif. Mengacu pada standar tes, dan hasil tes kelayakan sebagai instrumen psikometris mayoritas teknik proyektif tidak memenuhi syarat menjadi instrumen psikometris. Penggunaan teknik proyektif pasca uji kelayakan sebagai instrumen psikometris juga mengalami kendala disebabkan temuan bahwa teknik ini tidak siap untuk digunakan sebagai teknis harian diagnosa psikologi untuk membuat keputusan dan prediksi mengenai individu.

    Teknik Proyektif Sebagai Alat Psikologi Klinis

    Teknik proyektif lebih diandalkan sebagai diagnosa klinis daripada sebagai instrumen psikometri. Teknik proyektif juga digunakan sebagai alat bantu wawancara dalam mengumpulkan informasi psikologi seseorang bagi para psikolog klinis sudah ahli. Cronbach dan Gleser melihat karakteristik dari tes proyeksi dan wawancara sebagai penggalian data memiliki keakuratan yang rendah dan rendah pula dalam ketepatannya memprediksi gambaran psikologi manusia. Berbeda dengan tes psikologi yang sudah terstandarisasi memiliki keakuratan tinggi dan ketepatan tinggi dalam memprediksi potret psikologi manusia.

    Sekian artikel tentang Macam-Macam Teknik Metode Pengukuran dalam Psikologi.

    Daftar Pustaka

    • Anastasi, A & Urbina, S. 1998. Psychological Testing: 7th ed.
    • Gregory, Robert.J. Psyhcological Testing:6th edition. Boston: Pearson Education

    Teori dan Konsep Tes Menggambar Pohon (BAUM) dalam Psikologi

    $
    0
    0
    Teori dan Konsep Tes Menggambar Pohon (BAUM) dalam Psikologi - Pengukuran psikologi sudah menjadi salah satu inti dari disiplin ilmu psikologi. Tes Pohon adalah salah satu metode proyeksi yang hingga saat ini masih digunakan oleh praktisi psikologi di Indonesia. Melalui artikel ini diharapkan dapat memahami dan menjelaskan kembali teori dan pemahaman mengenai konsep Tes Pohon.

    ­­­SEJARAH TES POHON

    Pada awal 1926 GOODENOUGH mengembangkan suatu prosedur yang terstandarisasi untuk mengevaluasi inteligensi anak-anak. Metode yang digunakan adalah dengan menggambar seorang manusia (draw a man). Pada waktu yang bersamaan, Emil Jucker juga mengembangkan suatu metode yang terarah, yaitu Tes Pohon. Tes ini kemudian dielaborasi lebih lanjut oleh Charles Koch (1952, 1957). Pada awalnya tes ini digunakan untuk tes jurusan di sekolah-sekolah oleh Charles Koch.

    Alasan Koch mengembangkan tes dengan gambar Pohon, adalah Jucker mengatakan bahwa Pohon itu memiliki karakteristik yang hampir sama seperti manusia. Pohon selalu tumbuh & berkembang dan untuk hidup pohon memerlukan makanan dan minuman. Dari hasil penelitian budaya dikatakan pohon memiliki arti dan makna yang penting bagi manusia, oleh karena itu pohon dianggap mewakili manusia.

    Teori dan Konsep Tes Menggambar Pohon (BAUM) dalam Psikologi_
    image source: tritontv.com
    baca juga: Macam-Macam Teknik Metode Pengukuran dalam Psikologi

    LANDASAN TEORI DALAM DAN ASPEK YANG DIUNGKAP

    1. Psikoanalisa

    Menekankan pada masalah-masalah ketidaksadaran diri. Pohon termasuk dalam tes proyektif karena dapat memancing hal-hal yang tidak disadari oleh orang tersebut. Dalam pohon, terdapat bagian-bagian yang dapat memproyeksikan inner state individu. Bagian-bagian pohon juga dapat menjadi symbol dari struktur kepribadian yang dikembangkan aliran psikoanalisis.

    2. Fenomenologis

    Sesuatu yang dibuat orang merupakan gejala yang ditampilkan. Gejala tersebut memiliki makna bagi orang tersebut. Gejala yang terlihat dalam gambar pohon merupakan intepretasi pengalaman individu yang dituangkan dalam bentuk gambar.

    3. Perkembangan

    Usia individu memberikan pengaruh pada sifat dan bentuk gambar. Beberapa percobaan pada anak-anak menunjukkan bahwa, di usia-usia tertentu, anak-anak menggambar dengan pola yang sama.

    Tes gambar orang adalah salah satu teknik yang mengukur fungsi kognitif dan kepribadian individu. Meskipun tes ini popular dikalangan psikolog dan praktisi pendidikan pada awalnya, tes ini kemudian popular di bidang lainnya. Dalam bidang industry dan organisasi, tes ini masih digunakan sebagai alat bantu untuk mengetahui gambaran kepribadian seseorang yang dikaitkan dengan jabatan/pekerjaan.

    PERKEMBANGAN USIA DALAM TES POHON

    1. Anak usia pra sekolah meletakkan dasar batang (stambasis) pada pinggir kertas

    • Usia 7 – 8 tahun : 45%


    2. Penempatan batang pada garis dasar

    • Usia 5 tahun : 5%
    • Usia 6-7 tahun : 15%
    • Usia 8 tahun : 31%


    3. Embel-embel (burung, orang-orang kecil, sarang burung, rumah burung, hati)

    • Usia 7 tahun : 12%
    • Usia 8 tahun : 11%
    • Usia 9 tahun : 20%
    • Presentase menurun dengan meningkatnya usia, tetapi naik lagi dalam usia pubertas


    4. Batang digambar satu garis

    • Usia 5 tahun : 44%
    • Usia 6 tahun : 21%
    • Usia 7 tahun : 3,7%


    5. Cabang yang digambar dengan satu garis

    • Usia 5 tahun : 33%
    • Usia 6 tahun : 60%
    • Usia 7 tahun : 75%
    • Usia 8 tahun : 55%
    • Usia 9 tahun : 29%
    • Usia 13 tahun : 21%
    • Setelah 13 tahun menurun jadi 12%


    6. Batang digambar dengan 2 garis:

    • Usia 7 tahun : 0-10%
    • Usia 9 tahun : 44%
    • Usia 13 tahun : 50-60% meningkat menjadi 75%


    7. Buah yang bergantungan

    • Usia 5 tahun : 29%
    • Usia 6 tahun : 41%


    PERAN TES BAUM DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

    Peranannya dalam kehidupan sehari-hari, tes BAUM masih dipercaya sebagai salah satu metode untuk melihat karakter/kepribadian manusia. Pohon yang dianalogikan sebagai manusia yang tumbuh berkembang memberikan symbol-simbol yang dapat diintepretasikan dan menjadi gambaran individu itu sendiri.

    Para psikolog di Indonesia masih menggunakan metode ini sebagai salah satu alat bantu untuk membangun profil individu. Psikolog klinis dapat menggunakan metode ini untuk mencari gambaran kepribadian individu yang lebih mendalam hingga mencari indikasi patologisnya. Baik itu patologis bersifat kepribadian atau gangguan yang bersifat medis.

    Untuk kebutuhan dunia industry/perusahaan, tim rekrutmen masih menggunakan metode ini sebagai salah satu alat untuk melihat potensi individu/calon karyawan. Metode ini masih dirasa cukup dapat dipercaya namun penggunaannya tidak mendalam seperti pada praktisi psikologi klinis.

    Sekian artikel tentang Teori dan Konsep Tes Menggambar Pohon (BAUM) dalam Psikologi.

    Daftar Pustaka

    • Anastasi, A & Urbina, S. 1998. Psychological Testing: 7th ed.
    • Gregory, Robert.J. Psyhcological Testing:6th edition. Boston: Pearson Education

    Persiapan dan Instruksi Tes Gambar Pohon dalam Psikologi

    $
    0
    0
    Persiapan dan Instruksi Tes Gambar Pohon dalam Psikologi - Pengukuran psikologi sudah menjadi salah satu inti dari disiplin ilmu psikologi. Administrasi Tes Pohon menjadi salah satu komponen penting kurikulum karena menjadi kompetensi dasar sarjana Psikologi. Melalui artikel ini diharapkan dapat melaksanakan administrasi tes pohon sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

    Tes gambar pohon adalah salah satu dari teknik proyeksi dengan cara menggambarkan “Pohon”. Tes ini mengukur fungsi kognitif dan tentunya kepribadian seseorang. Tes ini cukup popular dikalangan psikolog klinis, maupun dunia pendidikan dalam menggali karakter kepribadian seseorang. Pada awal 1926, Goodenough membangun suatu prosedur standar dalam mengevaluasi inteligensi anak-anak dengan cara menggambar manusia. Dalam waktu yang kurang lebih sama, Emil Jucker memperkenalkan Tes Gambar Pohon yang kemudian di elaborasi lebih jauh dan sempurna oleh Charles Koch (1952, 1957).

    Persiapan dan Instruksi Tes Gambar Pohon dalam Psikologi_
    image source: www.easy-drawings-and-sketches.com
    baca juga: Teori dan Konsep Tes Menggambar Pohon (BAUM) dalam Psikologi

    PERSIAPAN TES POHON

    - Menyiapkan stopwatch yang siap pakai

    - Menuliskan di pojok kiri atas papan tulis yang tersedia:

    Nomor :

    Nama :

    Tgl. Lahir :

    Tgl. Pmr. :

    Untuk isian Testee di kertas HVS yang akan dibagikan

    - Membagikan selembar kertas HVS kosong ukuran A4 tebal 60 gram

    Instruksi:

    Kepada Saudara telah dibagikan sehelai kertas kosong.

    Ambillah kertas itu dan di sudut kiri atas ini…(tunjukkan kepada Testee)… tulislah:

    Nomor : Nomor pemeriksaan Saudara

    Nama : Nama lengkap Saudara

    Tgl. Lahir : Tanggal, bulan, dan tahun lahir Saudara

    Tgl. Pmr : Tanggal hari ini (tester menyebutkan tanggal, bulan, dan tahunnya)

    Jika sudah selesai, letakkan alat tulis Saudara dan perhatikan ke depan.

    (Setelah semua Testee memperhatikan ke depan)

    Sekarang balikkan kertas Saudara demikian (tunjukkan kepada Testee) sehingga Saudara menghadapi halaman yang seluruhnya kosong (tunjukkan kepada Testee).

    Perhatikan!

    Seluruh halaman ini sekarang adalah milik Saudara (tester menunjukkan seluruh halaman yang kosong).

    Tugas Saudara adalah GAMBARLAH POHON!

    Jenis yang tidak boleh digambar adalah jenis rumput, pisang, bambu, kelapa, cemara, pepaya, kaktus, dan perdu. Jadi gambarlah pohon yang lainnya.

    Saudara hanya boleh menggunakan pinsil yang kami pinjamkan.

    Apakah ada pertanyaan? (tunggu sebentar)

    Jika tidak ada, ambillah pinsil Saudara dan silakan MULAI.

    Waktunya 10 menit (diberitahukan kepada Testee)

    (Kalau ada pertanyaan, Tester harus menjawab sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Lihat catatan di bawah. Tester berkeliling untuk memeriksa apakah semua Testee menggambar pohon yang diperkenankan. Jika ada yang salah gambarnya, lakukan petunjuk pada catatan butir 4 di bawah)

    Setelah waktu 10 menit berlalu…

    BERHENTI!

    Berilah nama pohon yang Saudara gambar itu, di bawahnya, atau di bagian lain yang kosong.

    Letakkan pinsil Saudara, kemudian letakkan gambar Saudara di sisi meja yang kosong.

    (Tester melakukan observasi kemudian mengumpulkan gambar dan pinsil)

    Catatan:

    1. Apabila Testee bertanya: “Apakah boleh menggambar …?” (menyebut nama pohon yang tidak boleh digambar), tester harus menjawab, “Tidak, silakan menggambar pohon yang lain”.
    2. Apabila Testee bertanya: “Apakah boleh menggambar …?” (menyebut nama pohon yang boleh digambar), tester harus menjawab, “Terserah”.
    3. Apabila Testee bertanya:
      - “Apakah dengan buahnya?”
      - “Apakah lengkap dengan daun, bunga, dan buahnya?”
      - “Apakah boleh lebih dari satu pohon?”
      - “Apakah boleh dengan pemandangan?”
      - “Apakah kertasnya boleh dimiringkan ?”
      Pengawas harus menjawab, “Terserah”
    4. Apabila Testee terlanjur menggambar pohon yang tidak diperkenankan, gantilah kertasnya dan berilah instruksi singkat secara individual untuk menggambar pohon yang lain. Gambar yang dibuat pertama tadi tetap harus dimasukkan ke dalam berkas Testee yang bersangkutan, di belakang gambar pohon yang betul.


    RELIABILITAS DAN VALIDITAS TES GAMBAR POHON

    Pada tes gambar pohon ini, reliabilitas dan validitas pada umumnya sama seperti pada tes proyektif lainnya. Reliabilitas pada teknik proyektif rata-rata memberikan hasil yang tidak memuaskan. Hal ini disebabkan seperti temuan pada masing-masing kartu sebagai soal tidak bisa dilakukan studi koefisien reliabilitas konsistensi internal, split half reliability. Sebab lain adalah scorer reliability, skor hasil tes tidak hanya ada preliminary scoring, tetapi pada tahap integrasi hasil tes dan interpretasi. Tidak jauh berbeda dengan validitas. Selain itu rendahnya validitas dalam teknik proyektif disebabkan kurangnya kesimpulan matang mengenai studi validitas. Studi validitas tes proyektif sendiri mengalami defisiensi prosedural seperti kurangnya kontrol eksperimen atau analisa statistik, bahkan keduanya dapat terjadi dalam uji validitas tes proyektif. Validitas dalam tes proyektif juga sulit didapat disebabkan begitu luasnya penilaian dari hasil tes yang akan diukur/dinilai.

    KRITIK TERHADAP TES POHON

    Kemudahan administrasi pelaksanaan tes pohon sangat membantu para psikolog dan pengguna tes pohon lainnya karena cukup membutuhkan waktu 5 – 10 menit. Hal ini dapat membantu psikolog klinis untuk lebih memiliki waktu untuk melakuan observasi. Terutama pada psikomotoriknya. Namun memang terkait dengan validitas karena para penilaiannya masih sangat tergantung pada jam terbang dan keahlian tester. Tes ini juga dihindari untuk digunakan kepada tetee yang memiliki inteligensi rendah. Hal ini dikarenakan gambar pohonnya akan cenderung berkualitas rendah.

    Sekian artikel tentang Persiapan dan Instruksi Tes Gambar Pohon dalam Psikologi.

    Daftar Pustaka

    • Anastasi, A & Urbina, S. 1998. Psychological Testing: 7th ed.
    • Gregory, Robert.J. Psyhcological Testing:6th edition. Boston: Pearson Education.

    Teori dan Sejarah Tes Psikotes Menggambar Orang dalam Psikologi

    $
    0
    0
    Teori dan Sejarah Tes Psikotes Menggambar Orang dalam Psikologi - Kepribadian manusia tidak berkembang dalam proses yang singkat. Dimulai dari masa kanak-kanak hingga mati, manusia berkembang dan tumbuh menjadi sosok yang memiliki banyak ide, kemampuan, keterampilan, serta hal lainnya. Pengalaman tersebut di internalisasi dalam diri menjadi nilai-nilai dan semacam blueprint dalam kehidupan manusia. Pengalaman tersebut menjadi motivasi-motivasi individu dalam mencapai tujuannya. Tanpa kita sadari, wujud dari motivasi, atau dorongan kehidupan manusia dapat terlihat dari coretan garis. Hal ini yang menjadi dasar ketertarikan peneliti dimasa awal berkembangnya tes ini seperti Goodenough, Charles Koch, dan Machover.

    Telah lama diketahui bahwa individu memperlihatkan aspek-aepek penting dari kepribadian mereka dalam gambar. Yang ditasakan kurang adalah taraf sistematisasi analisa suatu produk grafis yang komprehensif. Machover dalam buku “Proyeksi Kepribadian Melalui Gambar Figur Orang” berusaha untuk menggarsikan suatu metode analisa keprbadian berdasarkan intepretasi.

    Kepribadian tidak berkembang dalam suatu vakum, tetapi melalui gerakan, perasaan dan memikirkan suatu badan khusus. Metode proyektif yang menjelajahi motivasi-motivasi telah berulang kali membuka celah-celah ekspresi diri yang tertutup dan mungkin tidak disadari dan tidak dimanifestasikan dalam bentuk terbuka atau komunikasi langsung.

    Teori dan Sejarah Tes Psikotes Menggambar Orang dalam Psikologi_
    image source: insinyoer.com
    baca juga: Persiapan dan Instruksi Tes Gambar Pohon dalam Psikologi

    SEJARAH PERKEMBANGAN TES DRAW A PERSON

    Tes DAP (Draw A Person) atau juga sering disebut DAM (Draw A Man) merupakan salah satu bentuk alat tes Psikologi yang sering kita jumpai di saat proses assessment psikologi. Tes DAP atau DAM termasuk tes individual yang hingga saat ini masih banyak digunakan oleh praktisi psikologi. Perkembangan tes ini dimulai pada tahun 1926, Laurence Goodenough mengembangkan Draw-A-Man (DAM) Test untuk melihat dan memprediksi taraf kemampuan kognitif anak. Kemmapuan kognitif ini menurut Goodenoguh dapat terlihat melalui kualitas hasil gambarnya. Hal ini dengan asumsin bahwa akurasi dan detail gambar yang dihasilkan menunjukkan tingkat kematangan intelektual anak. DAM test ini dapat digunakan untuk anak usia 3 – 10 tahun.

    Selain Goodenough, pada tahun 1948, Buck mengembangkan House-Tree-Person (HTP) Test. Tes ini melibatkan gambar rumah, pohon, dan orang dengan asumsi dari gambar ini dapat memproyeksikan kedekatan kehidupan seseorang. Tahun 1949, Machover mengembangkan Draw-A-Person (DAP) Test, sebagai teknik untuk mengukur kepribadian. Machover mengembangkan sejumlah hipotesis berdasarkan obeservasi klinis dan penilaian intuitif. Misal, ukuran gambar berkaitan dengan tingkat self-esteem, penempatan gambar dalam kertas merefleksikan suasana hati dan orientasi sosial seseorang.

    TUBUH SEBAGAI ALAT EKSPRESI DIRI

    Pada saat individu berusaha menyelesaikan persoalan yaitu tugas menggambar orang, ia dipaksa menggambar dari beberapa sumber. Atribut-atribut tubuh diluar dirinya terlalu bervariasi untuk dapat memunculkan diri sebagai wakil manusia yang spontan dan objektif. Pada saat tertentu ada proses seleksi yang melibatkan identifikasi melalui proyeksi dan introspeksi yang masuk ke dalam. Individu harus menggambar secara sadar dan sudah tentu juga tanpa disadari seluruh system nilai-nilai psikisnya. Tubuh atau “the self” merupakan titik referensi yang paling intim dalam kegiatan apapun, apabila kita mengikuti garis pertumbuhan, maka tampak hubungan berbagai sensasi, persepsi, dan emosi dengan organ-organ tubuh tertentu. Investasi dalam organ-organ tubuh ini, atau persepsi bayangan tubuh yang berkembang melalui pengalaman pribadi harus membimbing individu yang sedang menggambar dalam struktur khusus da nisi yang membentuk “orang”.

    Dengan demikian, gambar figure orang yang melibatkan proyeksi bayangan tubuh merupakan suatu sarana alami untuk menyatakan kebutuhan-kebutuhan tbuh dan konflik-konflik seseorang. Intepretasi yang berhasil terhadap gambar telah berlangsung atas dasar hipotesis bahwa figure yang digambar berhubungan dengan individu yang menggambar dengan keakraban sama yang menandai gaya masing-masing individu, tulisan tangannya atau gerakan-gerakan ekspresi lainnya. Teknik analisa kepribadian yang digambarkan berikut ini berusaha untuk menyusun kembali ciri-ciri utama proyeksi diri ini.

    Suasana Hati Figur

    Pada waktu menterjemahkan bayangan tubuh atau model postural dalam istilah-istilah grafis, apakah produk akhir secara otomatis sesuai degnan ketegangan psikis dan sikap individu. Secara khusus, apakah figure yang digambarkan tampak bahagia, ekspansif, menarik diri, autistik, menyempit, ketakutan, seperti berkelahi atau kurang afeksi? Apakah figure yang digambar nampak kuat atau lemah? Apakah tampak didominasi suatu “orang complex” tertentu? Ini merupakan warna suasan hati atau kecenderungan sentral dan disposisi yang dalam pengalaman machover selalu mencerminkan ketegangan si penggmbar.

    Melalui gambar orang, kita bisa mencari tahu suasana hati seseorang dengan memintanya untuk menggambar figure yang mewakili suasana hati mereka. Hal ini dapat dilakukan melalui eksperimen kecil.

