Penulisan, Skoring, dan Penilaian Alat Ukur Psikologi - Artikel ini membahas tentang penulisan, skoring, dan penilaian alat ukur psikologi yang berguna melatih untuk membuat alat ukur psikologi yang memenuhi persyartan sebagai alat ukur yang baik dan benar. Melalui artikel ini diharapkan mampu membuat alat ukur psikologi menggunakan metode dan tahapan yang benar.
Konsep Dasar
Berikut konsep dasar terkait dengan penulisan aitem, scoring, dan penilaian:
Instruksi Jelas
Instruksi merupakan wajah dari instrumen pengukuran psikologi yang akan dikembangkan. Instruksi yang baik akan menghasilkan pengukuran psikologi yang juga baik dan mampu mencegah kesalahan respon dari responden karena kurang baiknya instruksi yang disampaikan. Instruksi juga merupakan bagian penting dalam melihat validitas wajah (face validity) dari instrumen psikologi.
Beberapa aspek instruksi yang harus jelas adalah, apakah instruksi akan dibacakan, apakah instruksi cukup dengan membaca, dsb. Beberapa aspek dalam instruksi terkait dengan respon yang diharapkan antara lain.
Dalam instruksi juga perlu disampaikan hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh responden pada saat menjalankan proses pengukuran psikologis dengan merspon instrumen pengukuran psikologi yang sudah dibuat. Beberapa hal yang mungkin dibutuhkan oleh responden pada saat pelaksanaan tes antara lain:
Instruksi juga perlu menjelaskan aturan yang terkait dengan pelaksanaan proses pengukuran aspek psikologis pada individu. Beberapa aturan yang mungkin ada dalam pelaksanaan tes antara lain:
Pertanyaan Jelas
Salah satu faktor utama dalam penyusunan alat ukur psikologis adalah pertanyaan atau aitem pernyataan yang jelas. Sehingga aspek yang akan diukur benar-benar dapat diukur menggunakan aitem yang ada.
Beberapa panduan dalam pembuatan pertanyaan atau aitem adalah sebagai berikut:
- Tidak menimbulkan makna ganda
Setiap aitem yang disampaikan dalam instrumen pengukuran psikologis tidak boleh menimbulkan makna ganda dimana setiap orang dapat memberi pemaknaan yang berbeda sehingga menimbulkan respon yang juga berbeda pada tiap individu.
Contoh:
- Tidak mengarah pada dua jawaban atau lebih
Aitem tidak mengarah pada dua jawaban atau lebih sehingga kita dapat menentukan jawaban yang tepat dan tidak tepat.
Contoh:
- Tidak double negatif/ pengulangan kata
Sebisa mungkin tidak mengulang kata yang sama pada kalimat aitem atau dalam satu kalimat tidak ada kata yang muncul dua kali. Terutama pada kata negatif “tidak” sehingga terdapat kalimat yang bersifat double negatif.
Contoh:
- Pertanyaan singkat
Membuat pertanyaan atau aitem sesingkat namun seefektif mungkin.
- Meminta jawaban bukan pendapat
Untuk dapat diberikan nilai maka respon yang diberikan harus sederhana dan jelas sehingga pertanyaan atau pernyataan yang diberikan dan bukan meminta pendapat.
Contoh:
Tidak ada unsur ‘Penipuan’
Konsep penipuan dalam hal ini adalah instruksi atau pertanyaan dalam tiap aitem tidak menyulitkan responden dalam menentukan respon yang harus dilakukan terkait dengan hal-hal yang harus dilakukan. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
- Instruksi tidak mengandung teka-teki
Instruksi harus jelas dan lugas sehingga responden dapat langsung memahami hal-hal yang harus dilakukan.
Contoh instruksi yang mengandung unsur 'penipuan':
- Pertanyaan tegas dan singkat
Semakin panjang dan bertele-tele pertanyaan atau pernyataan maka akan semakin banyak unsur 'penipuan' terhadap konsep atau maksud dari aitem.
Contoh:
Semakin baik seseorang kepada orang lain maka akan semakin orang itu disukai oleh orang lain tanpa adanya paksaan. Maka jika kita ingin menjadi orang yang disukai kita harus berlaku....
a. cepat b. baik c. cerdas d. hebat
Skor disesuaikan dengan kesukaran
Dalam penyusunan instrumen pengukuran psikologi juga perlu menentukan bagaimana penilaian terhadap tiap aitem. Penentuan nilai dapat dilakukan sejak awal, yaitu pada saat pembuatan aitem atau penentuan skor ditentukan setelah mendapatkan data dari hasil pengisian oleh responden.
- Penentuan taraf kesulitan soal sejak awal
Beberapa aitem dapat ditentukan skornya sejak awal namun instrumen lain mungkin butuh data terlebih dahulu sebelum dapat ditentukan bobot skornya.
Contoh:
Dari contoh diatas kedua soal dapat ditentukan bahwa soal pertama lebih sulit sehingga jika kedua soal diberikan bersamaan maka soal pertama harus mendapat bobot yang lebih besar dibandingkan soal ke dua.