    Coretan dan Gambar

    Pada esensinya, gambar merupakan kumpulan coretan yang memiliki konsep. Gambar/coretan merupakan hasil dari gerakan tangan (motorik kasar dan halus). Gerakan tangan ini dikendalikan oleh sistem syaraf di otak sebagai pusat koordinasi. Sehingga, dengan demikian, kelemahan atau gangguan pada coretan akan mengarahkan perhatian pada kemungkinan gangguan pada otak. Disadari atau tidak, setiap gerakan manusia juga dilatarbelakangi oleh emosinya. Artinya, motorik yang berlangsung pada dasarnya adalah suatu psikomotorik.

    Selain coretan yang dibuat sekali diatas kertas, ada kemunkinan lain bahwa coretan-coretan itu diulang berkali-kali pada tempat yang sama diatas kertas gambar. Jika hal ini terjadi maka testee hendak membuat efek bayangan (shadow) pada gambarnya. Jelas bawah perilaku orang menggambar tersebut berkaitan dengan kognisinya, yaitu pengetahuan serta pengalaman tentang bayangan. Namun apabula pengulangan coretan itu dilakukan secara berlebihan dan menghasilkan bagian-bagian yang menghitam (pada gambar), maka perseverasi gerakan yang tampak mengandung intepretasi bahwa vitalitas orang yang bersangkutan juga terikat dan terpaku pada satu penghayatan emosional pada dirinya. Yang pada umumnya berupa kecemasan sebagai afek yang kuat. Penghitaman kertas gambar adalah penyembunyian “sesuatu” yang didalam psikoanalisa dikenal dengan represi. Jadi yang disebut seusatu tadi adalah kecemasan yang akhirnya ditekan.

    Simbolik Ruang

    Seorang ahli grafologi, Max Pulver menjelaskan bahwa adanya simbloik ruang dalam kertas untuk tes proyeksi. Yaitu zona atas-bawah, kiri-kanan, muka-belakang. Banyak pohon digambar dalam bentuk salib, batang, adanya cabang yang melanjutkan batang dan cabang-cabang lainnya. Salib memperlihatkan adanya atas-bawah, kiri-kanan atau dunia-surga, matter-mind, masa lalu dan masa depan. Hal ini dapat dikatakan sebagai the pre-rational psyche, the archtype “cross”. Sisi kiri kertas dapat diasosiasikan sebagai introversi, dan kanan adalah ekstraversi. Kiri juga dapat diartikan sebagai “inner life”, masa lalu atau hal yang telah dilupakan. Gerakan ke bawah merupakan gerakan kea rah diri sendiri.

    ASAL USUL METODE

    Sejak jaman dulu, ketertarikan para praktisi psikolog klinis untuk melihat hubungan antara genuis dan gila, serta kemiripan karya seni orang gila dengan karya seni yang dihasilkan orang-orang primitive dan anak-anak. Studi literature menunjukkan bukt adanya usaha-usaha untuk mengklasifikasikan ciri-ciri gambar sesuai dengan kelompok- kelompok psikiatris. Anastasi dan Foley (dalam Widjaja, 1987:20) menyimpulkan diferensiasi melalui gambar hanya dapat dilakukan orang-orangdengan gangguan mental yang berat. Berawal dari hal tersebut, ketertarikan para praktisi untuk melihat apa yang dapat terlihat dari gambar manusia menjadi tinggi. Antusiasme peneliti untuk membuka rahasia yang tidak dapat dilakukan dengan metode penlitian lainnya telah banyak dibicarakan.

    Dapat diasumsikan bahwa gambar orang merupakan proyeksi dari self concept, proyeksi individu terhadap lingkungannya, dan ideal self image-nya. DAM juga dapat dikatakan sebagai suatu persepsi berdasarkan hasil pengamatan individu terhadap lingkungannya. Lebih mendalam lagi, DAM dapat menunjukkan ekspresi dari keadaan emosi seseorang. Tidak dipungkiri, bahwa bias pengukurandengan metode ini masih ada, salah satu yang mempengaruhi performa testee adalah sikap testee terhadap tester dan situasi tes tersebut.

    RELIABLITAS DAN VALIDITAS TES GAMBAR ORANG

    Reliabilitas test-retest DAP berdasarkan skoring kuantitatif dengan menggunakan panduan DAP yang dibuat oleh Harris (1963) didapatkan reliabilitas isi yang sedang (Median r = 0.74). Sedangkan reliabilitas interrater jauh lebih baik, yaitu median 0.90 untuk gambar laki-laki dan 0.94 untuk gambar wanita.

    DASAR-DASAR KLINIS

    Dalam proses menggambar yang dilakukan individu melibatkan identifikasi melalui proyeksi dan introproyeksi yang masuk ke dalam. Tubuh (the self) merupakan titik referensi yang paling intim dalam kegiatan apapun sehingga gambar orang yang melibatkan proyeksi bayangan tubuh merupakan suatu alat alamiah untuk menyatakan kebutuhan-kebutuhan tubuh dan konflik-konflik seseorang. Berdasarkan pengalaman Machover, “ekspresi” figur yang digambar mencerminkan “feeling tones”.

    TES GAMBAR ORANG DIKEHIDUPAN SEHARI-HARI

    • Industri dan Organisasi:

    Untuk digunakan sebagai bagian dari tes potensi (psikotes) dalam seleksi karyawan

    Untuk membuat profil kompetensi, maka metode Assesment Center masih dpat digunakan. Tes gambar orang ini akan menjadi pelengkap yagn penting dalam memberikan informasi mengenai individu.

    • Militer : seleksi, klinis, diagnosa, dll

    • Sekolah:
    • TK : dapat melihat kesiapan anak untuk sekolah
    • SMA : Penjurusan
    • Kuliah : seleksi, kesesuaian minat dan bakat.
    • Psikolog : Diagnosa gangguan kepribadian > kebutuhan terapi

    KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TES GAMBAR ORANG

    Kelebihan Tes Proyeksi
    • Tes proyeksi dapat menjangkau lapisan-lapisan lebih dalam dari kepribadian, (tidak disadari subyek) 
    • Bersifat ekonomis

    Kekurangan
    • Tester harus memiliki keterampilan yang khusus dalam kaitannya dengan ketepatan melakukan diagnosa
    • Tidak se-obyektif dan seakurat tes kognitif
    • Tidak terstrukturnya rangsang memberi kesulitan dalam membuat penilaian
    • Akibat masalah penilaian, kebanyakan tehnik proyeksi tidak memenuhi standar konvensional dari validitas dan reliabilitas


    Daftar Pustaka
    • Anastasi, A & Urbina, S. 1998. Psychological Testing: 7th ed. 
    • Gregory, Robert.J. Psyhcological Testing:6th edition. Boston: Pearson Education.
    • Widjaja, H. 1987. Proyeksi Kepribadin Manusia dalam Gambar Orang. Bandung:Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

    Persiapan dan Instruksi Tes Menggambar Orang dalam Psikologi

    $
    0
    0
    Persiapan dan Instruksi Tes Menggambar Orang dalam Psikologi - Tes gambar orang adalah salah satu dari teknik proyeksi dengan cara menggambarkan “Orang”. Tes ini mengukur fungsi kognitif dan tentunya kepribadian seseorang. Tes ini cukup popular dikalangan psikolog klinis, maupun dunia pendidikan dalam menggali karakter kepribadian seseorang. Pada awal 1926, Goodenough membangun suatu prosedur standar dalam mengevaluasi inteligensi anak-anak dengan cara menggambar manusia. Dalam waktu yang kurang lebih sama, Emil Jucker memperkenalkan Tes Gambar Orang yang kemudian di elaborasi lebih jauh dan sempurna oleh Charles Koch (1952, 1957).

    Persiapan dan Instruksi Tes Menggambar Orang dalam Psikologi_
    image source: videojug.com
    baca juga: Teori dan Sejarah Tes Psikotes Menggambar Orang dalam Psikologi

    TES MENGGAMBAR ORANG

    Persiapan:

    - Menyiapkan stopwatch yang siap pakai

    - Menuliskan di pojok kiri atas papan tulis yang tersedia:

    Nomor :

    Nama :

    Tgl. Lahir :

    Tgl. Pmr. :

    Untuk isian Testee di kertas HVS yang akan dibagikan

    - Membagikan selembar kertas HVS kosong ukuran A4 tebal 60 gram

    Instruksi:

    Kepada Saudara telah dibagikan sehelai kertas kosong.

    Ambillah kertas itu dan di sudut kiri atas ini…(tunjukkan kepada Testee)… tulislah:

    Nomor : Nomor pemeriksaan Saudara

    Nama : Nama lengkap Saudara

    Tgl. Lahir : Tanggal, bulan, dan tahun lahir Saudara

    Tgl. Pmr : Tanggal hari ini (tester menyebutkan tanggal, bulan, dan

    tahunnya)

    Jika sudah selesai, letakkan alat tulis Saudara dan perhatikan ke depan.

    (Setelah semua Testee memperhatikan ke depan)

    Sekarang balikkan kertas Saudara demikian (tunjukkan kepada Testee) sehingga Saudara menghadapi halaman yang seluruhnya kosong (tunjukkan kepada Testee).

    Perhatikan!

    Seluruh halaman ini sekarang adalah milik Saudara (tester menunjukkan seluruh halaman yang kosong)

    Tugas Saudara adalah GAMBARLAH ORANG!

    Dalam hal ini, tidak diperkenankan menggambar orang berupa kartun, anime maupun orang yang berbentuk abstrak atau sketsa.

    Saudara hanya boleh menggunakan pinsil yang kami pinjamkan.

    Apakah ada pertanyaan? (tunggu sebentar)

    Jika tidak ada, ambillah pinsil Saudara dan silakan MULAI.

    Waktunya 10 menit (diberitahukan kepada Testee)

    (Kalau ada pertanyaan, Tester harus menjawab sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Lihat catatan di bawah. Tester berkeliling untuk memeriksa apakah semua Testee menggambar orang yang diperkenankan. Jika ada yang salah gambarnya, lakukan petunjuk pada catatan butir 4 di bawah)

    Setelah waktu 10 menit berlalu…

    BERHENTI!

    Pada bagian lain yang kosong, berilah keterangan gambar tersebut, siapakah orang yang saudara gambar, berapakah usianya, apa kegiatannya dalam gambar tersebut, sebutkan tiga hal positif mengenai orang tersebut, dan tiga hal negatif mengenai orang tersebut. Keterangan dapat diberikan dalam bentuk uraian maupun poin-poin.

    (Tunggu testee selesai memberi keterangan gambar.)

    Apabila testee sudah selesai,katakan…Letakkan pinsil Saudara, kemudian letakkan gambar Saudara di sisi meja yang kosong.

    (Tester melakukan observasi kemudian mengumpulkan gambar dan pinsil)

    Catatan:
    1. Apabila Testee bertanya: “Apakah boleh menggambar …?” (menyebut bagian tubuh, atau setengah tubuh, maupun jenis kelamin tertentu), tester harus menjawab, “Terserah”.
    2. Pemberian instruksi dalam tes menggambar orang, disesuaikan dengan tujuan pemeriksaan. Instruksi utamanya adalah “gambarlah orang”. Namun pada tes dengan tujuan seleksi dan dilaksanakan secara klasikal, umumnya instruksi “Dalam hal ini, tidak diperkenankan menggambar orang berupa kartun, anime maupun orang yang berbentuk abstrak atau sketsa.” digunakan. Terkadang ditambah dengan “gambarlah orang utuh, sebagaimana yang anda temui sehari-hari”.

    Pada tes dengan tujuan klinis dan dilakukan secara individual, biasanya instruksi yang diberikan sebatas “gambarlah orang”. 

    Sekian artikel tentang Persiapan dan Instruksi Tes Menggambar Orang dalam Psikologi.

    Daftar Pustaka
    • Anastasi, A & Urbina, S. 1998. Psychological Testing: 7th ed. 
    • Gregory, Robert.J. Psyhcological Testing:6th edition. Boston: Pearson Education.
    • Widjaja, H. 1987. Proyeksi Kepribadian dalam Gambar Figur Manusia. Bandung:Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.

    Interpretasi Tes Wartegg dan Tes Gambar Dalam Psikologi

    $
    0
    0
    Interpretasi Tes Wartegg dan Tes Gambar Dalam Psikologi - Pada awalnya, Tes Wartegg adalah sebuah tes psikologi yang dikembangkan oleh Krueger dan Sander dari University of Leipzig. Kemudian, tes ini dikembangkan oleh Ehrig Wartegg dan selanjutnya oleh Marian Kinget. Tujuan dari tes wartegg ini adalah mengeksplorasi (meneliti karakter kepribadian seseorang) terutama dalam hal emosi, imajinasi, dinamisme, kontrol dan reality function, yang dimiliki oleh setiap orang namun dengan intensitas dan interelasi yang berbeda.

    Struktur kepribadian tidaklah statis, berubah-ubah dan menentukan sebagian besar perilaku individu. Dengan tes ini dapat dilihat bagaimana cara subyek berfungsi, yaitu apakah normal atau abnormal. Maka bila ada satu atau beberapa komponen yang sangat dominan, menandakan bahwa struktur tidak seimbang, jadi fungsi subyek adalah defektif. Misalnya, fungsi kontrol terlalu kuat maka perilaku akan terhambat dan kreatifitas kurang berkembang, sedangkan bila imajinasi berkembang berlebihan maka kontak dengan realitas dan fungsi sosialnya terganggu. The Drawing Completion Test adalah bentuk pemeriksaan kepribadian dengan menggunakan gambar-gambar yang diperoleh melalui sarana tes. Sarana ini berisi sejumlah elemen grafis kecl yang berdungsi sebagai suatu seri tema-tema formal yang harus dikembangkan menurut cara subyek itu sendri. Jadi gambar-gambar yang dihasilkan dengan cara tersebut diatas kemudian di analisis sesuai dengan sejumlah kriteria, bentuk, dan isi.

    Interpretasi Tes Wartegg dan Tes Gambar Dalam Psikologi_
    image source: www.pinterest.com
    baca juga: Persiapan dan Instruksi Tes Menggambar Orang dalam Psikologi

    SEJARAH

    Berawal dari para ahli dalam aliran psikologi gestalt di Universitas Leipzig yang dipimpin oleh F. Krueger dan F. Sander. Sender menciptakan teknik “Phantasie Test”, subyek dihadapkan pada materi drawing completion test (DCT), yang menghasilkan sifat struktural khas dari subyek. Keberhasilan Sender mendorong Dr. Ehrig Wartegg untuk melanjutkan penelitian tsb, akhirnya menemukan tes wartegg DCT (drawing completion test)/WZT (Wartegg Zeichen Test) yang dipakai sekarang ini.

    Wartegg dikembangkan sekitar tahun 1930 oleh Dr. Ehrig Wartegg dalam karyanya Gestaltung und Character sebagai suatu outline untuk tipologi tes DCT ini. Tes ini terdiri dari 8 karakter item data berupa bentuk/gambar yang ambigu di tiap 8 kotaknya. Sebagai contoh satu titik atau setengah lingkaran. Tugas untuk testee adalah melanjutkan gambar yang sudah ada tersebut menjadi suatu gambar baru. Hasil yang didapat kemudian dievaluasi baik secara grafologis dan simbolis. Masing-masing bidang tertentu yang tampaknya berisi aspek-aspek yang berbeda dari kepribadian. Hal ini penting untuk apa yang sejauh ini oleh subjek tes yang diterima. Seperti juga dengan tes lain dan validitas yang memadai. Namun demikian dapat, dalam konteks terapi psychotherapeutischen atau penjelasan, yang berpengalaman Psychotherapeuten dengan bantuan dari uji titik awal untuk analisis yang lebih dalam mengalami konflik pasien diberikan.

    Wartegg Zeihen Test (WZT) adalah sebuah tes proyeksi sederhana yang berupa setengah kertas ukuran A4 dengan delapan buah kotak yang dibatasi garis tebal. Dalam setiap kotak terdapat rangsang-rangsang tertentu yang masing-masing kotaknya akan memberikan kesan spesifik yang berbeda-beda dan tentu saja reaksi yang berbeda pula sesuai dengan kepribadian orang yang tengah diperiksa.

    Tujuan Drawing Completion Test
    1. Mengeksplorasi struktur kepribadian dari fungsi dasarnya (emosi, imajinasi, dinamisme, kontrol, dan fungsi realita)
    2. Sejauhmana masalah-masalah yang ada “meluas” dalam diri individu.
    3. Melihat abnormalitas manusia


    Aspek Emosi yang Tergali dari Wartegg Zeihen Test (WZT)

    Berdasarkan pada dasar teori yang dikemukakan oleh Wartegg, dinyatakan bahwa melalui WZT dapat menggali komponen-komponen skema kepribadian dari seseorang. Aspek-aspek emosi yaitu outgoing dan seclusive sesuai dengan ekstraversi dan introversi. Aspek emosi terutama tergali dari kategori-ketegori respon sebagai berikut:

    Outgoing
    1. Animate nature; adalah suatu petunjuk langsung dari integrasi dan penyesuaian diri subjek.
    2. Physiognomy; yaitu segala sesuatu dalam gambar figure manusia yang memberitahu pengamat tentang apa dan siapa figure tersebut, jenis kelamin, usia, pekerjaan dan sifat.
    3. Expansion; yaitu menunjukkan suatu kecenderungan (pada gambar-gambar tertentu) terutama pemandangan alam dan pemandangan kota, interior untuk melampaui batas-batas kotak.
    4. Curves; terutama garis luwes, mengalir dengan bebas berasal dari tonus otot yang santai..
    5. Casualness; adalah cara menggambar yang lepas, informasi, kadang-kadang ada gaya, kadang-kadang ceroboh, yang dapat menaikan atau memperindah atau merusak gambar tergantung dari banyak faktor.

    Seclusive
    1. Inanimate Nature; mencakup berbagai benda dari daun, awan, air, setangkai bunga atau gambar buah sampai gambar-gambar yang lebih rumit seperti gambar dahan-dahan, tanaman, belukar, pemandangan alam, atau pemandangan laut.
    2. Atmosphere; adalah suatu gambar yang berasal dari cara mempresentasikan dan pelaksanaan sehingga memunculkan suatu kualitas perasaan dan kualitas suasana gambar.
    3. Soft lines; yaitu gradasi garis-garis lemah berkisar dari moderat halus, halus sampai pada yang sangat lemah dan hampir tidak nampak.
    4. Symetric abstraction; pemberian skor terhadap respon ini didasarkan atas kerumitan dan nilai estetik pola.
    5. Asymetric abstraction; yaitu mencakup gambar-gambar yang memperlihatkan permainan bebas garis-garis dan cahaya serta bayangan.
    6. Shading (both light and dark); mencakup 3 aspek diagnostik yang signifikan yaitu : intensitas, tekstur, dan fungsi.
    7. Parts; karakteristik elemen dari gambar representasional adalah pembedaan antara suatu keseluruhan seperti orang, rumah, pemandangan alam, atau bagian telinga, jendela, roda dan sebagainya.
    8. Scribbles; yaitu coretan-coretan tidak teratur, kacau, garis silang menyilang, atau bentuk-bentuk bayangan kabur.
    9. Schematism; adalah satu bentuk dari nature content, dengan ciri-ciri : perlakuan geometris atau segi empat.

    INTRUKSI TES WARTEGG (Drawing Completion Test)

    Persiapan:
    • Menyiapkan stopwatch yang siap pakai
    • Menggambar Tes Wartegg di papan tulis
    • Membagikan lembar Tes Wartegg dan sebatang pinsil HB pada Testee


    Instruksi:

    Kepada Saudara telah dibagikan lembar tes baru

    Ambillah lembar tes itu dan isilah dengan bolpen:

    Nomor : Nomor pemeriksaan Saudara

    Nama : Nama lengkap Saudara

    Tgl. Lahir : Tanggal, bulan, dan tahun lahir Saudara

    Jenis kelamin : Lingkarilah huruf L atau P sesuai dengan jenis kelami Saudara

    Tgl. Pmr : Tanggal hari ini (Tester menyebutkan tanggal , bulan, dan tahun pemeriksaan)

    Jika sudah selesai, letakkan alat tulis Saudara dan perhatikanlah ke depan.

    Pada lembar tes ini kita lihat ada 8 buah kotak (tunjukkan kepada Testee)

    Di dalam setiap kotak terdapat sesuatu yang telah ditentukan, yaitu (sambil ditunjukkan oleh tester satu demi satu dari kiri ke kanan. Tidak usah sisebut semuanya, cukup dua saja)

    • Kotak ini : titik seperti ini
    • Kotak ini : lengkungan seperti ini
    • Kotak ini : garis-garis seperti ini
    • Kotak ini : bujur sangkar seperti ini
    • Kotak ini : garis-garis seperti ini
    • Kotak ini : garis-garis seperti ini
    • Kotak ini : lengkungan titik-titik seperti ini
    • Kotak ini : lengkungan seperti ini

    Tugas Saudara adalah menggambar !

    Buatlah satu buah gambar di dalam setiap kotak. Apa yang akan digambar di dalam kotak itu, terserah kepada Saudara. Jadi sesuka hati Saudara, namun sesuatu yang telah ditentukan dalam setiap kotak hendaknya menjadi bagian dari gambar Saudara.

    Dengan perkataan lain, ada seseorang yang telah mulai menggambar di dalam kotak itu dan Saudara yang harus menyelesaikannya.

    Kotak mana yang akan Saudara gambar labih dahulu terserah pula kepada Saudara. Pilihlah kotak yang paling mudah Saudara selesaikan. Tiap kali selesai menggambar sebuah kotak, berilah nomor yang menunjukkan urutan menggambar Saudara.

    (Tester memberi contoh di papan tulis dengan urutan yang diacak)

    Berilah nomor 1, di luar kotak, yang akan menunjukka bahwa kotak itu yang Saudara gambar pertama.

    Berilah nomor 2, di luar kotak, pada kotak yang Saudara gambar berikutnya, demikian seterusnya sesuai dengan keurutan menggambar.

    Setelah itu pada bagian lembar tes yang kosong (Tester menunjukkan kepada Testee, apabila tidak terdapat bagian yang kosong dapat menggunakan bagian belakang lembar tes), berilah keterangan tentang gambar itu sesuai dengan urutan menggambarnya, misalnya:
    1. Gambar ____
    2. Gambar ____
    3. Gambar ____, dan seterusnya. (Tester memberi contoh di papan tulis)

    Apabila saudara telah selesai menggambar semua kotak, pilihlah satu gambar yang Saudara anggap paling mudah diselesaikan, satu gambar yang Saudara anggap paling sulit diselesaikan, satu gambar yang paling saudara sukai, dan satu gambar yang paling tidak Saudara sukai, dengan menuliskan simbol berikut di belakang keterangan gambar: (Tester mencontohkan di papan tulis)

    M = Gambar paling mudah

    S = Gambar paling sulit

    + = Gambar yang paling disukai

    - = Gambar yang paling tidak disukai

    Saudara harus menggunakan pinsil yang kami pinjamkan.

    Apakah ada pertanyaan? (Tunggu sebentar)

    Waktunya 15 menit (diberitahukan kepada Testee)

    …(setelah waktu 15 menit berlalu)…

    BERHENTI!! Letakkan pinsil Saudara…

    Sekarang letakkan lembar tes tersebut di sisi meja yang kosong.

    Sekian artikel tentang Interpretasi Tes Wartegg dan Tes Gambar Dalam Psikologi.

    Daftar Pustaka
    • Anastasi, A & Urbina, S. 1998. Psychological Testing: 7th ed.
    • Kinget, Marian. 1952. The Drawing Completion Test: A Projective Technique for The Inverstigation of Personality. New York:Grune & Stratton, Inc
    • Gregory, Robert.J. Psyhcological Testing: 6th edition. Boston: Pearson Education.
    • Widjaja, H. 1987. Proyeksi Kepribadian dalam Gambar Figur Manusia. Bandung:Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.

    Sejarah dan Teori Interpretasi Tes Rorschach dalam Psikologi

    $
    0
    0
    Sejarah dan Teori Interpretasi Tes Rorschach dalam Psikologi - Herman Rorschach mengembangkan teknik Rorschach yang dipublikasikan pada tahun 1921 bersamaan dengna dengan dipublikasikannya monograph Psychodiagnostik. Teknik Rorschach (RO) ini menggunakan 10 kartu yang terlihat sebagai tinta yang tumpah dan membuat pola yang simetris. Saat ini, teknik Ro ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pengetesan/assesment/ diagnostik psikologi.

    Kesepuluh kartu ini merupakan hasil dari penelitian dan eksplorasinya selama 10 tahun. 10 kartu ini terpilih dari ribuan uji coba tinta yang telah distandardisasi dengan menggunakan populasi dari rumah sakit tempat ia bekerja sebagai kepala psikiatris.

    Banyak psikolog yang tertarik melihat respon siginifikan individu dari stimulus yang berupa ink blots. Mereka malakukan investigasi mengenai respon yang signifikan dari individu. Hasil kerja Rorschach in merupakan akumulasi dari 20 tahun. Penelitian melibatkan metode untuk melihat gambar visual yang di imajinasikan melalui persepsi individu, dan dianalisa lewat konten atau gambar yang dipersepsikan oleh individu. Gambar atau symbol yang dipersepsikan individu di percaya merupakan proyeksi dari kepribadian dasarnya.

    Sejarah dan Teori Interpretasi Tes Rorschach dalam Psikologi_
    image source: go2psycholoy.blogspot.com
    baca juga: Interpretasi Tes Wartegg dan Tes Gambar Dalam Psikologi

    Perkembangan awal dari tes dengan Ink Blots

    Peneliti pertama yang tercatat mulai mendiskusikan tentang ink blots ini adalah Justinus Kerner. Dia secara tidak sengaja menemukan metode ini ketika ia sedang bekerja di sebuah lab di Tübingen Jerman. Kerner mulai menyadari banyak objek yang muncul dari sebuah ink blots. Perhatiannya yan glebih mendalam mengenai ink blots ini ditulis dalam karya Kleksographien dan dipublikasikan pada tahun 1857.

    Kerner tidak secara langsung mengambil kemungkinan adanya hubungan antara persepsi ink blots dan diagnosa kepribadian. Dia melihat adanya kesulitan dalam mengintepretasi ink blots berdasarkan kertelibatan material objek dan respon proyektif dari individu.

    Pada tahun 1895, Alfred Binet juga mengatakan bawah penggunaan ink blots dapat digunakan sebagai metode untuk investigasi imajinasi visual pada studi trait kepribadian. Setahun kemudian Dearborn dari Harvard mempublikasikan artikel mengenai bagaimana membuat ink blots hitam-putih maupun berwarna untuk dipergunakan dalam psikologi eksperimen.

    Selajutnya, Dearborn melaporkan sebuah eksperimen dengan 12 set ink blots dengan masing2 set terdiri dari 10 gambar. Subjek dari eksperimen yang ia lakukan adalah mahasiswa dan professor dari Harvard. Dari hasil eksperimen ini ia menemukan bahwa respon tiap individu terhadap blots muncul secara variatif. Hal ini menurutnya dipengaruhi oleh pengalaman tiap-tiap individu.

    Perkembangan ink blots tidak berhenti pada ekseprimen Dearborn, namun juta menarik perhatian dari Kirkpatrick. Dia mengatakan bahwa kualitas dari respon subyek dipengaruhi oleh usia. Pyle dalam studinya membandingkan anak-anak yang diberikan tes ink blots. Beberapa tahun kemudian mereka menjalankan kembali penelitian yang sama dan dihasilkan respon gambar yang lebih cepat.

    Pada tahun 1910, Whipple mempublikasikan untuk yang pertama kali sebuah seri/set ink blots yang terstandarisasi. Manual yang dikembangkan adalah modul pertama yang komprehensif jika dibandingkan dengan ahli-ahli terdahulu yang juga mengembangkan ink blots. Namun saja, ia tidak terlalu memperhatikan pada hubungan antara karakteristik kepribadian dan respon aktualnya.

    Satu decade selanjutnya, mulai berkembang kembali tes ink blots yang dikembangkan oleh F.C Bartlett dari universitas Cambridge. Ia menggunakan ink blots ini dalam studi mengenai persepsi dan imajinasi. Dari hasil studinya ditemukan bahwa respon subyek dapat menunjukkan ketertarikan dan kemungkinan pekerjaan dari subyek.

    Pada tahun 1917, Cicely Parsons dari Universitas College of South Wales membuat studi 97 anak-anak dengan menggunakan blots Whipple. Dari studi dengan blots ini, ia menemukan beberapa formulasi sebagai hasilnya. Ia menemukan persentase yang tinggi respon binatang dan manusia, perbedaan jenis kelamin, tingkatan kualitas dan tipe dari hasil deskripsi subyek bergantung pada usia. Parsons mengatakan bahwa walaupun tujuan awal dari penelitiannya adalah untuk mengukur imajinasi, hasil yang didapatkan mengindikasikan adanya kemungkinan untuk melihat perbedaan individu.

    Analisa konten dari respon yang dihasilkan baik dari penelitian Bartlett dan Parsons menjadi arah untuk formulasi yang kemudian dikembangkan oleh Herman Rorschach.

    RIWAYAT HIDUP HERMANN RORSCHACH

    Herman Rorschach lahir di Zurich, Swiss pada tanggal 8 November 1884. Pada saat ia lulus dari sekolah kedokteran, hasil studi ink blots sudah popular dipublikasikan. Ketertarikan dirinya terhadap ink blots ini dimulai dari tahun 1911 dan menjadi minat utamanya dalam kehidupannya yang tidak terlalu panjang. Hal ini juga didukung oleh lingkungan kerjanya di klinik psikiatri yang memberikan kesempatan luas untuk melakukan penelitiannya. Pendekatan psikologis yang digunakan oleh Rorschach dibangun dari pandangannya terhadap kepribadian dan hubungan antar aspek secara global. Hal ini dibuktikan dalam karyanya Psychodiagnostik yang berisi tentang respon-respon subyek terhadap blots yang di nilai dalam kategori formal. Hal ini dipertimbangkan oleh Rorschach menjadi landasan diagnosis kepribadian yang objektif. Rorschach adalah orang pertama yang membangun metode kerja (shorthand) untuk menangani pola-pola respon yang kompleks.

    Monograph pertama yang dipubilikasikan oleh Rorschach menjadi saat terakhir kemunculan dirinya di depan public. Herman Rorschach meninggal pada 2 April 1922. Sebelum meninggal, ia sedang menyempurnakan karyanya dalah hal teknik-teknik sehingga lebih luas dan mampu menampilkan perbedaan. Hasilnya ini dipublikasikan oleh rekan kerjanya, Emil Oberholzer.

    Pada tahun 1924, publikasi pertama hasil karya Rorschach muncul di Inggris. Publikasi ini merupakan terjemahan dari hasil keya Rorschach dan Oberholzer selama mereka melakukan demonstrasi dan analisis. Setelah itu David Levy, yang merupakan anak murid dari Oberholzer memperkenalkan metode Rorschach di Amerika Serikat. Lalu Levy membuat Samuel Beck untuk tertarik mempelajari teknik Rorschach ini dan menjadi murid dari Oberholzer. Beck menjadi orang Amerika pertama yang mempublikasikan karya tentang metode Rorschach.

    Pada saat awal Rorschach mulai dikenal di Amerika, tidak semua pihak menerima. Para psikiater tidak melihat tujuan dan pemahaman yang jelas untuk digunakan kepada pasien. para dokter ini pun dibingungkan dengan metode skoringnya. Para psikolog dan psikometris juga meragukan nilai ilmiah dari metode ini.

    Kondisi di atas membuat metode ini berkembang secara perlahan. Namun sejalan dengan waktu, jumlah pengikut metode ini semakin bertambah. Tugas para pengikut ini bukan hanya sekedar menyempurnakan administrasi dan metodenya namun juga pendidikan utk para khalayak umum. Pada thaun 1934, Bruno Klopfer menjadi tokoh yang memajukan metode Rorschach ini melalui studi kelompok. Klopfer juga menjadi tokoh yang menyempurnakan teknik scoring, dengan rekan lainnya ia pun mendirikan Rorschach Research Exchange pada tahun 1926. 3 tahun kemudian, Rorschach Institute dijadikan pusat penelitian dan pusat pelatihan. Perkembangan teknik ink blots ini menjadi pendorong untuk pengembangan metode proyeksi lainnya, seperti Thematic Apperception Test (TAT).

    Kontribusi Hermann Rorschach

    Menurut Klopfer (1962) teknaniebik bercak tinta yang disusun oleh Rorschach merupakan titik puncak keberhasilan dari penelitian-penelitian yang menggunakan bercak tinta selama 20 tahun di Eropa dan Amerika. Rorschach berhasil menerobos aspek-aspek yang belum pernah dijangkau oleh peneliti-peneliti lain. Kalau ahli-ahli sebelumnya kebanyakan hanya menganalisa bercak tinta dari segi isi dari respon subjek saja, dan mengatakan bahwa bercak tinta yang diberikannya itu adalah tes imajinasi, tetapi menurut Rorschach dalam membuat interpretasi terhadap bercak tinta itu sebenarnya fungsi imajinasi hanya sedikit. Yang paling berperan adalah fungsi persepsi (Rorschach, 1981).

    Rorschach lebih menekankan untuk memahami bagaimana seseorang menghayati sesuatu, kurang mementingkan apa isi penghayatannya. Kalau ada orang yang mengalami ketakutan, atau kecemasan, bukan isi ketakutan atau kecemasan itu yang dilihat, tetapi bagaimana dia mengahayati kecemasan itu sebagai suatu gejala psikologis, bagaimana hubungannya dengan fungsi-fungsi psikologis yang lain.

    Periode sesudah Rorschach

    Tes Rorschach sudah mengalami banyak penyempurnaan yang di lakukan oleh para ahli sesudah Rorschach. Pada tahun 1924 tulisan Rorschach bersama asistennya, Emil Obelholzer, pertama kali diterbitkan dalam bahasa inggris. Dalam tulisan itu dijelaskan mengenai analisis yang dilakukan dalam teknik Rorschach dan juga didemonstrasikan cara penyekoran serta interpretasinya.

    David Levy memperkenalkan tes Rorschach di Amerika. Samuel Beck, menerbitkan bercak tinta untuk tes Rorschach dan juga mengembangkan metode interprestasi yang masih dipakai sampai sekarang. Hertz banyak mengadakan penelitian tentang aspek-aspek metodologis dalam tes Rorschach.

    Bruno Klopfer mengembangkan tes Rorschach. Pada tahun 1934 telah mengembangkan ide-ide Rorschach dalam kelompok studinya. Pada tahun 1936 Klopfer dkk mendirikan Rorschach Institute sebagai lembaga melatih para para ahli untuk menggunakan tes Rorschach. Pada tahun 1948 Rorschach Institute berubah menjadi The Society for Projective Technique, yang menerbitkan TAT (Thematic Apperception Test) dan tes proyektif lainnya.

    Selain itu banyak alat tes yang juga menggunakan teknik bercak tinta, yang dikembangkan untuk menutupi kelemahan-kelemahan tes Rorschach, seperti misalnya :

    • Bero yang dirancang sebagai tes Rorschach untuk anak-anak
    • Zullinger Test (Z – test) dirancang dengan menggunakan 3 kartu bercak tinta yang lebih kompleks
    • Group Rorschach, yaitu pelaksanaan administrasi tes Rorschach secara klasikal, pertama kali di rintis oleh Harrower dan Steiner dengan memproyeksikan bercak tinta menggunakan tinta lewat slide. Juga di kembangkan jawaban yang multiple choice
    • Holtzman Ink Blot Technique, dirancanh oleh Holtzman untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan metodologi dan tes Rorschach
    • Piotrowski’s Automated Rorschach (PAR), dirancang oleh Piotrowski pada tahun 1974 dengan menggunakan computer untuk scoring dan intepretasinya.


    Penerapan tes Rorschach sebagian besar di bidang klinis, baik di rumah sakit maupun di klinik psikiatris dan psikologis. Tetapi tes Rorschach juga bisa menjadi terapi, ada testi yang mengatakan ketika selesai menjalani tes ini testi merasa lega dan hilang beban pikiran dan emosionalnya.

    Teknik Rorschach juga banyak digunakan di luar bidang klinis. Misalnya di bidang militer dan industri, tes Rorschach banyak digunakan sebagai alat seleksi. Temasuk pengguna tes Rorschach secara kelompok (Williams & Kellman, 1962).

    LANDASAN TEORI DAN ASPEK YANG DIUNGKAP

    Sebelum para pemula mempelajari Ro lebih lanjut, maka diharapkan mahasiwa sudah memahami teori-teori kepribadian, persepsi, teori belajar dan dinamika perilaku. Zeitgeist (dalam Allen, 1968) mengatakan bahwa prinsip utama dalam tes Ro adalah bahwa setiap performa individu merupakan ekspresi dari keseluruhan kepribadiannya. Brunner (dalam Allen, 1968) menambahkan bahwa persepsi juga dilibatkan dalam pelaksanaan tes ini. Persepsi normal individu adalah saat kondisi kecemasan individu pada level minimal.

    Asumsi dasar dari Test Ro ini adalah bahwa ada hubungan antara persepsi dan kepribadian. Cara bagaimana seseorang itu melihat kartu dan mengatur “bagaimana” ia melihat kartu tersebut merefleksikan aspek dasar dari kepribadian individu itu tersebut. Gambar tinta (Ink Blots ) pada kartu merupakan gambar yang cocok sebagai stimulus karena gambar tersebut bersifat ambigu atau tidak terstruktur. Hal ini membuat individu memberikan respon yang tidak ia pelajari terlebih dahulu atau memiliki pengalaman sebelumnya karena memang tidak ada jawaban “benar” atau “salah” dalam respon yang diberikan individu. Test Ro melibatkan “proyeksi” kebutuhan, pengalaman, dan pola kebiasaan pada saat individu memberikan respon disetiap kartu yang diberikan.

    Pada kehidupan sehari-hari, individu cenderung menghindar dari orang lain ketika mereka merasa tidak nyaman atau mendapatkan kesulitan saat berada disekitarnya. Sehinga pada test Ro, subyek dapat saja menghindari untuk “melihat” atau bahkan “tidak bisa melihat” figur manusia disetiap kartu yang diberikan. Subyek akan cenderung melihat mesin atau figur-figur yang berkaitan dengan botani, atau gunung besar dengan awan, atau hal lainnya. Subyek juga akan cenderung menghindari terlibat dalam suatu permasalahan dengan cara menyusup keluar secara diam-diam. Dalam test Ro, subyek dengan kondisi seperti ini akan cenderung melihat ujung atau tepian dari setiap gambar. Apa yang dilihat oleh subyek, apa yang tidak dapat dilihat oleh subyek, bagaimana dia mengatur materi kartu, berapa lama waktu yang ia butuhkan untuk merespon kartu yang diberikan diyakini dapat menunjukkan beberapa karakter dari kepribadiannya.

    Tingkah laku subyek dalam situasi tes Ro mungkin berbeda dengan dikehidupan nyata. Dikehidupan nyata, subyek cenderung untuk menampilkan perilaku yang akan diterima di lingkungan sosialnya. Ia belajar bahwa menjadi individu yang “normal”, mampu mengeontrol diri, atau menjadi diri yang baik akan lebih diterima dibanding menampilkan perilaku yang agresif dan bermusuhan. Namun, perilaku subyek yang terlihat tersebut terkadang tidak menampilkan sikap atau perasaan diri subyek yang sesungguhnya. Dalam test Ro, subyek tidak mengetahui cara yang terbaik, respon yang benar, atau cara uang umumnya orang lain merespon. Subyek harus merespon dengan caranya sendiri-sendiri, sehingga hal ini dapat memunculkan kondisi dirinya yang sesungguhnya yang dia sendiri tidak sadari.

    Aspek kepribadian

    Dalam mendekati kepribadian, Rorschach berusaha melihat secara menyeluruh (global approach). Suatu fungsi psikologis tertentu selalu dilihat dalam kaitannya dengan fungsi psikologis yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa tes Rorschach dapat mengungkap seluruh kepribadian seseorang. Menurut Klopfer (1962) kepribadian manusia itu adalah sedemikian kompleksnya, sehingga tidak akan mungkin dapat dilihat secara utuh hanya dengan menggunakan satu alat tes saja. Hasil tes Rorschach hanyalah salah satu frame of reference dalam melihat kepribadian.

    Hasil tes Rorschach juga dapat melengkapi hasil dari tes objektif, misalnya tes intelegensi. Karena tes Rorschach juga dapat memprediksikan taraf dan fungsi intelegensi seseorang, maka hasil tes objektif akan dapat menjadi referensi yang perlu diperhatikan.

    Aspek-aspek yang diungkap melalui tes Rorschach dapat dibagi dalam tiga aspek pokok, yaitu:

    1. aspek kognitif
    2. aspek afektif atau emosional
    3. aspek fungsi ego.


    Sekian artikel tentang Sejarah dan Teori Interpretasi Tes Rorschach dalam Psikologi.