- Penentuan taraf kesukaran soal dari hasil akhir
Pada penentuan skor setelah didapatkan hasil dari jawaban responden konsep dasarnya adalah semakin banyak yang menjawab benar semakin kecil skor yang diberikan
Rumus Penilaian
Setelah responden memberikan respon, bagaimana nilai yang akan diberikan terhadap hasil akhir. Adakah rumus tertentu untuk dapat menentukan nilai akhir dari keseluruhan instrumen.
Beberapa hal yang menjadi panduan dalam merumuskan penilaian akhir, contoh:
Kejelasan Aspek yang dinilai
Salah satu faktor penting dalam instrumen alat ukur psikologi adalah kejelasan aspek yang dinilai. Berikut beberapa contoh antara konsep dan aitem yang kurang sesuai:
Contoh 1:
Berdasarkan konstruk, memukul adalah bentuk agresifitas namun bukan ciri pengelolaan agresifitas seseorang.
Contoh 2:
Bayangkan: empat sudut bujur sangkar di lipat ke bagian dalam kemudian dilipat lagi hingga masing-masing ujung yang sejajar saling bertemu. Apa bentuknya saat itu?
Berdasarkan contoh diatas maka aitem mungkin mengarah kemampuan imajinasi namun tidak cukup dapat menunjukkan kemampuan berpikir abstrak.
Contoh 3:
Berdasarkan contoh di atas, mungkin masih belum tepat sebagai aitem yang menunjukkan kemampuan kreatif seseorang.
Sekian artikel tentang Penulisan, Skoring, dan Penilaian Alat Ukur Psikologi.
Konsep Dasar
Berikut konsep dasar terkait dengan penulisan aitem, scoring, dan penilaian:
- Instruksi jelas
- Pertanyaan/ pernyataan jelas
- Tidak ada unsur ‘penipuan’
- Skor disesuaikan dengan kesukaran soal
- Kejelasan rumus penilaian
- Kejelasan aspek yang dinilai
![]() |
image source: |
baca juga: Perencanaan Alat Ukur Prestasi Dalam Psikologi Menurut Ahli
Instruksi Jelas
Instruksi merupakan wajah dari instrumen pengukuran psikologi yang akan dikembangkan. Instruksi yang baik akan menghasilkan pengukuran psikologi yang juga baik dan mampu mencegah kesalahan respon dari responden karena kurang baiknya instruksi yang disampaikan. Instruksi juga merupakan bagian penting dalam melihat validitas wajah (face validity) dari instrumen psikologi.
Beberapa aspek instruksi yang harus jelas adalah, apakah instruksi akan dibacakan, apakah instruksi cukup dengan membaca, dsb. Beberapa aspek dalam instruksi terkait dengan respon yang diharapkan antara lain.
- Melingkari
- Menyilang
- membuat garis,
- dsb
Dalam instruksi juga perlu disampaikan hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh responden pada saat menjalankan proses pengukuran psikologis dengan merspon instrumen pengukuran psikologi yang sudah dibuat. Beberapa hal yang mungkin dibutuhkan oleh responden pada saat pelaksanaan tes antara lain:
- Pensil,
- Kalkulator
- Kertas,
- dsb.
Instruksi juga perlu menjelaskan aturan yang terkait dengan pelaksanaan proses pengukuran aspek psikologis pada individu. Beberapa aturan yang mungkin ada dalam pelaksanaan tes antara lain:
- Menunggu instruksi,
- menunggu waktu,
- menunggu tanda,
- dsb
Pertanyaan Jelas
Salah satu faktor utama dalam penyusunan alat ukur psikologis adalah pertanyaan atau aitem pernyataan yang jelas. Sehingga aspek yang akan diukur benar-benar dapat diukur menggunakan aitem yang ada.
Beberapa panduan dalam pembuatan pertanyaan atau aitem adalah sebagai berikut:
- Tidak menimbulkan makna ganda
Setiap aitem yang disampaikan dalam instrumen pengukuran psikologis tidak boleh menimbulkan makna ganda dimana setiap orang dapat memberi pemaknaan yang berbeda sehingga menimbulkan respon yang juga berbeda pada tiap individu.
Contoh:
“Pada saat akhir minggu saya sering nonton”Kalimat ini bisa bermakna ganda pada kata “akhir minggu” sehingga responnya bisa berbeda pada orang yang mempersepsikan akhir minggu dengan “Jumat” atau “Sabtu” atau “minggu”.
- Tidak mengarah pada dua jawaban atau lebih
Aitem tidak mengarah pada dua jawaban atau lebih sehingga kita dapat menentukan jawaban yang tepat dan tidak tepat.
Contoh:
“Siang merupakan saat bekerja”Pada aitem ini mungkin akan berbeda responnya pada orang yang bekerja pada malam hari atau yang harus bekerja pada siang hari.
- Tidak double negatif/ pengulangan kata
Sebisa mungkin tidak mengulang kata yang sama pada kalimat aitem atau dalam satu kalimat tidak ada kata yang muncul dua kali. Terutama pada kata negatif “tidak” sehingga terdapat kalimat yang bersifat double negatif.