    Daftar Pustaka

    • Klopfer, B. Davidson, H. 1962. The Rorschach Tehcnique, An Introductory Manual. New York:Burlingame
    • Allen, R.M. 1968. Student’s Rorschach Manual. International Unievrsity Press
    • Bebagai sumber dari internet

    Contoh Interpretasi dan Administrasi Tes Rorschach

    $
    0
    0
    Contoh Interpretasi dan Administrasi Tes Rorschach - Tes Rorschach adalah salah satu alat ukur dalam metode proyeksi yang menjadi penting untuk dikuasai mahasiswa sebagai slah satu kompetensi kesarjanaan psikologi. Melalui artikel ini diharapkan dapat melaksanakan administrasi dan skoring tes Rorschach, sehingga mahasiswa dapat menjadi instruktor dan melaksanakan tes rorschacn secara benar.

    baca juga: Sejarah dan Teori Interpretasi Tes Rorschach dalam Psikologi

    A. Persiapan dan Garis Besar Tahapan Praktikum Pemeriksaan

    1. Setting ruangan
    • Aturlah kartu-kartu dalam posisi terbalik dengan posisi kartu I berada paling atas dan kartu X berada pada urutan terbawah. Tumpukan kartu sebaiknya cukup jauh dari jangkauan subyek.
    • Siapkan alat-alat lain yang diperlukan untuk keperluan praktikum pemeriksaan, seperti kertas, lembar kerja, peta lokasi, alat tulis, stopwatch , dll.
    • Pengaturan posisi duduk antara testee dan tester dapat dibuat berhadapan, berdampingan, atau berdampingan dengan tester mengambil sedikit jarak di belakang testee. Bagi orang Timur, duduk berhadapan atau berdampingan tidak begitu mengganggu. Namun menurut Exner (dalam Prihanto, 1994), posisi duduk sebaiknya tidak berhadap-hadapan. Exner menyarankan tester duduk di sebelah subjek agak ke belakang sehingga tester dapat mengamati semua perilaku testee selama pemeriksaan dan membuat catatan-catatan tanpa mengganggu testee.

    Contoh Interpretasi dan Administrasi Tes Rorschach_

    2. Memperhatikan hubungan testee dengan tester. Rapport yang baik adalah penting. Seorang tester yang baik mampu menciptakan suasana yang tidak membuat testee tegang namun tetap dalam situasi yang terkontrol.

    3. Upayakan semua kondisi (fisik, psikis, ruangan, waktu pelaksanaan pemeriksaan, dsb) mendukung kesejahteraan subyek.

    4. Mengecek kondisi testee saat pemeriksaan. Hal yang harus dicek antara lain:
    • Kondisi fisik testee. Misalnya apakah testee dalam kondisi lelah atau sakit.
    • Kondisi psikologis testee, misalnya apakah testee baru bersedih, dll
    • Pengamalan testee dengan tes Rorschach. Pernahkah diperiksa dengan tes Rorschach, di mana, untuk keperluan apa?.

    5. Anamnesis

    Anamnesis juga berguna untuk menjalin rapport dengan testee, mencairkan kebekuan, dan menenangkan testee. Apabila dalam praktikum pemeriksaan testee masih cemas, berikan waktu untuk menenangkan dan membuat testee lebih merasa nyaman. Tester dapat menjelaskan sedikit tentang maksud pemeriksaan dan sekilas tentang prosedur pemeriksaan yang akan dijalani. Penting untuk diingat oleh tester bahwa testee hanya boleh diberi informasi mengenai prosedur pemeriksaan dan tidak boleh lebih dari itu.

    Tester harus tahu beberapa hal tentang testee, agar nantinya interpretasi tentang dinamika kepribadian tidak dilakukan secara buta. Sekali lagi ditekankan bahwa data hasil pemeriksaan dengan alat tes bukanlah segalanya dan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber (terutama wawancara) penting untuk diperhatikan terutama dalam interpretasi. Informasi yang dapat digali dalam anamnesis diantaranya:

    a. Keadaan keluarga:
    • Identitas orang tua
    • Jumlah saudara (jenis kelamin dan pendidikannya)
    • Urutan saudara, posisi kelahiran testee
    • Pola asuh, kedekatan dengan orang tua, hubungan dengan saudara
    • dll

    b. Pengalaman masa kecil

    c. Riwayat pendidikan, hobby, minat, aspirasi masa depan

    d. Pergaulan sosial
    • Apakah mengalami kesulitan dalam bergaul
    • Apakah ada orang yang dekat (punya pacar, sudah berapa lama menjalin hubungan, dsb)

    e. Pandangan terhadap diri sendiri dan masalah-masalah pribadi yang dialami

    6. Pemeriksaan

    Untuk menunjang praktikum pemeriksaan berjalan optimal, tester harus sudah cukup mengenal cara scoring jawaban dan cukup tahu kemungkinan interpretasi secara garis besar. Namun untuk sarjana Psikologi, cukup sebatas cara scoring. Pembahasan tata laksana pemeriksaan dibahas pada poin B.

    7. Wawancara penutup

    Informasi yang belum jelas tentang testee dan beberapa dugaan yang muncul setelah mengamati hasil pemeriksaan dapat digali secara mendalam pada wawancara penutup. Yang penting tidak boleh sampai memberitahu bagaimana cara interpretasi atau respon yang diharapkan dalam pemeriksaan. Apabila testee tahu hal tersebut, kemungkinan pemeriksaan menjadi tidak valid.

    B. Tahap Pemeriksaan

    Secara garis besar terdapat 4 tahap yang dilakukan dalam tes Rorschach. Yang harus dilakukan adalah tahap I dan II, sedangkan dilakukan atau tidaknya tahap III dan IV akan sangat tergantung pada hasil pemeriksaan pada tahap I dan II.

    Tahap I : Performance Proper (Free Association Procedure)

    Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban testee secara spontan dalam suasana yang sangat permisif dan tidak terstruktur. Artinya, pembatasan maupaun dorongan dalam memberikan respon hendaknya dilakukan seminimum mungkin sehingga respon yang diperoleh benar-benar murni dan spontan dari testee. Tugas utama tester adalah mencatat semua respon testee. Pada dasarnya tidak ada instruksi baku kata-perkata dalam tes ini. Namun umumnya, instrusi yang diberikan adalah sebagai berikut:

    Saya mempunyai 10 kartu (menunjuk 10 kartu yang sudah diatur sebelumnya) yang akan saya tunjukkan satu per satu kepada saudara. Kartu-kartu ini berisi bercak tinta yang dibuat dengan memercikkan tinta di atas kertas, kemudian melipatnya ditengah-tengah, kemudian dibuka lagi. Anda dapat melihat macam-macam hal di dalam bercak tinta tersebut. Tugas saudara adalah mengatakan kepada saya apa yang saudara lihat dalam kartu-kartu tersebut.

    Tidak ada kriteria benar-salah di sini. Yang penting katakan secara spontan dan secepat mungkin apa yang anda lihat di setiap kartu atau kesan apa yang saudara tangkap dalam bercak tersebut. Saya akan mencatatat jawaban saudara. Sebagian orang melihat beberapa hal dalam bercak tinta tersebut namun sebagian lainnya hanya melihat sedikit hal. Kalau saudara sudah tidak dapat melihat hal lebih banyak lagi, katakanlah “sudah” atau “selesai” dan letakkan kartu yang saudara pegang di hadapan saudara dalam posisi terbalik. Setelah itu saya akan memberikan kartu berikutnya. Begitu seterusnya sampai 10 kartu. Apakah ada yang ingin ditanyakan?


    (Tunggu sebentar) Apabila tidak ada, kita akan mulai dengan kartu I. (tester memberikan kartu I kepada testee, menyalakan stopwatch, mengobservasi, dan mencatat respon serta komentar testee)…(begitu seterusnya sampai kartu X)

    Catatan:

    Apabila ada pertanyaan, tester harus menghindari menjawab “boleh”. Sebaiknya tester merespon pertanyaan testee dengan perkataan “terserah”. Pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dari subjek , misalnya:
    • Apakah saya harus menceritakan kepada anda/bapak/ibu/dsb secepatnya atau boleh saya lihat lebih cermat lagi. (Tester sebaiknya menjawab, “Terserah anda”)
    • Apa boleh saya memutar-mutar kartu ? (Tester sebaiknya menjawab, “Terserah anda”)
    • Apakah saya hanya menceritakan kepada Anda tentang apa yang saya lihat, ataukah saya boleh menceritakan imajinasi saya ? (Tester sebaiknya menjawab, “Terserah anda”)
    • Apakah saya harus menggunakan seluruh bercak tinta? (Tester sebaiknya menjawab, “Terserah anda”)
    • Apakah jawaban semacam itu yang anda inginkan? (Tester sebaiknya menjawab, “Ceritakan apa saja kesan yang anda tangkap. Atau “Ceritakan apa saja yang anda lihat)
    • Setelah memberi respon testee bertanya, “Apakah jawaban saya benar?”. (Tester sebaiknya menjawab, “ Di sini tidak ada jawaban yang benar atau salah. Yang penting dalam pandangan anda, apa yang anda lihat).

    Penting diperhatikan:
    • Hendaknya tester menyerahkan kartu-kartu ke tangan testee, sehingga diharapkan testee memegang kartu tersebut. Hal tersebut memudahkan tester mencatat posisi kartu ketika testee memberikan respon. Apabila testee meletakkannya di atas meja, tester boleh mengingatkan testee untuk memegang kartu, namun jika testee merasa lebih nyaman untuk meletakkan kartu di meja, tester tidak boleh memaksa testee untuk memegang kartu, biarkan saja.
    • Kalau pada kartu I testee hanya memberikan satu respon dan mengatakan sudah namun ragu-ragu untuk meletakkan kartu, tester dapat berkata, “Sebagian/beberapa orang kadang-kadang dapat melihat lebih dari satu hal atau menangkap lebih dari satu kesan.”
    • Apabila pada kartu I dan II testee hanya memegang kartu pada posisi normal (^), pada saat memberikan kartu III dapat ditambahkan instruksi, “ Anda boleh memutar kartu sesuka Anda.”

    Hal-hal yang dicatat pada performance proper:

    - Observasi atas perilaku verbal (komentar-komentar) maupun non verbal (gerak-gerik, perlakuan terhadap kartu, dll) testee.

    - Waktu, meliputi:
    • Waktu reaksi (Dihitung sejak kartu diberikan dan testee melihat bercak tinta pada kartu-tester menyalakan stopwatch- sampai testee memberikan respon pertama)
    • Waktu respon per kartu (Dihitung sejak kartu diberikan dan testee melihat bercak tinta pada kartu-tester menyalakan stopwatch- sampai testee selesai memberikan respon pada kartu)
    • Waktu respon seluruh performance proper (Dihitung dari saat pemberian kartu I sampai saat terakhir tahap performance proper, atau testee selesai memberi respon pada kartu X)

    - Respon hendaknya dicatat kata per kata (verbatim). Tester harus mencatat secara cepat dan efisien (Sebisa mungkin menggunakan singkatan kata). Dalam mencatat respon, kertas bisa dibagi dua kolom; sebelah kiri untuk mencatat respon pada performance proper, sebelah kanan untuk mencatat respon pada tahap inquiry. Karena verbalisasi pada inquiry lebih banyak, hendaknya disediakan ruang lebih banyak.

    - Penomoran respon dilakukan dengan angka 1, 2, 3,… dst.) bisa per kartu, bisa dilanjutkan mulai nomor 1 pada respon pertama karti I, sampai respon terakhir kartu X. Bisa juga respon pada setiap kartu dimulai dengan respon nomor 1.

    - Posisi kartu dicatat setiap kali testee memberi respon. Patokan posisi kartu dapat dilihat melalui tanda yang ada pada kartu. (^) untuk posisi normal, (>) untuk dimiringkan ke kanan, (<) untuk dimiringkan ke kiri, (v) untuk posisi terbalik, atau ( ) untuk kartu yang diputar-putar.

    Tahap II: Inquiry

    Tahap ini merupakan proses untuk memperjelas/meyakinkan tester tentang pemikiran yang mendasari respon testee pada tahan performance proper agar dapat dilakukan scoring yang akurat terhadap respon testee. Tujuan utama tahap inquiry adalah:

    1. Membantu tester untuk dapat melihat respon persis seperti cara testee melihatnya. Yang penting adalah begaimana respon testee atau bagaimana testee dapat memperoleh kesan seperti yang ia katakan, bukan harapan tester tentang respon yang benar.

    2. Memperjelas/meyakinkan pemberian scoring. Di dalam tes Rorschach, scoring yang akurat sangatlah penting karena scoring memberikan sarana untuk mempermudah klasifikasi atas data yang sangat kualitatif (kata-kata). Scoring ini meliputi:

    a. Lokasi, yaitu di mana respon dilihat/didasarkan

    b. Determinan, yaitu bagaimana respon dilihat/didasarkan, apa yang menyebabkan bercak yang digunakan menimbulkan kesan seperti dalam respon testee

    Asumsi pertama sewaktu melakukan inquiry untuk determinan adalah bahwa setiap respon menunjukkan “form”/bentuk. Jika respon berupa mahluk hidup, ada kemungkinan ditambahkan unsur movement (gerakan), atau ada respon yang menggunakan unsur shading. Misalnya, pada respon “kupu-kupu yang indah” (Kartu III, D), tester tidak boleh langsung menyimpulkan bahwa warna termasuk dalam respon sehingga perlu dilakukan inquiry dengan bertanya, “Bagaimana anda bisa mempunyai kesan bahwa itu adalah kupu-kupu yang indah?”. Apabila dijawab, “ ini kan kecil, jadi mungil dan manis.” (Skor=form), namun apabila testee menjawab, “warna merah ini kan membuat indah.” (Skor=FC).

    c. Content, yaitu apa yang dilihat

    d. Orisinalitas-Popularitas, yaitu seberapa sering respon dilihat dalam populasi. Apabila jarang dilihat bearti orisinal/asli, jika sering dilihat berarti populer.

    Instruksi:

    Pada dasarnya tidak ada prosedur khusus dalam instruksi pada tahap ini. Yang penting tester tidak boleh membuat testee mengetahui apa yang diharapkan sebagai “respon yang baik” sehingga ia memperkaya responnya dalam tahap inquiry.

    Cara yang paling mudah adalah mengatakan pertanyaan secara umum, dan sebisa mungkin hanya menambahkan kata tanya “di mana anda..”, “bagaimana anda…”. Isi dari “…” sebaiknya hanya mengulang kata-kata yang dinyatakan testee ketika memberikan respon di tahap performance proper. Secara umum, instruksinya adalah sebagai berikut:

    “Anda telah memberikan respon-respon yang menarik. Sekarang sekali lagi kita melihat kartu-kartu tersebut bersama-sama. Saya akan membacakan jawaban anda satu persatu supaya saya bisa menangkap persis apa yang anda lihat, apa kesan anda, persis seperti cara anda melihatnya. Sekarang kita mulai dari kartu yang pertama. Di sini anda mengatakan …(ulangi respon pertama testee pada kartu I)”

    Instruksi hendaknya diberikan secara netral dan sebisa mungkin masih bersifat indirective (tidak mengarahkan). Variasi instruksi lainnya adalah, “ Saya tidak yakin bahwa saya mengerti apa yang anda maksud atau apa yang ada dalam bercak sehingga anda mempunyai kesan …”(“…” ulangi respon testee).

    Inquiry dilakukan per respon dimulai dari respon pertama pada kartu I sampai respon terakhir di kartu X. Berikut contoh pertanyaan yang dapat digunakan untuk inquiry:

    Lokasi
    “Di mana anda melihat… pada kartu ini”; “Tunjukkan kepada saya, di mana…”

    Determinan
    Secara umum: “Terangkan tentang…secara lebih rinci (detil)”

    “Ceritakan bagaimana Anda melihat…”; “Saya belum cukup mengerti. Ceritakan lebih banyak lagi tentang bagaimana Anda mempunyai kesan …”

    Form
    Kalau konsepnya definit, harus diyakini kualitas bentuk. Misalnya untuk pertanyaan pada respon kelelawar: “ Coba deskripsikan/gambarkan lebih lanjut kelelawar yang anda lihat.”

    Movement
    Misalnya pada kartu III, respon testee “orang”. Tester dapat bertanya “ Bagaimana anda melihat orang tersebut?”

    Color
    Misalnya, respon testee “bunga yang indah”. Kata “indah” dapat membuka kemungkinan penggunaan warna dalam persepsi testee. Tester dapat bertanya “ anda bilang ini bunga yang indah (tester sambil menunjuk plot area), apa yang membuat anda berfikir bahwa itu adalah bungan yang indah?” . Pertanyaan “apakah ini berwarna?” tidak boleh ditanyakan oleh tester.

    Shading
    Kalau tester menduga bahwa testee menggunakan shading, maka ia harus meyakinkan diri dengan bertanya minimal satu pertanyaan kepada testee. Tester dapat menggunakan pertanyaan yang serupa dengan pertanyaan yang digunakan untuk inquiry color, movement, dan form. Untuk dapat dikategorikan sebagai shading, tester harus yakin bahwa Testee melihat dan menggunakan perbedaan dalam kualitas terang dan gelap pada kartu dalam responnya .

    Content
    Biasanya jarang diperlukan inquiry, kecuali apabila jawaban testee sangat kabur (tidak jelas). Misalnya, testee respon testee, “Mahluk halus” tester dapat menanyakan “apakah mahluk itu, manusia atau binatang?”

    Penting Untuk Diperhatikan:

    Pertanyaan-pertanyaan lanjutan untuk inquiry hendaknya dilakukan apabila tester benar-benar kurang yakin dengan skor apa yang hendak diberikan untuk respon testee. Pada prinsipnya lebih baik bertanya sedikit saja daripada bertanya terlalu banyak. Idealnya bertanyalah secukupnya. Respon testee yang sudah jelas dan dapat diskor tidak perlu ditanyakan lebih lanjut.

    Pertanyaan harus dirumuskan secara hati-hati dan seumum mungkin, dengan tujuan agar:
    1. Testee merasa tidak ditentang atau disalahkan jawabannya 
    2. Menjaga agar tes Rorschach tetap bersifatnya samar bagi testee 

    Hal-hal yang dicatat pada tahap inquiry:
    1. Lokasi untuk respon testee, dengan cara melingkari daerah yang digunakan kemudian segera diberi nomor sesuai dengan nomor respon 
    2. Pertanyaan tester (diberi tanda T = tanya atau Q = questioning) 
    3. Jawaban dan komentar testee 
    4. Respon baru yang muncul (kalau ada) à semua skor diletakkan pada kolom additional. 
    5. Jawaban yang ditolak/disangkal atau tidak dikenali (kalau ada) à semua skor juga diletakkan dalam kolom additional dengan tanda panah. Contoh, menolak respon kelelawar pada kartu I 

    Skor: W ← F ← A ← P 1.0

    Tahap III: Analogy

    Tahap ini sering juga disebut dengan “follow-up inquiry”. Tahap analogi bersifat pilihan (optional). Artinya hanya dilakukan kalau testee sudah mampu memberikan respon-respon tertentu, terutama human movement (M), FM, textural (Fc, cF, c), chromatic color (FC, CF, C), dan konsep popular. Testee mampu namun jumlah atau produktivitas responnya sangat sedikit (biasanya hanya satu respon).

    Sifat instruksi sudah lebih langsung. Misalnya, testee hanya bisa membuat respon movement pada kartu III: “Di sini (tester sambil memperlihatkan kartu III), anda dapat melihat seorang wanita yang sedang membungkuk. Apakah di kartu-kartu yang akan saya tunjukkan, Anda dapat melihat manusia seperti itu? (tester memperlihatkan kartu I dan seterusnya sampai kartu X, kecuali kartu III karena testee sudah mampu memberikan respon human movement di kertu III).

    Contoh lain untuk color: “ Di kartu ini (tester memperlihatkan kartu di mana testee memberikan respon warna), warna yang ada mengingatkan anda pada …, bagaimana dengan warna pada kartu ini?” atau, “ Di sini anda melihat kupu-kupu cantik karena berwarna (kartu III), apakah pada kartu-kartu yang akan saya tunjukkan ini warna bisa membantu anda untuk memberikan respon lagi?” (tester memperlihatkan kartu-kartu kromatik).

    Respon yang dikemukakan pada tahap analogi tidak diskor. Hanya dicatat, atau dikemukakan lagi dalam hasil observasi. Kemudian, secara kualitatif diinterpretasi menggunakan interpretasi kualitatif.

    Tahap IV: Testing-the-limits

    Testing the limits merupakan prosedur yang dilakukan untuk menguji apakah testee pada dasarnya mampu memproduksi respon dengan konsep tertentu, mampu menggunakan lokasi tertentu, dan mampu menggunakan determinan tertentu. Prosedur testing the limits berguna untuk testee yang:
    1. Tidak mantap dalam memberikan respon karena dikuasai kecemasan selama tes
    2. Bingung dengan apa yang diharapkan oleh tes
    3. Menghasilkan respon yang miskin atau kurang memadai kualitasnya. 

    Sama seperti respon pada tahap inquiry, respon yang baru muncul setelah dilakukan testing-the-limits juga tidak diskor. Hanya perlu dibuat catatan yang dapat diuraikan di dalam catatan observasi.

    Testing-the-limits digunakan kalau testee tidak mampu menghasilkan respon-respon sebagai berikut:
    1. Cara pendekatan (manner of approach), yaitu kalau testee hanya mampu memberikan jawaban W, ia perlu didorong untuk mencoba membuat respon dengan menggunakan sebagian dari bercak (detil). Begitu juga sebaliknya, apabila testee hanya mampu memberikan respon dengan lokasi D, ia bisa diberi testing-the-limits untuk melihat kemampuannya memproduksi respon dengan lokasi W. 
    2. Kemampuan mempersepsi “human content” dan memproyeksikan gerakan pada manusia tersebut (M) 
    3. Kemampuan testee untuk mengintegrasikan Form dan Color. Digunakan kartu-kartu kromatik, terutama kartu III, X. Kartu VIII tergolong kartu sulit dan kartu IX tergolong paling sulit 
    4. Kemampuan untuk memberikan respon “shading nuances” (nuansa shading). Digunakan kartu-kartu akromatik, terutama kartu IV dan VI 
    5. Kemampuan mempersepsi dan berpikir secara konvensional (kemampuan memproduksi respon popular). Kalau testee tidak mampu memberikan respon populer, harus diyakini apakah hal itu disebabkan ia tidak mau mengungkapkan hal-hal yang mudah dilihat (popular) atau kerena ia tidak mampu melakukannya 
    6. Melihat gerakan binatang, terutama pada kartu VIII. 

    Instruksi

    Instruksi sudah bersifat langsung atau mengarahkan, situasi dibuat terstruktur. Aturan tentang cara bertanya: dimulai dari pertanyaan umum, semakin lama semakin khusus. Misalnya, untuk mengarahkan pada jawaban D: “ Kadang-kadang orang lain hanya menggunakan sebagian dari bercak tinta yang ada di setiap kartu, tidak harus seluruh bercak digunakan sekaligus. Dapatkan anda melakukannya juga?” Kalau cara ini masih gagal, secara langsung ditunjuk bercak-bercak “Usual detail”. Kalau masih gagal, ditunjuk lokasi “usual detail” yang berisi jawaban popular, misalnya lokasi D di kartu VIII (binatang berkaki empat bergerak) dan kartu X (kepiting). Kalau testee masih gagal, diajukan beberapa respon popular: “ Kalau di bagian ini orang melihat sebagai (tester menyebutkan respon popular), bagaimana dengan anda?.

    Untuk orang yang tidak mampu memberikan respon popular, bisa digunakan cara demikian. Tester memilih dua atau tiga kartu, kemudian memperlihatkan salah satu kartu tersebut dengan berkata: “ Kita hampir selesai, tetapi ini (tester memperlihatkan kartu)lihatlah sekali lagi. Kadang-kadang orang melihat ….(tester menyebutkan respon popular)…pada kartu ini. Bisakah Anda melihat hal seperti …(tester menyebut lagi respon popular)…pada kartu ini?” Di sini lokasi tidak disebutkan. Untuk orang yang berlagak sangat kreatif, ia akan segera menemukan respon popular. Namun untuk orang yang mengalami gangguan psikiatrik, mungkin sekali malah mentertawakan bahwa ada orang yang melihat begitu (popular) pada kartu ini.

    Teknik Pelaksanaan Testing-the-limits
    1. Prosedur asosiasi bebas, yaitu meminta testee untuk memberikan respon asosiasi bebas terhadap respon kartu-kartu Rorschach tertentu, terutama yang menimbulkan kejutan (shock), baik berupa “color shock” maupun “shading shock”. 
    2. Teknik pembentukan konsep, yaitu meminta testee untuk mengelompok-kelompokkan kartu sesuai dengan caranya sendiri. Ia bisa membaginya berdasarkan isi (content), sikap afektif (affective attitude), perbedaan warna, perbedaan bentuk (form). Dsb. 
    3. Prosedur suka-tidak suka (like-dislike procedure), yaitu dengan cara meminta testee untuk mengambil kartu yang paling disukainya, kemudian mengambil kartu yang paling tidak disukainya. Tester kemudian menanyakan alasan mengapa testee paling suka pada kartu tertentu dan tidak suka pada kartu yang lainnya. 

    SKORING

    Secara esensi, fungsi utama skoring adalah menarik dari jawaban konkret (raw material) kedalam symbol khusus (coding) untuk dijadikan dasar dari interpretasi objektif. Ada tiga kategori utama skoring, yaitu lokasi, determinan, dan isi. Untuk tiap kategori dipergunakan simbol-simbol skoring tersendiri.

    Respon yang bagaimanakah yang dapat diskor?

    Menentukan apakah suatu verbalisasi merupakan suatu jawaban yang dapat diskor, merupakan tugas pertama dari orang yang menskor.

    Konsep independent dan elaborasi

    Dalam kebanyakan protocol Rorschach tampak jelas apakah suatu verbalisasi merupakan suatu jawaban yang dapat diskor atau tidak. Tidak jarang banyak sekali elaborasi yang dilakukan testee sehingga harus ditentukan mana yang merupakan elaborasi dari jawaban sebelumnya, dan mana yang merupakan konsep/jawaban yang berdiri sendiri.

    Exclamation dan remarks

    Tidak jarang kita temukan, subjek memberikan komentar-komentar terhadap kartu, tetapi tidak dapat dimasukkan dalam kategori-kategori jawaban. Kadang-kadang jelas bahwa suatu verbalisasi merupakan komentar misalnya: ‘’Wah ini bagus, penuh warna’’. Tetapi jika testee mengatakan ‘’Ini merak dan hitam’’, hal ini bukan juga berarti jawaban, masih perlu penjelasan apakah ini hanya komentar atau jawaban.

    Tendensi deskriptif

    Akan sangat menimbulkan kesulitan jika subjek mencampurkan jawaban-jawaban interpretatif dengan deskripsi tentang kartu. Misalnya, gambar I: ‘’Nah, ini burung (bagian atas kartu) dan di sini ada titik kecil, ada garis dan bercak-bercak putih. Dan ini yang di tengah ini seperti orang. jika pada satu kartu diberikan lima atau lebih elemen deskriptif semacam ini, maka sebaiknya di samping skor-skor lain ditambahkan juga satu skor tambahan yang menyangkut deskripsi ini.

    Jawaban utama dan tambahan (Main and Additional Responses)

    Setelah ditentukan apakah suatu verbalisasi termasuk jawaban atau komentar, maka selanjutnya adalah mana jawaban utama dan mana jawaban tambahan.
    • Main score: diberikan kepada semua konsep independent yang diberikan subjek selama performance proper.
    • Additional score: diberikan kepada konsep yang dibentuk kemudian, atau konsep yang ditarik kembali, atau elemen-elemen yang perlu dalam pembentukan konsep tetapi bukan yang utama.

    Tambahan dan penolakan spontan

    Di sini kita harus membedakan dua hal, antara koreksi dan penolakan. Untuk membedakan kedua hal ini, maka harus kita lihat bagaimana sikap subjek terhadap konsep orisinil yang diberikannya. Misalnya, jika seseorang mengatakan: ‘’Oh itu salah, sekarang saya baru lihat gambar ini seperti apa’’.

    Komentar semacam di atas jelas mengatakan bahwa subjek menolak konsepnya yang pertama. Dalam hal semacam ini maka yang kita skor sebagai jawaban utama adalah konsep pengganti yang diberikan, sedangkan konsep asli yang mengalami penolakan hanya diskor sebagai skor tambahan kalau mengandung unsur yang belum disebutkan dalam konsep pengganti tersebut.

    Lain halnya jika dalam performance proper subjek mengatakan misalnya, kartu V: ‘’Ini seperti kupu-kupu’’, dan kemudian subjek mengatakan: ‘’Ini bisa juga merupakan kelelawar, bentuk dan sayapnya lebih cocok’’. Pemeriksa dapat memastikan sikap subjek terhadap konsep yang lama dengan langsung menanyakan misalnya dengan berkata: ‘’Ya, memang bisa dilihat seperti kelelawa, tetapi apa bisa juga dilihat seperti kupu-kupu seperti yang mula-mula Saudara katakan?’’ jika subjek mengatakan bahwa bisa juga dilihat sebagai kupu-kupu, dalam hal ini maka kita mempunyai dua jawaban utama dengan dua skor utama.

    Membedakan antara tambahan dan elaborasi spontan

    Misalnya seseorang memberi jawaban untuk kartu II: ‘’dua badut menari’’. Dalam inquiry subjek ini menyebut tentang topinya yang merah dan mukanya yang merah, dan juga mengatakan ‘’sekarang saya lihat mereka sedang menginjak petasan’’. Dalam hal ini jelas bahwa konsep yang lama tetap dipertahankan dan tambahan yang spontan ini justru memperkaya konsep yang asli.

    Sekian artikel tentang Contoh Interpretasi dan Administrasi Tes Rorschach.

    Daftar Pustaka
    • Klopfer, B. Davidson, H. 1962. The Rorschach Tehcnique, An Introductory Manual. New York:Burlingame
    • Allen, R.M. 1968. Student’s Rorschach Manual. International Unievrsity Press

    Contoh Format Penyusunan Laporan Analisa Jabatan Yang Benar

    $
    0
    0
    Contoh Format Penyusunan Laporan Analisa Jabatan Yang Benar - Artikel ini akan membahas tentang informasi jabatan yang dimuat dalam laporan hasil analisa jabatan. Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai informasi jabatan yang dimuat dalam laporan hasil analisa jabatan.

    NoIdentitas JabatanUraian JabatanSyarat Jabatan
    1Nama JabatanUraian TugasPangkat dan Golongan Ruang
    2Kode JabatanBahan KerjaPendidikan
    3Unit Kerja JabatanAlat KerjaKursus/Pelatihan
    4Letak dalam StrukturHasil KerjaPengalaman Kerja
    5Ikhtisar JabatanTanggung JawabPengetahuan
    6WewenangKeterampilan
    7Korelasi JabatanBakat Kerja
    8Kondisi Lingkungan KerjaTemperamen Kerja
    9Keadaan/Resiko BahayaMinat Kerja
    10Upaya Fisik
    11Kondisi Fisik
    12Fungsi Pekerja

    Contoh Format Penyusunan Laporan Analisa Jabatan Yang Benar_
    image source: www.selectinternational.com
    baca juga: Pengertian Wawancara dan Jenis Wawancara Mendalam

    A. IDENTITAS JABATAN

    NAMA JABATAN :
    • Ringkas
    • Substantif
    • Jelas dan dapat memberikan pengertian yang tepat bagi pembaca
    • Penamaan JFU dapat dirumuskan berdasarkan:
      - Bahan (Pengumpul, Pengadministrasi)
      - Alat (Operator)
      - Hasil (Penyusun, Pengonsep)
      - Proses (Pemroses, Pengolah)

    KODE JABATAN :
    • Kode jabatan merupakan kode yang dibuat untuk memudahkan pengadministrasian jabatan.
    • Pengkodean Jabatan harus menggunakan format kode yang seragam.

    UNIT KERJA :
    • Mencerminkan tempat atau letak keberadaan suatu jabatan

    KEDUDUKAN DALAM STRUKTUR :
    • Mencerminkan posisi jabatan apakah jabatan struktural atau non-struktural (Sesuai SOTK)
    • Menggambarkan kedudukan:
      - Atasan langsung
      - Atasan dari Atasan langsung
      - Jabatan yang dianalisis
      - Jabatan lain yang memiliki atasan langsung yang sama
    • Jabatan yang dianalisis diberi tanda (diarsir)


    IKHTISAR JABATAN :
    • Merupakan cerminan uraian jabatan dalam bentuk ringkas
    • Memberikan gambaran umum tentang kompleksitas jabatan
    • Digambarkan dalam satu kalimat, yang mencerminkan:
      - Apa yang dikerjakan (what)
      - Bagaimana cara mengerjakan (how)
      - Mengapa/untuk apa dikerjakan (why)

    Manajerial:
    Memimpin dan melaksanakan objek kerja (What) berdasarkan/sesuai dengan..... (How) agar/untuk/sebagai...(Why)

    Fungsional:
    Melaksanakan objek kerja (What) berdasarkan/sesuai dengan..... (How) agar/untuk/sebagai...(Why)

    B. URAIAN JABATAN

    URAIAN TUGAS :
    • Tugas adalah upaya pokok dalam memproses bahan kerja dengan menggunakan peralatan tertentu menjadi suatu hasil kerja
    • Ditulis dg menggunakan kalimat aktif dan menggambarkan tindak kerja (berawalan “me”)
    • Tahapan kerja (proses) adalah langkah-langkah (kegiatan) yang dituliskan secara berurutan dari awal hingga akhir pelaksanaan tugas


    STRUKTUR PENYUSUNAN TUGAS


    BAHAN KERJA :
    • Adalah masukan yang diproses dengan tindak kerja (tugas) menjadi hasil kerja
    • Bahan kerja dapat diolah menjadi hasil kerja, jika ada perangkat kerja (alat kerja)
    • contoh:
      - Surat masuk (untuk diagendakan)
      - Peraturan, Referensi atau buku (untuk penyusunan materi bintek)

    ALAT KERJA :
    • Sarana yang dipergunakan untuk mengolah bahan kerja menjadi hasil kerja
    • Alat kerja tidak terbatas pada sarana materiil, dapat juga berupa peraturan, pedoman, prosedur kerja atau acuan lain yang digunakan dalam pelaksanaan tugas

    HASIL KERJA :
    • Hasil kerja adalah suatu produk berupa barang, jasa (pelayanan) atau informasi yang dihasilkan dari suatu proses pelaksanaan tugas
    • Hasil kerja dapat diperoleh bila ada sesuatu yang diolah (bahan kerja)

    TANGGUNG JAWAB :
    • Adalah kewajiban yang melekat pada jabatan, yang terkait dengan benar atau salahnya pelaksanaan tugas.
    • Tanggung jawab jabatan dapat meliputi tanggung jawab terhadap:
      - Bahan kerja (Kerahasiaan data)
      - Alat Kerja (Kelengkapan peralatan kerja)
      - Hasil Kerja (Keakuratan laporan)
      - Proses Kerja (Kesesuaian pelaksanaan tugas terhadap peraturan/SOP)

    WEWENANG :
    • Adalah hak pemegang jabatan untuk memilih alternatif dalam mengambil keputusan/ tindakan yang diakui secara sah oleh semua pihak
    • Wewenang dapat terkait dengan:
      - Bahan Kerja (a.l: Mengembalikan bahan kerja yang tidak sesuai)
      - Alat Kerja (a.l:Melakukan pemeliharaan perangkat kerja yang digunakan)
      - Hasil Kerja (a.l:Menyebarluaskan informasi yang dihasilkan kepada orang lain)
      - Proses Kerja (a.l:Menetapkan prosedur kerja)

    KORELASI JABATAN
    • Korelasi jabatan adalah hubungan kerja yang dilakukan antara jabatan terkait dengan jabatan lain dalam konteks pelaksanaan tugas
    • Hubungan jabatan dapat berupa:
      - Hubungan Vertikal (atasan dengan bawahan)
      - Hubungan Horizontal (hubungan dengan jabatan yang setara)
      - Hubungan Diagonal (hubungan dengan jabatan yang lebih tinggi di organisasi yang berbeda)

    KONDISI LINGKUNGAN KERJA :
    • adalah keadaan tempat bekerja yang merupakan konsekwensi keberadaan pemegang jabatan dalam melaksanakan tugas jabatan.
    • Kondisi Lingkungan Kerja suatu jabatan meliputi:
      - Tempat Kerja
      - Suhu
      - Udara
      - Keadaan Ruangan
      - Letak
      - Keadaan Tempat Kerja
      - Penerangan
      - Suara
      - Getaran

    KEADAAN RESIKO BAHAYA :
    • Kemungkinan resiko bahaya ditentukan dari keberadaan pegawai terkait dengan:
      - lingkungan pekerjaan,
      - penanganan bahan,
      - proses yang dilakukan,
      - penggunaan perangkat kerja,
      - hubungan jabatan dan
      - penanganan produk yang diberikan. 
    • Kemungkinan resiko bahaya bisa bersifat fisik atau mental

    C. SYARAT JABATAN

    PANGKAT / GOLONGAN RUANG :
    • Pangkat dan golongan ruang minimal yang dipersyaratkan untuk menduduki suatu jabatan. 

    PENDIDIKAN :
    • Pendidikan formal minimal yang dipersyaratkan untuk menduduki suatu jabatan. 

    PELATIHAN :
    • Pelatihan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan non manajerial, seperti kemampuan di bidang manajerial, teknis tertentu, dan pengetahuan lainnya sesuai dengan syarat pekerjaan dengan memperhatikan fungsi pekerjaannya. 
    • Contoh pelatihan pada operator komputer :
      - Penjenjangan : -
      - Teknis : Komputer

    PENGALAMAN KERJA :
    • Pengalaman Kerja merupakan pengembangan pengetahuan, ketrampilan kerja, sikap mental, kebiasaan mental dan fisik yg tidak diperoleh dari pelatihan tetapi diperoleh dari dari masa kerja sebelumnya dalam kurun waktu tertentu.

    PENGETAHUAN :
    • Pengetahuan merupakan akumulasi hasil proses pendidikan formal atau informal yang dimanfaatkan oleh PNS di dalam pemecahan masalah, daya cipta serta dalam pelaksanaan tugas pekerjaan. 

    KETERAMPILAN :
    • Keterampilan merupakan tingkat kemampuan dan penguasaan teknis operasional dalam suatu bidang tugas pekerjaan tertentu. 
    • Contoh keterampilan kerja pada operator komputer : keterampilan mengetik, keterampilan teknik menyiapkan dan memelihara perangkat komputer, keterampilan mencetak data.

    BAKAT KERJA :
    • Bakat kerja merupakan kapasitas khusus atau kemampuan potensial yang disyaratkan bagi seseorang untuk dapat mempelajari, memahami beberapa tugas atau pekerjaan. 

    JENIS BAKAT KERJA :
    • G : Intelegensi
    • V : Bakat Verbal
    • N : Bakat Numerik
    • S : Bakat Pandang Ruang
    • P : Bakat Pencerapan Bentuk
    • Q : Bakat Ketelitian
    • K : Koordinasi Motorik
    • F : Kecekatan Jari
    • M : Kecekatan Tangan
    • E : Koordinasi Mata-Tangan-Kaki
    • C : Kemampuan membedakan warna

    TEMPERAMEN :
    • Temperamen kerja merupakan syarat kemampuan penyesuaian diri yang harus dipenuhi sesuai dengan sifat pekerjaan. 

    JENIS TEMPERAMEN KERJA :
    • D (DCP) : Directing-Control-Planning
    • F (FIF) : Feeling-Idea-Fact
    • I (INFLU) : Influencing
    • J (SJC) : Sensory & Judgmental Criteria
    • M (MVC) : Measurable and Verifiable Criteria
    • P (DEPL) : Dealing with People
    • R (REPCON) : Repetitive and Continuous
    • S (PUS) : Performing under Stress
    • T (STS) : Set of Limits, Tolerance and Other Standards
    • V (VARCH) : Variety and Changing Conditions

    KodePenjelasanIllustrasi
    DKemampuan menyesuaikan diri menerima tanggung jawab untuk kegiatan memimpin, mengendalikan atau merencanakanJabatan yang mencakup kegiatan berunding, mengorganisir, memimpin, mengawasi, merumuskan atau mengambil keputusan akhir
    FKemampuan menyesuaikan diri dengan kegiatan yang mengandung penafsiran perasaan (Feeling), Gagasan (Idea), atau fakta (Fact) dari sudut pandangan pribadiJabatan yang menuntut kreativitas, pengungkapan diri atau imajinasi
    IKemampuan menyesuaikan diri untuk pekerjaan-pekerjaan mempengaruhi orang laing terkait pendapat, sikap atau pertimbangan mengenai gagasanJabatan dimana pemangkunya melakukan pemberian motivasi, meyakinkan orang lain atau berunding
    JKemampuan menyesuaikan diri pada kegiatan pembuatan kesimpulan, penilaian atau pembuatan keputusan berdasarkan kriteria rangsangan indera atau pertimbangan pribadiJabatan-jabatan yang pelaksanaannya melibatkan penginderaan (rangsangan) dari satu atau beberapa indera manusia.
    MKemampuan menyesuaikan diri dengan kegiatan pengambilan kesimpulan, pembuatan pertimbangan atau pembuatan keputusan berdasar kriteria yang dapat diukur atau diujiJabatan-jabatan yang melaksanakan tugas-tugas terkait dengan evaluasi data, nilai, angka-angka .
    PKemampuan menyesuaikan diri dalam berhubungan dengan orang lain lebih dari hanya penerimaan dan pemberian instruksiJabatan-jabatan yang menuntut hubungan dengan orang lain dalam situasi komunikasi yang intens/mendalam
    RKemampuan menyesuaikan diri dengan kegiatan yang berulang atau secara terus-menerus melakukan kegiatan yang sama sesuai dengan perangkat prosedur, urutan atau kecepatan tertentuJabatan-jabatan yang tugas-tugasnya dilaksanakan secara rutin yang tidak memberikan variasi atau kesempatan untuk membuat pertimbangan pribadi
    SKemampuan menyesuaikan diri untuk bekerja dengan ketegangan jiwa tanpa kehilangan ketenangan walaupun jika berhadapan dengan keadaan darurat kritis, tidak biasa atau bahaya.Jabatan-jabatan yang mengandung bahaya atau resiko sampai ke tingkat yang berarti, ketegangan jiwa, atau membutuhkan konsentrasi intens secara terus menerus
    TKemampuan menyesuaikan diri dengan situasi yang menghendaki pencapaian dengan tepat menurut batas-batas/indikator/kriteria, toleransi atau standar-standar tertentuJabatan-jabatan yang memiliki tugas/pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan tepat, cermat, terperinci atau dengan sangat teliti dalam penggunaan bahan, pekerjaan terkait dengan angka, penyiapan catatan atau inspeksi
    VKemampuan menyesuaikan diri untuk melaksanakan berbagai tugas yang sering berganti dari tugas yang satu ke tugas yang lainnya, yang berbeda sifatnya tanpa kehilangan efisiensi atau ketenangan diriJabatan-jabatan yang memiliki tugas-tugas yang beragam/ berbeda baik secara teknologi, prosedur, lingkungan kerja, atau syarat mental/fisik dalam pelaksanaannya.