Contoh:
“Pagi hari tidak baik jika tidak sarapan”Pada contoh di atas terdapat pengulangan kata “tidak” sehingga respon dari responden akan semakin rancu.
- Pertanyaan singkat
Membuat pertanyaan atau aitem sesingkat namun seefektif mungkin.
- Meminta jawaban bukan pendapat
Untuk dapat diberikan nilai maka respon yang diberikan harus sederhana dan jelas sehingga pertanyaan atau pernyataan yang diberikan dan bukan meminta pendapat.
Contoh:
“Bagaimana kesan terhadap film”Dalam contoh di atas maka respon dari responden akan sangat sulit untuk diberikan skor.
Tidak ada unsur ‘Penipuan’
Konsep penipuan dalam hal ini adalah instruksi atau pertanyaan dalam tiap aitem tidak menyulitkan responden dalam menentukan respon yang harus dilakukan terkait dengan hal-hal yang harus dilakukan. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
- Instruksi tidak mengandung teka-teki
Instruksi harus jelas dan lugas sehingga responden dapat langsung memahami hal-hal yang harus dilakukan.
Contoh instruksi yang mengandung unsur 'penipuan':
“Pada saat anda menemukan pertanyaan yang berisi konsep ukuran tapi bukan untuk mengukur maka pertanyaan tersebut harus diabaikan.”
- Pertanyaan tegas dan singkat
Semakin panjang dan bertele-tele pertanyaan atau pernyataan maka akan semakin banyak unsur 'penipuan' terhadap konsep atau maksud dari aitem.
Contoh:
Semakin baik seseorang kepada orang lain maka akan semakin orang itu disukai oleh orang lain tanpa adanya paksaan. Maka jika kita ingin menjadi orang yang disukai kita harus berlaku....
a. cepat b. baik c. cerdas d. hebat
Skor disesuaikan dengan kesukaran
Dalam penyusunan instrumen pengukuran psikologi juga perlu menentukan bagaimana penilaian terhadap tiap aitem. Penentuan nilai dapat dilakukan sejak awal, yaitu pada saat pembuatan aitem atau penentuan skor ditentukan setelah mendapatkan data dari hasil pengisian oleh responden.
- Penentuan taraf kesulitan soal sejak awal
Beberapa aitem dapat ditentukan skornya sejak awal namun instrumen lain mungkin butuh data terlebih dahulu sebelum dapat ditentukan bobot skornya.
Contoh:
- Sin 60 + Cos (45)2
- 2 + 3 = …
Dari contoh diatas kedua soal dapat ditentukan bahwa soal pertama lebih sulit sehingga jika kedua soal diberikan bersamaan maka soal pertama harus mendapat bobot yang lebih besar dibandingkan soal ke dua.
- Penentuan taraf kesukaran soal dari hasil akhir
Pada penentuan skor setelah didapatkan hasil dari jawaban responden konsep dasarnya adalah semakin banyak yang menjawab benar semakin kecil skor yang diberikan
Rumus Penilaian
Setelah responden memberikan respon, bagaimana nilai yang akan diberikan terhadap hasil akhir. Adakah rumus tertentu untuk dapat menentukan nilai akhir dari keseluruhan instrumen.
Beberapa hal yang menjadi panduan dalam merumuskan penilaian akhir, contoh:
- Perlukah pengurangan nilai jika salah?
- Jika terjadi kesalahan pada nomor tertentu maka nomer lain akan dianggap salah?
- Benar di skor 1, 3, 4 atau tergantung aspek tertentu
- Dll.
Kejelasan Aspek yang dinilai
Salah satu faktor penting dalam instrumen alat ukur psikologi adalah kejelasan aspek yang dinilai. Berikut beberapa contoh antara konsep dan aitem yang kurang sesuai:
Contoh 1:
- Konstruk: Kemampuan mengelola agresifitas
- Aitem : Saya suka memukul orang lain
Berdasarkan konstruk, memukul adalah bentuk agresifitas namun bukan ciri pengelolaan agresifitas seseorang.
Contoh 2:
- Konstruk : Kemampuan berpikir abstrak
- Aitem :
Bayangkan: empat sudut bujur sangkar di lipat ke bagian dalam kemudian dilipat lagi hingga masing-masing ujung yang sejajar saling bertemu. Apa bentuknya saat itu?
Berdasarkan contoh diatas maka aitem mungkin mengarah kemampuan imajinasi namun tidak cukup dapat menunjukkan kemampuan berpikir abstrak.
Contoh 3:
- Konstruk : Kemampuan kreatif
- Aitem : Tuliskan sebanyak mungkin kata yang berhubungan dengan “meja”.
Berdasarkan contoh di atas, mungkin masih belum tepat sebagai aitem yang menunjukkan kemampuan kreatif seseorang.
Sekian artikel tentang Penulisan, Skoring, dan Penilaian Alat Ukur Psikologi.