    Pilihan untuk melakukan
    RealistikAktifitas-aktifitas yang memerlukan manipulasi eksplisit, teratur atau sistematik terhadap obyek/alat/benda/mesin
    InvestigatifAktifitas yang memerlukan penyelidikan observasional, simbolik dan sistematik terhadap fenomena dan kegiatan ilmiah
    ArtistikAktifitas yang sifatnya ambigu, kreatif, bebas dan tidak sistematis dalam proses penciptaan produk/karya bernilai seni
    SosialAktifitas yang bersifat sosial atau memerlukan keterampilan berkomunikasi dengan orang lain
    KewirausahaanAktifitas yang melibatkan kegiatan pengelolaan/manajerial untuk pencapaian tujuan organisasi
    KonvensionalAktifitas yang memerlukan manipulasi data yang eksplisit, kegiatan administrasi, rutin dan klerikal.

    UPAYA FISIK :
    • Upaya fisik merupakan penggunaan organ fisik meliputi seluruh bagian anggota tubuh dalam pelaksanaan tugas jabatan.
    • Contoh upaya fisik pada operator komputer antara lain :
      - Duduk
      - Melihat
      - Bekerja dengan jari

    JENIS UPAYA FISIK :
    • Berdiri
    • Berjalan
    • Duduk
    • Mengangkat
    • Membawa
    • Mendorong
    • Menarik
    • Memanjat
    • Menyimpan imbangan/mengatur imbangan
    • Menunduk
    • Berlutut
    • Membungkuk
    • Merangkak
    • —Menjangkau
    • Memegang
    • Bekerja dengan jari
    • Meraba
    • Berbicara
    • Mendengar
    • Melihat
    • Ketajaman jarak jauh 
    • Ketajaman jarak dekat
    • Pengamatan secara mendalam
    • Penyesuaian lensa mata
    • Melihat berbagai warna
    • Luas

    KONDISI FISIK :
    • Adalah persyaratan spesifik dari pekerjaan yang terkait dengan kondisi fisik pegawai.
    • Sedapat mungkin penentuan kondisi fisik didasarkan pada penelitian empirik, karena persyaratan fisik yang tidak relevan/sesuai dapat mengarah pada diskriminasi pegawai.
    • Kondisi fisik meliputi:
      - Jenis Kelamin
      - Umur tertentu yang disyaratkan
      - Tinggi badan tertentu
      - Berat badan tertentu
      - Postur tubuh
      - Penampilan

    FUNGSI PEKERJA :


    FORMULA PENULISAN URAIAN TUGAS
    • TINDAK KERJA (W) + OBYEK KERJA TEKNIS OPERASIONAL (H) + berdasarkan / sesuai dengan … sebagai / agar / untuk … (W)
    • LINGKUP URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL : “POAC” + TUGAS TEKNIS (sesuai Tusi) + TUGAS LAIN
    • LINGKUP URAIAN TUGAS JABATAN FUNGSIONAL : TUGAS TEKNIS (sesuai TuSi atasan langsungnya) + MEMBUAT LAPORAN + TUGAS LAIN

    Sekian artikel tentang Contoh Format Penyusunan Laporan Analisa Jabatan Yang Benar.

    Daftar Pustaka
    • Workshop Analisa Jabatan. Direktorat Standarisasi dan Kompetensi Jabatan. Deputi Bidang Pengemangan Kepegawaian. Badan Kepegawaian Negara. 2012.

    Administrasi dan Skoring Tes Rorschach Beserta Contoh

    $
    0
    0
    Administrasi dan Skoring Tes Rorschach Beserta Contoh - Pengukuran psikologi sudah menjadi salah satu inti dari disiplin ilmu psikologi. Tes Rorschach adalah salah satu alat ukur dalam metode proyeksi yang menjadi penting untuk dikuasai mahasiswa sebagai salah satu kompetensi kesarjanaan psikologi. Melalui artikel ini diharapkan dapat melaksanakan administrasi dan skoring tes Rorschach, sehingga dapat menjadi instruktor dan melaksanakan tes rorschacn secara benar.

    SKORING RORSCHACH

    Administrasi dan Skoring Tes Rorschach Beserta Contoh_
    image source: en.wikipedia.org
    baca juga: Contoh Interpretasi dan Administrasi Tes Rorschach

    Lokasi

    Skoring lokasi tergantung pada bagian gambar yang mana yang dipergunakan. Ada lima kategori utama:

    SkorPenjelasan
    W - WholeSkor ini diberikan bila subjek menggunakan seluruh bercak sebagai dasar untuk memberikan jawabannya.
    DW atau dW (Confabulatory whole):Skor DW diberikan apabila subjek mengguanakn suatu detail kemudian digeneralisasikan pada seluruh bercak.
    D ( Large Usual Detail)Skor D diberikan apabila subjek menggunakan bagian yang besar dari bercak yang sudah biasa digunakan oleh orang lain. Bagian mudah dibedakan dengan bagian yang lain karena color, shading atau space. Untuk mengetahui mana bagian yang diskor D atau diskor yang lain, dilaksanakan dengan melihat pada tabel lokasi yang sudah ada pada lampiran.
    Skor d – (Small Usual Detail)Skor ‘d’ diberikan pada penggunaan bercak yang relatif kecil, tetapi mudah dilihat dengan adanya color, shading atau space. Untuk menentukan skor ini juga perlu melihat tabel lokasi.
    Skor Dd (Un-usual Detail)Jawaban un-usual detail adalah jawaban yang tidak merupakan jawaban whole(W), tidak ada dalam daftar jawaban large atau small usual detail (D atau d), serta bukan jawaban space (S). Jawaban ‘un-usual detail’ diberi simbol dengan ‘Dd’, tetapi simbol ini tidak digunakan dalam skoring melainkan menunjukkan semua un-usual detail yang terdiri dari : dd (Tiny Detail): diberikan pada jawaban yang menggunakan lokasi yang kecil sekali, tetapi masih bisa dibedakan dengan adanya color, shading atau space. Skor ini juga telah ditujukkan pada daftar tabel lokasi. de(Edge Detail ): Skor ‘de’ digunakan untuk jawaban yang menggunakan lokasi bagian sisi luar dari bercak. di(Inner Detail): Skor ‘di’ diberikan untuk lokasi didalam bercak yang sulit untuk dipisahkan dari bagian lain oleh color, shading atau space. dr(Rare detail): diberikan pada jawaban yang lokasinya tidak biasa digunakan oleh orang lain. Lokasi ini tidak dapat digolongkan dalam dd, de, atau di dan juga tidak dapat digolongkan dalam d, D, atau W. Lokasi untuk skor dr tidak selalu bagian bercak yang kecil. Kadang-kadang bercaknya juga besar.
    S ( White Space )Jawaban diberi skor ‘S’ apabila subjek membalik penggunaan ‘figure’ dan ‘ground’, sehingga bagian putih justru dijadikan sebagai landasan untuk memberikan jawaban. Kadang-kadang bagian putih itu dijadikan sebagai jawaban utamanya, tetapi kadang hanya sebagai tambahan saja. Dalam hal ini skor S diberikan sebagai tambahan (additional score).

    Skor Lokasi Jamak (Multiple Location Score)

    Dalam skoring lokasi ini ada kemungkinan subjek menggunakan lebih dari satu lokasi dalam memberikan jawaban, atau mungkin dia menggunakan beberapa lokasi kemudian digabungkan dalam satu jawaban. Dalam hal ini dilaksanakan skor lokasi jamak (multiple location score).

    Determinan

    Pada skoring untuk determinan, maka tiap jawaban diklasifikasikan menurut kualitas percikan tinta yang menentukan jawaban subjek. Jawaban atas pertanyaan ‘hal apa dari blot ini yang menimbulkan kesan pada saudara sebagai….’, biasanya merupakan petunjuk yang dapat digunakan untuk skoring determinan. Pada Determinan, ada 4 penggolongan besar dalam menentukan skoring yaitu, Bentuk, Gerakan, Shading, dan Warna. Kualitas dari bentuk yang direspon testee juga dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

    1. Definite: respon yang dihasilkan memiliki bentuk yang jelas
    2. Semi-definite: respon yang dihasilkan memiliki bentutk yang tidak jelas (semi-definite)
    3. In-definite: respon yang dihasilkan tidak memiliki bentuk atau konsep abstrak


    AspekGolonganDefiniteSemi-DefiniteIn-DefinitePenjelasan
    BentukFRespon yang dihasilkan berdasarkan bentuk dari tinta.
    GerakanManusiaMRespon yang dihasilkan melibatkan unsur gerakan manusia.
    BinatangFMRespon yang dihasilkan melibatkan unsur gerakan binatang.
    BendaFmmFmRespon yang dihasilkan melibatkan unsur gerakan suatu benda.
    ShadingTeksturFccFCRespon yang dihasilkan melibatkan unsur tekstur atau derajat halus-kasar dari gelap terangnya tinta.
    Vista/ Kedalaman FKKFKRespon yang dihasilkan melibatkan unsur tekstur atau derajat kedalaman dari gelap terangnya tinta.
    Objek 3DFkkFKRespon yang dihasilkan menjelaskan objek 3D atau Peta dari gelap terangnya tinta.
    WarnaKromatikFCCFCRespon yang dihasilkan melibatkan unsur warna.
    F <-> CWarna yang dipaksakan
    F/CWarna digunakan hanya sebagai penanda suatu area/bagian.
    AkromatikFC'C'FC'Respon yang dihasilkan melibatkan warna dengan derajat hitam – putih.

    Content/ isi

    Ada begitu banyak klasifikasi content dari respon terhadap blot Rorschach dimana skoring untuk content bisa menjadi sangat kompleks. Kategori content antara lain:


    Skor
    Penjelasan

    H
    (Human Figures)
    Respon menjelaskan sebagai manusia untuk seluruh gambar atau hampir seluruh gambar.

    (H)
    Bentuk manusia dalam lukisan, patung, karikatur dan sebagainya. Atau bentuk-bentuk mitologis seperti hantu, monster. Simbol (H) digunakan untuk mengindikasikan bahwa bentuk manusia di sini tidak terlalu erat dengan realitas; jauh dari realitas.

    Hd
    Bagian anggota tubuh dari manusia, sepreti tangan, kaki, kepala, dan lainnya.

    (Hd)
    Bagian dari manusia dalam lukisan, patung, karikatur dan sebagainya; atau bagian dari bentuk-bentuk mitologis manusia.

    AH
    Bentuk-bentuk dimana sebagian berupa manusia dan sebagian berupa hewan.

    Hobj
    Objek-objek yang sangat erat hubungannya dengan manusia, misalnya gigi palsu.

    At
    Konsep-konsep yang berhubungan dengan anatomi manusia, kecuali organ-organ seks.

    Seks
    Organ-organ seksual atau aktivitas seksual, konsep-konsep anatomi (seperti panggul atau bagian bawah tubuh) yang berhubungan dengan fungsi seksual.

    A
    (animal figure)
    Respon adalah binatang untuk seluruh gambar atau hampir seluruh gambar

    Ad
    Bagian-bagian tubuh hewan.

    (A)
    Hewan-hewan mitologis, monster dengan sifat-sifat hewan, bentuk-bentuk hewan dalam karikatur, lukisan, dll. Simbol (A) umumnya digunakan jika animal figur jauh dari realitas atau dimanusiakan.

    Ad
    Bagian dari hewan yang jauh dari realitas atau yang dimanusiakan.

    Aobj
    Objek-objek yang didapat dari, atau yang berhubungan dengan tubuh hewan. Objek-objek ini mempunyai fungsi dekoratif ataupun praktis, atau dalam tahap persiapan untuk dapat berfungsi demikian.

    Food
    Bagian-bagian hewan, buah-buahan atau sayuran yang dimakan (digolongkan sebagai food, bukan sebagai Aobj atau Plants/Pl).

    Nat
    (Nature concept)
    Termasuk pemandangan alam, sungai, danau, matahari terbenam, jika semua ini merupakan bagian dari pemandangan.

    Geo
    (geo. concept)
    Termasuk peta dan konsep-konsep seperti pulau, danau dan sungai. Tidak terlihat dalam vista atau bagian dari pemandangan.

    Pl
    (Plants)
    Macam-macam tanaman, atau bagian-bagian dari tanaman

    Bot 
    (Botany)
    Tanaman atau bagian-bagian dari tanaman yang dilihat sebagai contoh-contoh botani, misalnya sebagai botanical display atau botanical chart.

    Obj
    (object)
    : semua objek yang dibuat manusia kecuali patung manusia yang diskor (H) atau patung hewan (A).

    Arch
    konsep arsitektural.

    Art
    konsep-konsep seperti desain lukisan, gambar-gambar, dimana yang dilukis tidak mempunyai isi khusus

    Abs
    konsep-konsep abstrak yang tidak mempunyai isi khusus.

    Populer – Original

    Selain dari lokasi, determinan dan isi, jawaban yang diberikan subjek dapat pula kita nilai berdasarkan: popular atau tidaknya jawaban, serta originalitas jawaban yang diberikan.

    Populer

    Suatu jawaban diklasifikasikan sebagai popular jika jawaban tersebut sering diberikan untuk suatu daerah blot tertentu. Tetapi sampai sekarang ini belum ada kesesuaian paham para ahli mengenai berapa seringnya suatu respon harus muncul untuk dapat dikatakan sebagai popular. Rorschach sendiri menganjurkan dan paling sedikit satu di antara tiga protocol jawaban yang bersangkutan muncul.

    Ahli-ahli lain berpendapat dalam paling sedikit satu di antara enam protocol jawaban yang bersangkutan harus muncul. Klopfer dan Kelley setelah menentukan syarat-syarat tertentu membuat daftar jawaban populer untuk masing-masing kartu.

    Menurut Klopfer (1960) dalam system scoring ini hanya ada 10 respon yang diskor sebagai populer. Berikut merupakan daftar dari skor popular dari tiap kartu:

    Kartu
    Penjelasan
    Kartu I
    Pada keseluruhan/W atau cut off Whole:
    Makhluk apapun dengan tubuh berada di bagian tengan D dan sayap di sampingnya. Konsep kelelawar atau kupu-kupu biasa digunakan untuk lokasi ini.
    Kartu II
    Pada area hitam yang bukan keseluruhan, dengan atau tanpa bagian tengah atas d, atau D4):
    Bagian hewan apa saja dari jenis anjing, kelinci, beruang, banteng atau badak.
    Kartu III
    -          Keseluruhan area hitam kartu
    Dua figur manusia dalam posisi membungkuk
    -          Bagian warna merah ditengah (D1)
    Dasi kupu, pita, atau kupu-kupu
    Kartu V
    Keseluruhan area warna hitam kartu (W, W cut off):
    Segala makhluk dengan badan ditengah dan sayap disampingnya. Konsep yang sama dalam posisi kartu terbalik.
    Kartu VI
    Dengan atau tanpa area atas (D)
    Kulit binatang. Penggunaan shading untuk kelembutan bulu atau sebagai tanda sebagai kulit binatang penting untuk muncul sebagai respon.
    Kartu VIII
    Area samping D
    Binatang berkaki empat dalam berbagai macam gerakan. Apabila respon muncul secara tidak akurat seperti burung atau ikan, skor akan diberikan apabila ada kecenderungan yang mengarah ke P. 
    Kartu X
    -          Bagian luar biru (D): apapun terkait dengan binatang berkaki banyak.
    -          Bagian bawah hijau-gelap (D2): apapun yang terkait dengan binatang bertubuh panjang berwarna hijau
    -          Bagian hijau-terang (D7): kepala binatang yang bertelinga panjang.

    Original

    Suatu jawaban yang diklasifikasikan sebagai original jika jawaban yang bersangkutan jarang diasosiasikan dengan suatu daerah blot tertentu. jika di antara 100 protokol tidak terdapat lebih dari satu jawaban tertentu untuk suatu daerah blot tertentu, dapat dikatakan bahwa jawaban tersebut original. Sukar menentukan original atau tidaknya suatu jawaban. Tetapi sebagai acuan, dapat dilihat dari hal-hal berikut.
    • 1 diantara 100 protokol yang diperiksa, tidak lebih dari 1x jawaban yang bersangkutan muncul. 
    • Tidak pernah ditemukan dalam literatur yang pernah dibaca. 

    skor O ini tidak hanya diberikan pada konsep-konsep yang unik saja, tetapi juga jika dasar konsep subjek adalah populer atau sering diberikan, tetapi diberi tambahan atau elaborasi sedemikian rupa sehingga menjadi unik.

    Sejalan dengan sifat originalitas, maka kita dapat memberikan skor O+ atau O- terhadap suatu konsep. Skor O- kita berikan jika konsep tersebut merupakan hasil dari cara melihat realitas dengan aneh, atau mengalami distorsi.

    SKORING FLR (FORM LEVEL RATING)

    Dasar penyekoran FLR, yaitu:
    • Ketepatan (akurasi) 
    • Kekhususan (spesifikasi) 
    • Pengorganisasian (organisasi) 

    Basal Rating dalam FLR
    • Basal rating +1,0 : didahului F / dan populer 
    • Basal rating +1,5 : lebih akurat dan definite
      Figure manusia
      Profil manusia : dahi, hidung, mulut dan dagu
      Binatang spesifik : ayam ras Bali 
    • Basal rating +0,5 : F – nya di belakang 
    • Basal rating 0,0 : tanpa F 
    • Basal rating -1,0 : tidak akurat 
    • Basal rating -1,5 : konfabulasi (menggeneralisasikan detail sebagai keseluruhan) 
    • Basal rating -2,0 : perseverasi (seenaknya saja, tidak lepas dari konsep pertama) & kontaminasi 


    Daftar Pustaka
    • Klopfer, B. Davidson, H. 1962. The Rorschach Tehcnique, An Introductory Manual. New York:Burlingame 
    • Allen, R.M. 1968. Student’s Rorschach Manual. International Unievrsity Press 
    • Bebagai sumber dari internet 

    Pengertian Pelatihan dan Pengembangan SDM Menurut Para Ahli

    $
    0
    0
    Pengertian Pelatihan dan Pengembangan SDM Menurut Para Ahli - Peningkatan mutu (kualitas) dan produktivitas tenaga kerja (individu) merupakan bagian integral dari pengembangan manajemen sumber daya manusia (SDM). sebuah organisasi. Penerapan manajemen SDM dalam industri – organisasi diharapkan dapat mencapai keunggulan bersaing dalam pasar global. Daya saing (competitiveness) dimaksudkan sebagai kemampuan organisasi untuk mempertahankan dan memperoleh pangsa pasar di dalam industrinya (Noe, Hollenbeck, Gerhart, dan Wright, 2010).

    Salah satu upaya strategis dalam manajemen SDM adalah mengembangkan konsep pelatihan dan pengembangan secara aplikatif dengan menekankan pentingnya pelatihan dan pengembangan strategis untuk memberikan kontribusi bagi keberhasilan organisasi.

    Perlu semakin dipahami oleh pihak-pihak terkait baik stakeholder maupun shareholder bahwa ada hubungan langsung dan tidak langsung antara pelatihan dan pengembangan dengan strategi dan sasaran bisnis. Pelatihan dan pengembangan dapat membantu individu pekerja dalam mengembangkan berbagai pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan sikap-sikap positif yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaannya yang secara langsung akan memengaruhi bisnis. Upaya proaktif memberikan berbagai kesempatan dan tantangan kepada para individu pekerja untuk belajar dan berkembang dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif dan kondusif yang mendukung strategi bisnis dengan menarik tenaga kerja berbakat serta memotivasi dan mempertahankan tenaga kerja potensial yang ada pada saat ini.

    Pengertian Pelatihan dan Pengembangan SDM Menurut Para Ahli_
    image source: carbonmasters.co.uk

    Mengapa para pelaku bisnis kerap meyebutkan dan meyakini bahwa investasi pada pelatihan dan pengembangan dapat membantu individu dan organisasi dalam mencapai keunggulan bersaing. Berbagai literasi mengenai manajemen SDM mengungkapkan bahwa pelatihan dan pengembangan dapat:
    1. Meningkatkan pengetahuan para tenaga kerja tentang para pesaing dan budaya asing yang sangat penting untuk keberhasilan di pasar-pasar luar negeri,
    2. Membantu memastikan bahwa para tenaga kerja memiliki keterampilan-keterampilan dasar dan lanjut untuk bekerja dengan teknologi yang baru, seperti robot dan proses-proses manufaktur berbantuan komputer,
    3. Membantu para tenaga kerja dalam memahami cara bekerja secara efektif dan efisien di dalam tim agar dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas produk dan pelayanan (service execelent),
    4. Memastikan bahwa budaya perusahaan menekankan pada inovasi, kreativitas, dan pembelajaran (‘strategi samudera biru’).
    5. Menjamin keamanan pekerjaan dengan menyediakan cara-cara yang baru bagi para tenaga kerja untuk memberikan kontribusi pada organisasi ketika pekerjaan dan kepentingannya berubah menjadi using,
    6. Mempersiapkan para tenaga kerja untuk menerima dan bekerja lebih efektif dan efisien satu sama lain,
    7. Mengembangkan sikap dan perilaku positif dan meradiasi ke seluruh unit kerja dan organisasi.

    Daftar Pustaka
    • Davis, E. (2008). Ensiklopedi ‘The Art of Training and Development’ (9 Buku) (2008), Jakarta: Gramedia
    • Munandar, A.S. (2001). Psikologi industri dan organisasi, Depok: UI Press 
    • Saks,M.A. & Haccoun, R.R. (2008), Managing performance through training and development, Fourth Edition, USA: Nelson Education Ltd.

    Pelatihan Strategis dan Proses Pengembangan SDM Menurut Ahli

    $
    0
    0
    Pelatihan Strategis dan Proses Pengembangan SDM Menurut Ahli - Konsep mengenai pelatihan strategis dan proses pengembangan dapat membantu industri – organisasi mencapai keunggulan bersaing dan cara manajemen memberikan kontrinusi terhadap upaya peningkatan hasil yang tinggi pada ‘human capital’ dan organisasi pembelajar.

    Secara umum, pelatihan (training) mengacu pada upaya yang direncanakan oleh suatu organisasi untuk mempermudah proses pembelajaran para tenaga kerja tentang kompetensi-kompetensi yang berkaitan dengan pekerjaan. Kompetensi-kompetensi tersebut meliputi: pengetahiuan, keterampilan, kemampuan, dan perilaku yang sangat penting untuk meningkatkan kinerja individu dan organisasi.

    Pelatihan strategis dan proses pengembangan dalam upaya mencapai keunggulan bersaing harus melibatkan lebih dari sekedar pengembangan keterampilan dasar, melainkan bergerak dari fokus utama pada pengajaran berbagai keterampilan tertentu pada fokus yang lebih luas, yaitu menciptakan dan berbagi pengetahuan. Pergeseran fokus ini mendorong para pemimpin dan manajer organisasi menggunakan pelatihan dan pengembangan secara luas sebagai cara keatif dan intuitif menciptakan modal intelektual.

    Pelatihan Strategis dan Proses Pengembangan SDM Menurut Ahli_
    image source: hr.blr.com
    baca juga: Pengertian Pelatihan dan Pengembangan SDM Menurut Para Ahli

    Menurut Noe, Hollenbeck, Gerhart, dan Wright (2010), modal intelektual dalam hal ini mencakup: berbagai keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaan seseorang, keterampilan – keterampilan yang canggih, seperti cara menggunakan teknologi untuk berbagai informasi dengan para tenaga kerja yang lain, pemahaman tentang pelanggan, sistem manufaktur, dan kreativitas untuk memotivasi diri dan orang lain. Konsekuensinya para tenaga kerja yang dilatih harus berbagi pengetahuan dan keterampilan serta menggunakannya secara kreatif untuk mengubah produk/jasa, melayani pelanggan, dan memahami sistem pengembangan produk atau jasa.

    Pelatihan strategis dapat disebut sebagai pelatihan peningkatan hasil yang tingg (high leverage training), dihubungkan dengan sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan bisnis strategis dengan menggunakan proses perancangan pembelajaran agar dapat memastikan bahwa pelatihan yang sedang berlangsung efektif dan berdampak efektif pula, serta melakukan upaya benchmarking untuk membandingkan atau alih daya program-program pelatihan organisasi terhadap program-program pelatihan di organisasi – organisasi lain.

    Aplikasi high leverage training membantu terciptanya kondisi pekerjaan yang mendorong pembelajaran secara terus-menerus. Pembelajaran secara terus-menerus (continuous learning) mensyaratkan para tenaga kerja untuk memahami seluruh proses pekerjan/sistem pekerjaan, dan mengharapkannya untuk memperoleh keterampilan-keterampilan yang baru, menerapkannya ke dalam pekerjaan serta berbagi hal-hal yang telah mereka pelajari dengan individu-individu tenaga kerja lainnya. Pendekatan high leverage training senantiasa menghubungkan pelatihan dengan peningkatan kinerja dan strategi bisnis. Pelatihan digunakan untuk meningkatkan kinerja individu tenaga kerja yang mengarah pada peningkatan hasil-hasil bisnis. Ini berarti bahwa pelatihan yang diselenggarakan merupakan investasi yang sangat berharga bagi organisasi. Demikain halnya dengan para peserta yang dilatih (mendapatkan pembelajaran) menjadi asset yang sangat berharga bagi organisasi.

    Pendekatan high leverage training dalam implementasinya lebih menekankan pada hal-hal berikut:
    1. Menyediakan berbagai peluang pendidikan bagi seluruh tenaga kerja, mencakup program-program pelatihan di dalam dan di luar organisasi, self-learning, dan pembelajaran melalui rotasi pekerjaan
    2. Proses peningkatan kinerja berkelanjutan,
    3. Kebutuhan untuk memvisualisasikan berbagai manfaat pelatihan
    4. Pembelajaran merupakan peristiwa yang berlangsung seumur hidup
    5. Pelatihan digunakan untuk tujuan-tujuan bisnis strategis yang membantu organisasi dalam mencapai keunggulan bersaing. 

    Gambar berikut ini menunjukkan secara ringkas mengenai pelatihan strategis dan proses pengembangan.

    Gambar 1. Pelatihan Strategis dan Proses Pengembangan (Noe, Hollenbeck, Gerhart, dan Wright, 2010).

    Penerapan pelatihan strategis dan proses pengembangan dapat dilihat di IBM. IBM merupakan perusahaan yang didirikan kembali tahun 2002. Strategi perusahaan yang baru adalah membentuk kembali tenaga kerja yang lebih baik sehingga mampu memenuhi berbagai kebutuhan dan harapan para pelanggan. Kesetiaan kepada para pelanggan merupakan dasar inti dari strategi bisnisnya. “Pembelajaran berdasarkan kebutuhan“ seperti yang disebutkan IBM menuntut agar tim-tim pembelajaran bertanggungjawab merancang program agar dapat memahami pekerjaan tertentu yang dilakukan oleh para karyawan pada peran-peran yang berbeda. IBM telah mendefinisikan lebih dari 500 peran tertentu di dalam perusahaan dan keahlian yang dibutuhkan pada setia peran. Tim pembelajaran merancang peluang-peluang pembelajaran ke dalam pekerjaan itu sendiri, yaitu konsep yang dikenal sebagai “pembelajaran disesuaikan dengan pekerjaan”.

    Para manajer pelatihan dan pengembangan menjelaskan peran manajer dalam mengidentifikasi berbagai kebutuhan pelatihan dan mendukung pelatihan di tempat kerja. Manajer pelatihan dalam pendekatan ini tidak lagi fokus hanya pada aspek keterampilan kerja, melainkan fokus pada pembelajaran serta menciptakan, mengembangkan, dan berbagi pengetahuan.


    Daftar Pustaka
    • Davis, E. (2008). Ensiklopedi ‘The Art of Training and Development’ (9 Buku) (2008), Jakarta: Gramedia 
    • Munandar, A.S. (2001). Psikologi industri dan organisasi, Depok: UI Press 
    • Saks,M.A. & Haccoun, R.R. (2008), Managing performance through training and development, Fourth Edition, USA: Nelson Education Ltd.

    Definisi Pelatihan, Pengembangan, Pembelajaran, dan Pendidikan

    $
    0
    0
    Definisi Pelatihan, Pengembangan, Pembelajaran, dan Pendidikan - Pelatihan dan pengembangan dapat dianggap sebagai fungsi dari batas system dan subsistem. Para tenaga kerja dilatih dan dikembangkan agar memperlihatkan perilaku sesuai dengan yang dituntut oleh organisasi. Berikut adalah pengertian pelatihan, pengembangan, pembelajaran, dan pendidikan menurut para ahli.

    1. Pelatihan

    a. Sikula (dalam Munandar, 2005)
    Pelatihan merupakan proses pendidikan dan pembelajaran jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, sehingga tenaga kerja nonmanajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan tertentu..

    b. Mondy (2008)
    Pelatihan sebagai aktivitas-aktivitas yang dirancang untuk memberi para pembelajar pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk sebuah pekerjaan.

    c. Noe (2010) :
    Pelatihan adalah upaya yang direncanakan untuk mempermudah pembelajaran para karyawan tentang pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan.

    d. Islahulben (2013)
    Pelatihan merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mengubah sikap, pengetahuan, keterampilan, perilaku melalui pengalaman belajar untuk mencapai kinerja yang efektif dalam berbagaikegiatan atau kegiatan tertentu.

    e. Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003)
    Training is a planned effort to facilitate the learning of job-related knowledge, skills, and behavior by employee”. Hal ini berarti bahwa pelatihan merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.

    f. Gomes (2003).
    Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya

    g. Robbins (2001)
    Training meant formal training that’s planned in advanced and has a structured format”. Ini menunjukkan bahwa pelatihan yang dimaksudkan disini adalah pelatihan formal yang direncanakan secara matang dan mempunyai suatu format pelatihan yang terstruktur.

    h. Bernardin dan Russell (1998:172)
    Training is defined as any attempt to improve employee performance on a currently held job or one related to it. This usually means changes in spesific knowledges, skills, attitudes, or behaviors. To be effective, training should involve a learning experience, be a planned organizational activity, and be designed in response to identified needs”. Pelatihan didefinisikan sebagai berbagai usaha pengenalan untuk mengembangkan kinerja tenaga kerja pada pekerjaan yang dipikulnya atau juga sesuatu berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini biasanya berarti melakukan perubahan perilaku, sikap, keahlian, dan pengetahuan yang khusus atau spesifik. Dan agar pelatihan menjadi efektif maka di dalam pelatihan harus mencakup suatu pembelajaraan atas pengalaman-pengalaman, pelatihan harus menjadi kegiatan keorganisasian yang direncanakan dan dirancang didalam menanggapi kebutuhan-kebutuhan yang teridentifikasi.

    Definisi Pelatihan, Pengembangan, Pembelajaran, dan Pendidikan_
    image source: www.sensescotland.org.uk
    baca juga: Pelatihan Strategis dan Proses Pengembangan SDM Menurut Ahli

    i. Gomez-Mejia, Balkin, dan Cardy (2001)
    “Training is usually conducted when employees have a skill deficit or when an organization changes a system and employees need to learn new skill”. Ini berarti bahwa pelatihan biasanya dilaksanakan pada saat para pekerja memiliki keahlian yang kurang atau pada saat suatu organisasi mengubah suatu system dan para perlu belajar tentang keahlian baru.

    j. DeCenzo dan Robin (1999:227)
    “Training is a learning experience in that it seeks a relatively permanent change in an individual that will improve the ability to perform on the job”. Ini berarti bahwa pelatihan adalah suatu pengalaman pembelajaran didalam mencari perubahan permanen secara relatif pada suatu individu yang akan memperbaiki kemampuan dalam melaksanakan pekerjaannya itu

    k. Never Ending Transfusing - Application Training (NET-at)
    Pelatihan adalah kegiatan belajar dan praktek untuk sesuatu tujuan baik, dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan (continuously and never end) manusia, dan fitrahnya.

    Pengertian pelatihan yang dikemukakan oleh para ahli di atas sering dijadikan acuan dalam riset-riset manajemen sumberdaya manusia, psikologi industri, dan administrasi. Definisi-definisi para ahli tersebut dapat dengan lengkap mendeskripsikan mengenai arti dan tujuan pelatihan.

    Secara umum pelatihan sering digunakan untuk merujuk pada satu atau lebih kegiatan pemberian materi, diskusi, praktik, monitoring, dan evaluasi tentang aktivitas spesifik dan partisipan tertentu untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan, kemampuan, sikap dan perilaku peserta.

    2. Pengembangan

    a. Sikula (dalam Munandar, 2005)
    Pengembangan merupakan proses pendidikan dan pembelajaran jangka panjang yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, sehingga tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum.

    b. Mondy (2008)
    Pengembangan sebagai pembelajaran yang melampaui pekerjaan saat ini dan memiliki focus lebih jangka panjang.

    c. Noe (2010)
    Pengembangan adalah perolehan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang meningkatkan kemampuan para karyawan untuk memenuhi perubahan persyaratan pekerjaan serta tuntutan klien dan pelanggan.

    d. Islahulben (2013)
    Pengembangan merupakan peningkatan dan pertumbuhan secara umum akan keterampilan dan kemampuan individu melalui pembelajaran sadar dan bawah sadar.

    e. Secara umum pengembangan sering digunakan untuk merujuk pada satu atau lebih kegiatan memperkuat dan memperkaya sesuatu yang sudah ada sebelumnya.

    Dalamkaitannya dengan pelatihan, pengembangan merupakan kegiatan lanjutan dari pelatihan sebelumnya dan dapat dilaksanakan dengan baik dengan evaluasi dan tindak lanjut.

    3. Pendidikan

    Proses dan kegiatan yang bertujuan untuk memungkinkan seseorang untuk mengasimilasi dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, dan pemahaman yang tidak hanya terkait dengan bidang atau aktivitas yang sempit tetapi memungkinkan berbagai hal yang harus didefinisikan, dianalisis, dan dipecahkan (Islahulben,2013).

    Proses dan metode pendidikan lebih bersifat terstruktur, sistematis, memiliki pola tertentu, dilakukannya analisis, dan mengarah pada hasil yang terukur (dapat diukur). Pendidikan lebih kepada penanaman konsep, penambahan pengetahuan secara keseluruhan, mempunyai kurikulum terstandarisasi, jelas, dan lebih bersifat fomal, dibandingkan dengan pelatihan.

    4. Pembelajaran

    Proses perubahan yang relatif permanen dan berlangsung seumur hidup dimana perubahan dalam sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan terjadi sebagai akibat dari pengalaman sebelumnya. Atau sebuah proses yang memungkinkan individu memperoleh sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang baru.

    Pada dasarnya semua bentuk pelatihan, pengembangan, dan pendidikan merupakan proses pembelajaran. Pembelajaran dapat dilakukan tanpa mengenal tempat, waktu, guru, insstruktur, atau mentor bahkan kurikulum sekalipun. Obyek apapun yang ada di sekitar kita dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran, dan subyek dan pengalaman apapun dapat dijadikan sebagai guru. Dalam praktiknya, sering kita menggunakan istilah “learning by doing” (belajar sambil melakukan. Itulah proses pembelajaran yang sesungguhnya.

    Sebenarnya batas antara pelatihan dan pengembangan kadang-kadang menjadi ‘kurang jelas’. Ada yang menggunakan istilah pelatihan khusus untuk tenaga kerja nonmanajerial, sedangkan istilah pengembangan hanya untuk tenaga manajerial. Ada yang menggunakan istilah pelatihan untuk proses pembelajaran-pengajaran (teaching-learning process) jika yang harus diajarkan suatu keterampilan khusus, sebaliknya jika yang diajarkan suatu pengetahuan konseptual suatu keahlian, proses pembelajaran-pengajaran ini dinamakan pengembangan. Dalam praktiknya, baik dalam pelatihan maupun pengembangan ada kecenderungan tidak seperti penjelasan di atas. Pelatihan sering juga diberikan kepada tenaga manajerial, sebaliknya dalam pengembangan diberikan bahan-bahan terkait dengan keterampilan dan pemahaman praktis. Untuk mengatasi pengertian yang kurang tegas dalam memahami perbedaan antara pelatihan dan pengembangan, sebaiknya digunakan sebuah kecenderungan dari masing-masing konsep dimaksud.

    Sekian artikel tentang Definisi Pelatihan, Pengembangan, Pembelajaran, dan Pendidikan.

    Daftar Pustaka
    • Davis, E. (2008). Ensiklopedi ‘The Art of Training and Development’ (9 Buku) (2008), Jakarta: Gramedia
    • Munandar, A.S. (2001). Psikologi industri dan organisasi, Depok: UI Press
    • Saks,M.A. & Haccoun, R.R. (2008), Managing performance through training and development, Fourth Edition, USA: Nelson Education Ltd.

    Dasar, Tujuan, dan Benefit Pelatihan dan Pengembangan SDM

    $
    0
    0
    Dasar, Tujuan, dan Benefit Pelatihan dan Pengembangan SDM - Artikel ini akan membahas tentang pemahaman dasar pengembangan diri, pelatihan, pengembangan, tujuan pelatihan, tujuan pengembangan, benefit pelatihan dan pengembangan. Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami konsep dan praktik pengembangan diri, definisi pelatihan dan pengembangan, perbedaaan pelatihan dan pengembangan, tujuan dan benefit pelatihan dan pengembangan.
    1. Dasar Pelatihan

    Sebelum melaksanakan pelatihan dan pengembangan, penting artinya dilakukan penilaian sebagai dasar apakah pelatihan dan pengembangan memang diperlukan sebagai upaya mencapai tujuan organisasi.

    Pertanyaan pokok yang perlu dipertimbangkan sebagai dasar pelatihan dan pengembangan adalah sebagai berikut:
    • Apakah pelatihan dan atau pengembangan akan membantu peningkatan kinerja individu dan organisasi pada saat ini ke level yang diinginkan ? (menanggulangi masalah kinerja)
    • Apakah pelatihan dan atau pengembangan akan memungkinkan para individu melaksanakan pekerjaannya dengan baik dalam pekerjaan atau jabatan tertentu? (terkait dengan orientasi, rotasi, atau promosi)
    • Apakah pelatihan dn atau pengembangan akan membantu individu terlibat aktif dalam organisasi yang belajar (learning organization) ?
    • Apakah pelatihan dan atau pengembangan akan membantu peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of work life) ?

    Jawaban atas keempat pertanyaan tersebut akan berpengaruh pada desain, pelaksanaan, pengembangan, monitoring, dan evaluasi program pelatihan dan pengembangan.

    Dasar, Tujuan, dan Benefit Pelatihan dan Pengembangan SDM_
    image source: management-forum.co.uk
    baca juga: Definisi Pelatihan, Pengembangan, Pembelajaran, dan Pendidikan

    2. Tujuan Pelatihan dan Pengembangan (Sikula, dalam Munandar, 2001)

    a. Meningkatkan Produktivitas
    Pelatihan dan pengembangan diberikan kepada tenaga kerja baru dan lama untuk meningkatkan prestasi kerja, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas.

    b. Meningkatkan Mutu
    Pelatihan dan pengembangan diharapkan dapat meningkatkan mutu dari keluaran.

    c. Meningkatkan Ketepatan dalam Perencanaan SDM
    Pelatihan dan pengembangan yang tepat dapat membantu perusahaan untuk memenuhi keperluannya akan tenaga kerja dengan pengetahuan dan keterampilan tertentu di masa yang akan datang.

    d. Meningkatkan Semangat Kerja
    Iklim dan suasana organisasi pada umumnya menjadi lebih baik jika perusahaan mempunyai program pelatihan yang tepat. Suatu rangkaian reaksi positi dapat dihasilkan dari program pelatihan perusahaan yang direncanakan dengan baik.

    e. Menarik dan Menahan Tenaga Kerja yang Baik
    Program pelatihan dan pengembangan membantu perusahaan dapat menarik tenaga kerja yang baik, dan juga dapat mempertahankan tenaga kerja yang baik.

    f. Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja
    Pelatihan yang tepat dapat membantu menghindari timbulnya kecelakaan di perusahaan dan dapat menimbulkan lingkungan kerja yang lebih aman dan sikap mental yang lebih stabil.

    g. Menghindari Keusangan
    Pelatihan dan pengembangan diperlukan secara terus-menerus supaya para tenaga kerja dapat mengikuti perkembangan dan perubahan organisasi.

    h. Menunjang Pertumbuhan Pribadi
    Pelatihan dan pengembangan tidak hanya menguntungkan perusahaan, tetapi juga menguntungkan tenaga kerja sendiri.

    3. Benefit Pelatihan dan Pengembangan

    a. Untuk Organisasi :

    • Strategi Organisasi
    • Efektivitas Organisasi
    • Retensi dan Rekrutmen Karyawan


    b. Untuk Individu (Karyawan) :

    • Benefit Intrinsik
    • Benefit Ekstrinsik


    c. Untuk Masyarakat (Sosial)

    • Masyarakat yang Terdidik
    • Standar Hidup


    4. Manfaaat Pelatihan

    The goal of training is for employees to master knowledge, skills, and behaviors emphasized in training programs and to apply them to their day-to-day activities”. Hal ini berarti bahwa tujuan pelatihan adalah agar para pegawai dapat menguasai pengetahuan, keahlian dan perilaku yang ditekankan dalam program-program pelatihan dan untuk diterapkan dalam aktivitas sehari-hari para karyawan. Pelatihan juga mempunyai pengaruh yang besar bagi pengembangan perusahaan.

    Beberapa manfaat pelatihan yang diselenggarakan oleh perusahaan yang dikemukakan oleh Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright (2003), yaitu:

    • Meningkatkan pengetahuan para karyawan atas budaya dan para pesaing luar
    • Membantu para karyawan yang mempunyai keahlian untuk bekerja dengan teknologi baru
    • Membantu para karyawan untuk memahami bagaimana bekerja secara efektif dalam tim untuk menghasilkan jasa dan produk yang berkualitas
    • Memastikan bahwa budaya perusahaan menekankan pada inovasi, kreativitas dan pembelajaran
    • Menjamin keselamatan dengan memberikan cara-cara baru bagi para karyawan untuk memberikan kontribusi bagi perusahaan pada saat pekerjaan dan kepentingan mereka berubah atau pada saat keahlian mereka menjadi absolut,
    • Mempersiapkan para karyawan untuk dapat menerima dan bekerja secara lebih efektif satu sama lainnya, terutama dengan kaum minoritas dan para wanita


    Pertanyaan Pokok dalam Pelatihan :

    1. Apakah pelatihan akan membantu peningkatan kinerja individu dan organisasi pada saat ini ke level yang diinginkan ? (menanggulangi masalah kinerja)
    2. Apakah pelatihan akan memungkinkan para individu melaksanakan pekerjaannya dengan baik dalam pekerjaan atau jabatan tertentu ? (terkait dengan orientasi, rotasi, atau promosi)
    3. Apakah pelatihan akan membantu individu terlibat aktif dalam organisasi pembelajaran ?


    Tujuan pengembangan adalah :
    Menganalisis posisi individu dalam organisasi untuk mendapatkan gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan yang dijadikan dasar menyusun rencana pengembangan ke depan.

    Pengembangan menyangkut hal-hal berikut :

    1. Pengembangan kehidupan pribadi
    Bidang layanan yang membantu peserta didik (pembelajar) dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.

    2. Pengembangan kehidupan sosial
    Bidang layanan yang membantu peserta didik (pembelajar) dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.

    3. Pengembangan kemampuan belajar
    Bidang layanan yang membantu peserta didik (pembelajar) mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan formal dan belajar secara mandiri.

    4. Pengembangan karir
    Bidang layanan yang membantu peserta didik (pembelajar) dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

    Sekian artikel tentang Dasar, Tujuan, dan Benefit Pelatihan dan Pengembangan SDM.

    Daftar Pustaka

    • Davis, E. (2008). Ensiklopedi ‘The Art of Training and Development’ (9 Buku) (2008), Jakarta: Gramedia
    • Munandar, A.S. (2001). Psikologi industri dan organisasi, Depok: UI Press
    • Saks,M.A. & Haccoun, R.R. (2008), Managing performance through training and development, Fourth Edition, USA: Nelson Education Ltd.

    Pengertian dan Dampak Organisasi Pembelajaran Menurut Ahli

    $
    0
    0
    Pengertian dan Dampak Organisasi Pembelajaran Menurut Ahli - Membahas tentang definisi organisasi pembelajaran, dampak organisasi pembelajaran, organisasi pembelajaran sebagai jaringan pembelajaran dinamis, siklus pembelajaran, langkah-langkah membangun organisasi pembelajaran, teori-teori motivasi. Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami definisi organisasi pembelajaran dan dampak organisasi pembelajaran.

    Senge (2006) mendefinisikan organisasi pembelajaran sebagai berikut:
    “Organizations where people continually expand their capacity to create the results they truly desire, where new and expansive patterns of thinking are nurtured, where collective aspiration is set free, and where people are continually learning how to learn together.”

    Pengertian dan Dampak Organisasi Pembelajaran Menurut Ahli_
    image source: www.pinterest.com
    baca juga: Organisasi Pembelajaran sebagai Jaringan Pembelajaran Dinamis

    Senge (2006) memeperkenalkan lima disiplin untuk menjadi the Learning Organization, yaitu :

    1. Berpikir Sistem (System Thinking) :
    berpikir dalam keseluruhan untuk dapat melihat pola-pola yang berulang untuk dicermati kalau perlu diwaspadai;

    2. Kepiawaian Pribadi (Personal Mastery):
    mengembangkan kompetensi, kemajuan spiritual, dan kreatif-untuk dapat melihat realitas secara jernih;

    3. Model Mental (Mental Model):
    pengembangan model mental yang mengutamakan nilai dan prinsip-prinsip;

    4. Visi Bersama (Shared Vision):
    membagi visi di antara seluruh warga organisasi, dimana visi organisasi akhirnya menjadi personal vision dari setiap warganya; dan

    5. Pembelajaran Tim (Team Learning):
    disiplin yang dibangun di dalam tim-tim pembelajaran dengan mengedepankan dua pola: dialog dan diskusi.

    Dampak Organisasi Pembelajaran

    Pada organisasi pembelajaran, organisasi belajar tidak hanya dari kegagalan, melainkan juga belajar dari keberhasilan masa lampau. (Bronner & Delaney, 1996). Danim (2005) mengemukakan organisasi yang belajar dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau untuk merangsang orang atau manusia pembelajar untuk mengerjakan pekerjaan atau tugas-tugas pembelajaran secara baik, kreatif, dan bermakna. Organisasi pembelajaran merupakan proses pengujian pengalaman secara terus - menerus dan pengubahan pengalaman itu menjadi pengetahuan yang dapat diakses oleh seluruh anggota organisasi dan relevan dengan tujuan utamanya. Organisasi pembelajaran menjelaskan lingkungan pembelajaran, pembelajaran potensi kerja dan lingkungan pembelajaran dalam konteks kerja (Poell, Dam, & Berg, 2004).

    Pada organisasi pembelajaran, ganjaran untuk berhasil adalah tinggi dan risiko-risiko kegagalan adalah rendah. Dengan demikian merangsang orang atau manusia pembelajar untuk melakukan tugas-tugas pembelajaran secara baik, kreatif, dan bermakna. Organisasi belajar hanya melalui individu-individu yang belajar atau individu organisasional yang menjadi pembelajar. Individu pembelajar harus diberdayakan dan memberdayakan diri untuk menjadi masteri, memiliki penguasaan secara tuntas atas kompetensi yang dibutuhkannya. Dengan demikian organisasi pembelajar memberikan nilai tambah tertentu bagi individu pembelajar, yang dapat dilihat dari perubahan kognisi, afeksi, dan konasi.

    Farago (dalam Munandar, 2003) mengemukakan bahwa organisasi pembelajaran mengarah pada: (1) upaya adaptif terhadap lingkungan eksternalnya, (2) secara terus-menerus menunjang kemampuan berubah, (3) mengembangkan pembelajaran individual dan kolektif, dan (4) menggunakan hasil pembelajarannya untuk mencapai hasil yang terbaik. Menurut Pedler (dalam Dale, 2003) suatu organisasi pembelajaran adalah organisasi yang, (1) mempunyai suasana dimana anggota-anggotanya secara individu terdorong untuk belajar dan mengembangkan potensi penuh, (2) memperluas budaya belajar ini sampai pada pelanggan, pemasok dan stakeholder lain yang signifikan, (3) menjadikan strategi pengembangan sumber daya manusia sebagai pusat kebijakan bisnis, (4) berada dalam proses transformasi organisasi secara terus menerus.

    Keseluruhan dari hal yang dikemukakan oleh Farago (dalam Munandar, 2003) dan Pedler (dalam Dale, 2003) tersebut mengarah pada keinginan memperhatikan kondisi lingkungan di sekitarnya dalam tujuan untuk memperbaiki prestasi kerja individu. Simamora (2009) menjelaskan bahwa organisasi pembelajaran bukan sekedar berdampak pada peningkatan kualitas produk dan jasa namun juga peningkatan lingkungan kerja yang lebih tanggap terhadap situasi, adaptif, inovatif dan efisien yang pada gilirannya akan meningkatkan prestasi kerja.Organisasi, baik profit maupun non-profit terdiri dari kumpulan individu yang bekerjasama secara teratur dan terencana di bawah koordinasi seorang pemimpin untuk mencapai tujuan tertentu. Seperti juga individu, organisasi pun belum tentu semuanya sebagai organisasi pembelajaran. Ada organisasi yang aktifitasnya hanya sebatas rutin saja. Sementara organisasi lain beraktifitas tidak sekedar berorientasi rutin tetapi juga pada pengembangan.

    Sekian artikel tentang Pengertian dan Dampak Organisasi Pembelajaran Menurut Ahli.

    Daftar Pustaka
    • Davis, E. (2008). Ensiklopedi ‘The Art of Training and Development’ (9 Buku) (2008), Jakarta: Gramedia
    • Munandar, A.S. (2001). Psikologi industri dan organisasi, Depok: UI Press
    • Saks,M.A. & Haccoun, R.R. (2008), Managing performance through training and development, Fourth Edition, USA: Nelson Education Ltd.

    Organisasi Pembelajaran Sebagai Jaringan Pembelajaran Dinamis

    $
    0
    0
    Organisasi Pembelajaran Sebagai Jaringan Pembelajaran Dinamis - Jörg (2010) menegaskan ulang mengenai pentingnya mengkaji ulang organisasi pembelajaran dalam abad 21 sebagai abad kompleksitas. Organisasi pembelajaran dipandang sebagai jaringan pembelajaran dinamis (dynamic learning network), kompleksitas realitas self-generative, penguatan dan pembangkitan potensi diri sehingga berdampak positif bagi individu dan organisasi.

    Senge (dalam Mangkuprawira, 2009) mengemukakan bahwa organisasi pembelajaran merupakan: “The bottom line: any organization that has a culture and structure that promotes learning at all levels to enhance its capabilities to produce, adapt and shape its future”. Lebih jauh, Mangkuprawira (2009) menyatakan batasan itu bisa juga disetarakan sebagai prinsip dasar bagaimana suatu organisasi pembelajaran dapat dibentuk dan dikembangkan.

    Organisasi sebagai entitas juga memiliki kapasitas untuk belajar. Penelitian Ulrich dan Smallwood (dalam Mangkuprawira, 2009) terhadap organisasi pembelajaran menemukan empat gaya pembelajaran.Gaya yang dapat memengaruhi organisasi dalam mengembangkan gagasan-gagasan, meliputi eksperimen, kemahiran kompetensi, patok duga, dan perbaikan berkelanjutan. Lebih lanjut, Mangkuprawira (2009) mengemukakan bahwa dalam gaya pembelajaran berupa eksperimen, beberapa organisasi melakukan kegiatan pembelajaran dengan mencoba gagasan baru dan siap menerima hasil eksperimen berupa proses dan produk/jasa baru.

    Organisasi Pembelajaran Sebagai Jaringan Pembelajaran Dinamis_
    image source: www.pinterest.com
    baca juga: Pengertian dan Dampak Organisasi Pembelajaran Menurut Ahli

    Sumber utama pembelajaran adalah pengalaman langsung dari pelanggan dan individu sebagai pelaku bisnis. Tujuannya adalah mencapai prestasi pembelajaran organisasi yang unggul melalui eksperimen terkendali dari dalam dan luar organisasi. Gaya pembelajaran dalam bentuk kemahiran kompetensi sangat dibutuhkan apabila organisasi ingin terus maju. Beberapa organisasi mendorong para individu dan tim untuk mendapatkan kompetensi.

    Pembelajaran adalah aspek sangat penting dari strategi bisnis. Fokusnya pada pengalaman pihak lain dan eksplorasi sesuatu hal baru. Dengan menginvestasi sumber daya manusia dalam pelatihan dan pengembangan, organisasi menyediakan bahan terpilih dan konsep kepada para individu. Tujuannya adalah membantu para individu memperoleh pengetahuan relevan yang dapat mempercepat asimilasi pengetahuan baru dan menstimulasi mereka untuk mengembangkan ide, produk/jasa, dan proses inovatif. Selain dua gaya terdahulu, maka organisasi juga melakukan patok-duga (benchmarking). Dalam benchmarking, organisasi belajar dengan mengamati bagaimana organisasi lainnya beroperasi dan mencoba untuk mengadopsi dan menyesuaikan pengetahuan dalam organisasinya. Pembelajaran datang dari organisasi yang telah menunjukkan performa unggul atau mengembangkan praktik terbaiknya dalam proses yang spesifik.

    Gaya pembelajaran berikutnya adalah perbaikan berkelanjutan. Organisasi belajar dalam perbaikan secara teratur pada apa yang telah dikerjakan sebelumnya dan mengarahkan tiap langkah sebelum bergerak ke langkah baru dengan menekankan pada keterlibatan individu dan diorganisasikan untuk memecahkan masalah yang terdapat pada klien. Organisasi seperti ini mengandalkan pada pembelajaran melalui pengalaman langsung dan eksploitasi praktik yang ada.

    Bagaimana pemimpin organisasi memilih gaya pembelajarannya? Apakah semua gaya atau kombinasi yang akan diterapkan organisasi? Atau pilih salah satu yang dinilai terbaik sesuai dengan kondisi internal dan eksternal?. Misalnya, pemimpin organisasi dapat menilai mana dari empat gaya yang paling lazim diterapkan bagi tim. Kemudian dicari mana yang paling layak diterapkan. Dalam hal ini gaya eksperimen sebaiknya didukung oleh gaya kemahiran kompetensi. Namun gaya tersebut juga harus terkait dengan perbaikan berkelanjutan dan tidak mengabaikan gaya patok-duga. Selanjutnya dikenal sebagai gaya pembelajaran ganda dalam menemukan gagasan-gagasan baru tentang proses pengembangan manusia. Organisasi pembelajaran hanya tercipta melalui individu-individu yang belajar. Akan tetapi individu yang belajar tidak menjamin suatu institusi menjadi organisasi pembelajaran. Kalau gaya pembelajaran yang digunakan individu tersebut tidak sesuai dengan tim, maka individual learning justru bisa mengaburkan ”kesearahan” dan merusak kerjasama tim. Ada lima pilar yang mutlak ada untuk menjadi manusia pembelajar dalam individual learning, yaitu: (1) rasa ingin tahu, (2) optimisme, (3) keikhlasan, (4) konsistensi, dan (5) pandangan visioner (Danim, 2005).

    Menurut McGill, dalam Ismawan (2005), ada lima dimensi penting dari perilaku individu yang memungkinkan lancarnya praktik learning organization: (1) keterbukaan, individu harus membuka perspektif seluas-luasnya dan memiliki kesediaan untuk dikritik, demi perbaikan proses; (2) pola pemikiran sistemik, diperlukan agar semua anggota organisasi dapat melihat kaitan antara isu-isu, peristiwa, dan data sebagai kesatuan yang utuh; (3) kreativitas, bertumpu pada fleksibilitas individu dan kemauan mengambil risiko; (4) rasa yakin, memiliki self-aware secara aktif dan kemampuan memecahkan masalah secara proaktif; dan (5) empati, memiliki sense of ethics kuat dalam human relation. Ada dua model pembelajaran organisasional, yaitu model adaptif dan generatif (McGill, dalam Ismawan, 2005). Organisasi pembelajar dengan model adaptif memfokuskan diri hanya pada pemecahan masalah tanpa menguji kelayakan perilaku pembelajaran yang ada, sedangkan model generatif mendasarkan pada kontinuitas eksperimentasi dan umpan balik dalam pengujian yang terus-menerus dari cara-cara organisasi mengidentifikasi, mendefinisikan, dan memecahkan masalah (Ismawan, 2005). Lebih jauh, Ismawan (2005) mengemukakan dalam praktik, model pembelajaran adaptif berfokus pada perubahan incremental terhadap produk, pasar, layanan, dan teknologi yang sudah ada. Oleh karena itu organisasi pembelajar hanya dapat meneruskan kesuksesannya selama lingkungan persaingan relatif statis.

    Pada organisasi pembelajar model generatif, ada perbedaan berarti mengenai cara pandang terhadap bisnis secara keseluruhan dengan cara mendefinisikan ulang cara individu dan organisasi berbisnis, menghindari cara baku, dan aktif mencari terobosan baru. Organisasi pembelajar dengan model generatif tidak mempertanyakan hasil langsung dari proses pembelajaran, tetapi bertanya tentang bagaimana organisasi-individu belajar, dan bagaimana proses itu dapat disempurnakan.

    Bagaimana organisasi melakukan pembelajaran? Starkey (1996) menjelaskan organisasi pembelajaran merupakan metafor yang berakar dalam visi dan capaian strategi untuk mempromosikan pengembangan diri individu dalam organisasi yang transformatif. Moingeon dan Edmondson (1996) menekankan pentingnya pendekatan integratif dalam organisasi pembelajaran dengan memadukan pendekatan akademis dan praktis, dimana individu dan pengetahuan merupakan penentu daya saing organisasi. Pfeffer (1984) mengemukakan daya saing organisasi manajemen SDM yang efektif dan efisien memberi perhatian pada upaya pengembangan SDM, berbagi informasi, menciptakan tim kelola diri, pelatihan, pengembangan, dan pembelajaran.

    Dalam mengelola pembelajaran, rencana pembelajaran secara teliti dihubungkan dengan jaringan pembelajaran, diantaranya mentoring, belajar mandiri, ’learning by doing’, konsultasi, penugasan khusus, refleksi - aksi, instruksi, arahan-bimbingan, dan uji tugas. Teori jaringan pembelajaran yang dikembangkan Krogt (dalam Poell, Dam, & Berg, 2004) memberikan sebuah kerangka teoritis bagi pengorganisasian dalam berbagai rancangan pembelajaran individu pada tingkat kelompok dan organisasi. Hal penting dalam teori jaringan pembelajaran adalah ide bahwa pembelajaran yang mengarahkan diri individu dengan sejarah dan dinamika yang dialami individu menggambarkan tingkatan yang besar mengenai apa dan bagaimana hal yang diinginkan dan dapat dipelajari oleh banyak individu.

    Ada tiga kategori aktivitas pembelajaran (Poell, Dam, & Berg, 2004), yaitu: (1) pembelajaran setiap hari yang berasal dari partisipasi dalam aktivitas kerja yang dapat merubah terjadinya pembelajaran baru dalam lingkungan kerja, (2) pembelajaran ’self-directed’ (sering disebut manajemen diri), dilakukan oleh pembelajar sendiri tanpa intervensi dari para ahli, dan (3) pembelajaran ’pre-structured’, pembelajaran dengan menggunakan panduan atau pengembangan secara terbuka, yang dirancang dan diberikan pada para pembelajar oleh edukator ahli. Melalui pembelajaran, individu-individu menciptakan kembali dirinya, melakukan segala sesuatu yang tidak pernah dapat dilakukan, merasakan kembali dunia dan hubungan dengan dunia, dan memperluas kapasitas untuk menciptakan, menjadi bagian dari proses pembentukan kehidupan. Selanjutnya, organisasi pembelajaran merupakan suatu organisasi yang terus-menerus memperluas kapasitas menciptakan masa depan dengan memadukan proses pembelajaran adaptasi (bertahan hidup) dan pembelajaran generatif (pembangkitan) (Senge, 2006).

    Noer (2009) menjelaskan kunci sukses membangun budaya belajar dalam organisasi pembelajaran, yakni: (1) belajar harus menyenangkan dan membuat individu merasa terlibat (engaging), (2) media pembelajaran yang beragam untuk mengakomodir kebutuhan belajar yang berbeda-beda dari individu, (3) sumber-sumber untuk belajar tersedia dan mudah diakses oleh siapa saja, (4) komunikasikan kegiatan belajar dengan menarik dan “provokatif”, (5) pemimpin memberikan teladan dengan memfasilitasi sekaligus terlibat dalam kegiatan pembelajaran, (6) ciptakan kegiatan belajar sebagai cara kerja (ways of working) organisasi, (7) belajar harus menjadi kebutuhan dan tanggung jawab pribadi setiap individu untuk pengembangan diri seumur hidup. Dengan demikian dalam organisasi pembelajaran terjadi proses pemberian kesempatan kepada setiap individu untuk belajar secara bersinambung. Pembelajaran itu dimaksudkan untuk digunakan dalam mencapai perubahan positif bagi tujuan individu dan organisasi.

    Sekian artikel tentang Organisasi Pembelajaran Sebagai Jaringan Pembelajaran Dinamis.

    Daftar Pustaka
    • Davis, E. (2008). Ensiklopedi ‘The Art of Training and Development’ (9 Buku) (2008), Jakarta: Gramedia
    • Munandar, A.S. (2001). Psikologi industri dan organisasi, Depok: UI Press
    • Saks,M.A. & Haccoun, R.R. (2008), Managing performance through training and development, Fourth Edition, USA: Nelson Education Ltd.
    Viewing all 293 articles
    Browse latest View live